Lunaria, Widuri, Pak Sopir, dan pria yang mengaku dirinya Angsana berkumpul di ruang keluarga. Jam di dinding menunjukkan pukul satu malam. Mereka berkumpul di sana sejak sepuluh menit yang lalu. Namun, tak ada satu pun yang memulai obrolan.
Lunaria yang meminta diadakannya pertemuan lewat tengah malam itu pun menghela napas. "Sebelumnya saya meminta maaf karena telah mengganggu waktu istirahat Ibu dan Paman. Saya benar-benar butuh penjelasan." Kemudian ia menghitung jumlah orang yang berkumpul di ruang tengah. Ia baru menyadari jika Pria Pengasuh tidak ada di sana.
"Kamu ingin penjelasan tentang situasi ini kan?" Pria muda yang mengaku dirinya adalah Angsana angkat bicara. Menyita perhatian Lunaria. "Aku akan menjelaskan semuanya."
"Lunaria, anakku." Widuri pun ikut angkat bicara. "Sebelumnya ibu pernah bilang jika kamu akan menemukan kebenaran saat kamu sudah menikah dengan putraku, Angsana, kan? Inilah kebenaran yang ibu maksud."
Lunaria tak bisa mencerna dengan baik apa yang dikatakan Widuri. Ia menatap wanita itu dengan ekspresi tak paham.
"Pria yang tidur di sampingmu, pria itu," Widuri menatap pria yang mengaku dirinya adalah Angsana, "dia adalah Angsana yang sebenarnya. Itu kebenarannya."
Lunaria sulit memercayai ucapan Widuri. Bagaimana mungkin seekor biawak bisa berubah menjadi pria tampan di malam hari? Ia memang menyukai dongeng dan memercayai keajaiban, tapi rasanya tak mungkin jika hal yang berbau dongeng itu terjadi padanya.
"Kamu masih ingat apa yang Ibu ceritakan padamu? Bahwa Ayah Angsana menabrak seekor biawak hingga tewas saat ibunya mengandung? Itu benar adanya." Widuri melanjutkan.
Lunaria berusaha mencerna ucapan Widuri. Ia masih ingat apa yang dikatakan Widuri. Namun, kenapa Ayah Angsana dan ibunya? Bukan suamiku dan aku? Pertanyaan itu berputar-putar di otaknya selagi ia menunggu Widuri melanjutkan penjelasan.
"Benar aku adalah ibu dari Angsana. Aku ibu asuh Tuan Muda Angsana. Usai upacara kelulusan dari SMP, Tuan Muda Angsana mengalami kejadian aneh. Kulit Tuan Muda berubah menyerupai kulit biawak pada beberapa bagian. Tuan dan Nyonya membawanya ke dokter. Awalnya didiagnosis sebagai alergi. Pengobatan pun dilakukan. Anehnya, kulit biawak itu menghilang saat malam tiba. Ketika matahari terbit, kulit biawak itu kembali muncul."
Lunaria tercengang mendengar penjelasan Widuri. Ia kemudian beralih menatap Angsana. Pria tampan itu akan berubah menjadi pria buruk rupa saat matahari terbit. Ia tidak bisa memercayainya. Ia berpendapat mungkin ia sedang bermimpi sekarang. Lunaria mencubit tangannya sendiri dan berjingkat karena sakit. Ia tidak sedang bermimpi. Apa yang ia lihat dan ia dengar adalah kenyataan. Bagaimana semua itu bisa terjadi, ia masih belum bisa menerimanya sebagai sebuah kenyataan.
"Tuan dan Nyonya sampai membawa Tuan Muda berobat keluar negeri. Tapi hasilnya tetap sama. Dokter menyimpulkan Tuan Muda menderita penyakit langka. Lalu, kami mencoba pengobatan alternatif. Seorang paranormal mengatakan itu adalah kutukan dari biawak yang ditabrak mati oleh Tuan. Kami telah berusaha, tapi tak kunjung membuahkan hasil. Karena hal itu, Tuan Muda tak bisa melanjutkan sekolah. Dia lebih sering tinggal di dalam rumah bersamaku."
Lunaria menatap iba pada Angsana. Ia tak bisa berkata sepatah kata pun. Tahun-tahun yang dilalui Angsana pasti sangatlah sulit. Sebagai remaja ia seharusnya bisa menikmati indahnya dunia luar. Namun karena kutukan itu, Angsana tak bisa hidup dengan bebas.
"Sesekali aku mengajaknya keluar. Tapi jika musim kemarau tiba, keluar dengan kostum yang menutup seluruh tubuhnya pastilah amat menyiksa." Widuri melanjutkan.
Kostum yang menutup seluruh tubuhnya? Jadi, Pria Pengasuh itu? Kedua mata bulat Lunaria melebar menatap Angsana.
Widuri tersenyum menatap reaksi Lunaria. "Kamu benar, Nak. Pria Pengasuh itu adalah Tuan Muda Angsana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying a Lizard
Romance"Tapi, Belle harus hidup dengan monster buruk rupa yang ternyata seorang pangeran tampan yang kena kutuk. Itu serem, kan? Kalau kita nyamain Luna sama Belle, gimana kalau ntar dia harus ngalamin nasib miris kayak Belle?" Percayalah! Walau hidup di z...