Lunaria sibuk dengan kertas-kertas di hadapannya. Ia duduk di atas karpet di kamarnya. Laptopnya ia biarkan menyala, sedang perhatiannya terfokus pada kertas-kertas yang tertata tak rapi di hadapannya. Ia mulai memeriksa kertas itu satu per satu. Angsana yang memasuki kamar, mengamati apa yang sedang dikerjakan Lunaria. Ia kemudian duduk bergabung.
"Laporan dari florist? Jika kamu harus datang ke florist, nggak papa kok. Aku bisa antar dan nemenin kamu di sana. Berada di sana sungguh menyenangkan dan menenangkan." Angsana antusias. "Kita ajak Dragon juga. Agar orang nggak curiga."
"Ini bukan laporan dari florist. Asistenku mengantar data panti asuhan, panti jompo, dan beberapa panti sosial yang membutuhkan bantuan. Aku sedang mempertimbangkan ke panti mana kita akan memberi sumbangan." Lunaria masih fokus pada kertas-kertas di tangannya. "Aku juga membuat event Dreams Come True. Aku akan membantu mewujudkan mimpi orang-orang dari kalangan tidak mampu. Semoga saja bisa membantu."
"Kupikir kamu hanya ahli dekorasi di Rainbow Rose. Ternyata kamu penyumbang ide event juga."
Lunaria tersenyum. "Kita nggak tahu pertolongan akan datang dari mana. Jadi, kita usahain aja."
Angsana mengangguk. "Orang-orang mendukungmu. Tapi ada juga yang menuduhmu mulai gila karena menikahi seekor biawak."
"Lucu ya? Biarin aja. Nanti saat kita go public, mereka akan tahu jawabannya."
Angsana tersenyum menatap Lunaria. Sikap optimis gadis itu selalu membuatnya merasa percaya diri. Seandainya usahanya belum membuahkan hasil, dengan Lunaria di sampingnya, ia merasa tak takut lagi membuka diri pada dunia.
"Aku ada satu teman dekat. Teman dari SD. Dia berusaha menghubungi dan menemuiku, tapi saat itu aku menolaknya. Aku takut dia akan ketakutan melihatku dan aku takut dia berpikir buruk tentangku lalu menyebarkan aibku. Mungkin memang telah terjadi salah paham di antara kami." Angsana menceritakan tentang teman baiknya semasa sekolah.
Lunaria mengalihkan perhatian dari kertas ke Angsana. "Kamu sudah cari tahu tentang dia?"
"Mm." Angsana mengangguk. "Kebetulan sekali ia menetap di kota ini sekarang."
"Bagus! Kita temui dia juga. Menyambung silaturahmi itu termasuk amal baik, kan?"
"Apa menurutmu dia akan menerimaku?"
"Kita nggak akan tahu jika kita nggak mencoba, kan? Kita coba aja dulu. Kalau seandainya dia menolak, setidaknya kita udah berusaha memperbaiki keadaan."
Angsana tersenyum dan mengangguk.
"Aku udah memilih beberapa yayasan. Kamu setuju?" Lunaria menunjukkan kertas di tangannya.
Angsana menggeser posisi duduknya menjadi lebih dekat dengan Lunaria. Ia menerima kertas pemberian Lunaria. Ada beberapa nama yayasan yang dilingkari oleh Lunaria.
"Aku juga udah menentukan beberapa kandidat peserta Dreams Come True yang akan terpilih. Aku akan memilih tujuh orang."
"Tujuh orang??"
"Iya. Kami tujuh bersaudara dan nanti kita akan puasa selama tujuh hari. Kata Nyai Pansy dalam bahasa Jawa angka tujuh adalah pitu yang berarti pitulungan atau pertolongan, kan? Jadi, aku akan memilih tujuh orang."
Angsana hanya bisa tersenyum, kagum menatap istrinya.
"Aku akan menemanimu puasa. Doa yang sama dari dua orang, aku rasa akan lebih didengar."
Rasa kagum itu bercampur haru. Tak bisa menahannya, Angsana pun memeluk Lunaria dan hampir menangis. "Terima kasih, Cintaku," bisiknya, kemudian dikecupnya puncak kepala Lunaria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying a Lizard
Romance"Tapi, Belle harus hidup dengan monster buruk rupa yang ternyata seorang pangeran tampan yang kena kutuk. Itu serem, kan? Kalau kita nyamain Luna sama Belle, gimana kalau ntar dia harus ngalamin nasib miris kayak Belle?" Percayalah! Walau hidup di z...