Lunaria menatap sosok yang seluruh tubuhnya tertutup kostum serba hitam itu tanpa berkedip. Sosok itu tak asing baginya. Sosok itu mengingatkannya pada Tuan Misterius atau Pria Bertopeng yang membuat hatinya tertarik, yang selalu membuat jantungnya berdetub lebih kencang.
"Dia yang akan membantumu." suara Widuri membuyarkan lamunan Lunaria.
"Oh! Ah iya, salam kenal. Mohon bantuannya." Lunaria menunduk sopan. Sosok itu turut menundukkan kepala.
"Dia nggak bisa ngomong, tapi dia pendengar yang baik. Kamu bisa mengandalkannya."
Lunaria tersenyum dan mengangguk. "Ibu, sebelumnya maaf. Kenapa dia berdandan seperti itu? Apa itu tidak terlalu panas untuk hari ini?"
"Dia udah terbiasa." Widuri mencondongkan tubuhnya ke depan untuk lebih dekat pada Lunaria. "Wajahnya buruk rupa. Dia malu karena itu. Tapi hatinya sangat baik. Dia akan menjaga kalian." Widuri berbisik.
"Oh. Iya." Lunaria mengangguk pelan sambil melirik sosok yang seluruh tubuhnya tertutup kostum hitam.
"Jika tidak keberatan, bolehkah aku berkeliling?" tanya Widuri. "Aku dengar di belakang florist ini ada rumah kaca dengan ribuan tanaman indah."
Lunaria tersenyum lebar. "Tentu saja. Mari." ia bangkit dari duduknya.
Widuri turut bangkit dari duduknya. Pria asisten Widuri mendekat dan membawa biawak dalam gendongannya.
Lunaria memperhatikan bagaimana pria itu mengambil biawak dari atas meja dan memindahkannya pada lengan kirinya untuk digendong. "Apakah saya juga harus belajar teknik seperti itu?"
"Kamu ingin mencobanya? Menggendong anakku?" Widuri balik bertanya.
"Tidak sekarang. Tapi suatu saat saya harus melakukannya kan?"
"Suatu saat itu bisa saja tak datang. Sekarang kita jalan-jalan saja." Widuri melingkarkan tangan kanannya di lengan kiri Lunaria. "Ibu sudah tidak tahan ingin melihat surga."
Lunaria mengerutkan dahi mendengarnya.
"Kita lewat mana?"
"Oh! Mari! Lewat sini." Lunaria mulai berjalan dengan Widuri masih menggandeng tangannya. Ia pun mengajak Widuri berkeliling florist miliknya.
***
Lunaria sibuk dengan laptop di depannya. Hari ini adalah hari kencan pertama bagi para gadis. Ia yakin hal itu akan jadi sorotan. Sepulangnya dari kerja, usai mandi ia langsung duduk bersila di atas ranjang dan fokus pada laptopnya. Ia ingin mengetahui apa yang sudah beredar di dunia maya.
Foto-foto candid kencan pertama para saudarinya tersebar luas di internet. Namun, ia tak menemukan satu pun foto yang berhubungan dengan dirinya. Lunaria memiringkan kepala, berpikir bahwa itu aneh. Rasanya tidak mungkin jika tidak ada yang ingin tahu tentang kencan pertamanya dengan biawak. Dalam pencarian, ia menemukan beberapa artikel yang membahas tentang kencannya. Mungkin media masih memikirkan tentang perasaannya hingga hanya menulis artikel tanpa menyertakan foto. Karena tindakan seperti itu bisa saja dituntut secara hukum; menyebarkan foto tanpa izin. Lagi pula, tadi penjagaan di florist diperketat. Saat Lunaria berpikir keras, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamarnya.
"Dek! Ini aku!" Fuchsia berteriak dari luar. "Boleh aku masuk?"
Lunaria segera menutup browser dalam laptonya. Ia memutar music video Kpop di dalam laptopnya, lalu turun dan membuka pintu.
Fuchsia tersenyum lebar saat pintu terbuka. "Sedang apa?" tanyanya kemudian.
"Nonton MV." Lunaria berjalan masuk dan kembali duduk bersila di atas ranjang, pura-pura fokus menonton video di laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying a Lizard
Romance"Tapi, Belle harus hidup dengan monster buruk rupa yang ternyata seorang pangeran tampan yang kena kutuk. Itu serem, kan? Kalau kita nyamain Luna sama Belle, gimana kalau ntar dia harus ngalamin nasib miris kayak Belle?" Percayalah! Walau hidup di z...