#23

310 25 2
                                    

Hari itu tiba. Para gadis datang ke rumah Kemang untuk berkunjung. Setelah 36 hari, mereka akhirnya kembali ke rumah orang tua mereka. Bukan hanya untuk menyapa kedua orang tua mereka, tapi juga untuk turut merayakan syukuran 36 hari usia pernikahan mereka.

Sejak pesta pernikahan usai digelar, hanya Lunaria yang belum pernah tertangkap mata publik. Bahkan, gadis itu belum aktif di florist miliknya. Dari keenam saudarinya, hanya Fuchsia yang pernah melihatnya. Itu pun dari jarak yang lumayan jauh. Fuchsia berada di jembatan, sedang Lunaria jauh berada di bawah, di tepi sungai.

Bukan hanya ayah, bunda, dan keenam saudarinya yang tak sabar ingin bertemu Lunaria. Awak media pun menaruh perhatian yang sama. Mereka banyak berkumpul di luar gerbang rumah mewah Kemang. Karena yang diizinkan masuk hanya sanak saudara dan para undangan saja. Acara syukuran digelar tertutup bagi awak media.

Keenam gadis sudah datang bersama suami masing-masing. Sanak saudara dan undangan juga sudah tiba. Semua sudah berkumpul. Namun, Lunaria belum muncul juga. Khawatir akan putri bungsunya, Seruni meminta Fuchsia yang paling dekat dengan Lunaria untuk menghubungi si bungsu, tapi Lunaria tak membalas pesan atau menerima panggilan Fuchsia.

Tiba-tiba salah seorang pelayan muncul dan mengabarkan kedatangan Lunaria dan suaminya. Wajah pelayan yang menunjukkan ekspresi terkejut itu membuat penasaran keluarga besar dan para undangan yang berkumpul.

Lunaria muncul. Ia cantik dan anggun dalam balutan kebaya peach yang dipadu dengan jarik berwarna dark blue. Bukan hanya kecantikan Lunaria yang menjadi pusat perhatian publik sejak ia keluar dari mobil di halaman depan. Pria tampan yang berdiri di samping kanannya dan menggandengnya mesra turut menjadi sorotan.

Lunaria dan Angsana berjalan memasuki ruang berkumpulnya keluarga, sanak saudara, dan para undangan. Senyum terkembang di wajah keduanya. Langkah keduanya pun penuh percaya diri walau berjalan di tengah banyak pasang mata yang terfokus pada mereka.

Angsana dan Lunaria berhenti di depan Kemang dan Seruni yang berdiri menatap keduanya dengan ekspresi penuh tanya. Lunaria tersenyum, lalu segera sungkem kepada ayah dan bundanya. Angsana hendak sungkem, tapi Kemang menarik tangannya.

"Kamu siapa?" tanya Kemang dengan tatapan menelisik.

Lunaria kembali berdiri di samping kiri Angsana. "Ayah, Bunda, dia adalah Angsana. Suamiku." ia menjawab pertanyaan Kemang.

"Apa?? Suamimu??" Kemang tak percaya

Suasana pun menjadi sedikit ribut karena orang-orang di dalam ruangan itu pun tak percaya kalau pria tampan yang berdiri di samping kanan Lunaria adalah si biawak yang bernama Angsana.

"Mohon tenang." Kemang meminta semua kembali tenang. Ia pun kembali memperhatikan Angsana. "Kamu! Apa benar kamu adalah Angsana? Pangeran Biawak yang melamar putri bungsuku?"

"Iya, Ayah Mertua. Saya adalah Angsana, Pangeran Biawak yang melamar putri bungsu Anda." Angsana membenarkan.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Seruni menatap Angsana, lalu beralih pada Lunaria.

"Karena ini pertama kalinya saya muncul di depan umum, maafkan jika saya sedikit gugup. Saya adalah Angsana, Pangeran Biawak yang melamar dan menikahi Putri Lunaria. Saya bisa berada di sini sekarang, tak lain adalah karena istri saya." Angsana menatap Lunaria penuh kasih, lalu tersenyum. "Saat ibu saya mengandung, tanpa sengaja ayah saya menabrak seekor biawak hingga tewas. Awalnya saya terlahir normal, tapi ketika saya lulus SMP, tubuh saya mulai menunjukkan kelainan. Katanya itu adalah kutukan biawak. Berkat bantuan istri saya, saya bisa terlepas dari kutukan dan berada di sini sekarang."

"Luna is the real Belle?" Zinnia dibuat takjub.

"Katakan, ini nyata kan?" sambung Violet.

Marrying a LizardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang