Part 7

36 4 1
                                    

Upacara bendera tengah berlangsung, pagi ini matahari tidak terlalu bersinar, diatas sana awan nampak tengah mendung. Entah hujan atau tidak, yang jelas ini menguntungkan disaat tengah upacara.

Saat tengah serius mendengarkan amanat dari guru. Tiba-tiba ada seorang anggota OSIS yang menghampiri Rana.

"Maaf permisi, kenapa ga pake sepatu?" Tanya salah satu anggota OSIS bernama Amel.

Saat ingin menjawab, ucapan Rana terpotong karena tiba-tiba Elisa yang Pi langusng menjawab.

"Eh! Lo ga liat kaki temen gue, liat nih kakinya  lagi di perban, pake nanya lagi kenapa ga pake sepatu, ya jelas ga bisa pake sepatu lah." Kata Elisa menah emosi.

"Tapikan ini lagi upacara." Jawab Amel anggota OSIS.

"Eh, moon maaf nih ya anggota OSIS terhormat, coba deh ya lo pikir nih, kaki lo lagi sakit di perban tali Lo paksa buat pake sapatu, emang bakal muat, emang ga sakit heh." Jelas Elisa mulai terpancing emosinya.

"Maaf, tapi harus tetep ke belakang dulu deh, kumpul sama murid lain yang melanggar juga." Jelas Amel.

"Heh gila kali ga nih OSIS, udah jelas-jelas ya Lo liat kaki temen gue lagi sakit tetep aja mau Lo hukum?" Jawab Elisa emisi.

"Udah sa, gapapa lah." Timpal Rana menengahi antara Elisa dan Amel anggota OSIS.

"Ya ga bisa gitu dong Ra, udah jelas kaki lo lagi sakit tapi malah mau di hukum, sarap emang nih OSIS." Jelas Elisa kesal.

Tapi tetap saja setelahnya Rana di perintahkan untuk bergabung dengan kumpulan murid-murid yang melanggar atau tidak memakai atribut lengkap.

"Cepet buat semua murid yang terkena hukuman baris kumpul di barisan paling belakang." Ucap Pak Rifan selaku pembina OSIS.

Semua murid yang melanggar tata tertib atau tidak tertib saat upacara berlangsung sudah di kumpulkan di barisan paling belakang. Termasuk Rana berdiri dengan tertatih menahan sakit di pergelangan kakinya.

***

Setelah 30 menit berlalu, upacara bendera telah selesai di laksanakan. Semua murid telah bubar dan kembali ke kelas masing-masing ada pula yang memilih untuk.pergi ke kantin.

Terkecuali bagi siswa siswi yang terkena hukuman, semua sedang di kumpulkan dan berbaris rapih di lapangan. Mereka tengah mendengarkan ceramah yang di berikan Pak Rifan.

Rana sudah tidak kuat menahan pegal dan sakit pada kakinya. Ia harus duduk kalau tidak kakinya akan semakin membengkak.

Setelah memberikan ceramah pak Rifan memberikan kendali pada anggota OSIS untuk hukuman yang akan di berikan pada mereka yang kena hukum.

Mereka di beri hukuman memunguti sampah   yang ada di sekitar sekolah. Mereka di bagi berbagai kelompok.

Rana bersama kelompoknya tengah memunguti sampah tepat di belakang koridor kelas 11 IPA.

Kaki Rana terlihat nampak menambah parah, karena dipaksa jalan dan berdiri lama saat di hukum tadi dan sekarang ia harus berkeliling memunguti sampah, yang akan membuat keadaan kaki nya menambah parah.

"Eh... Woy liat deh itu Rana kan? Lah itu ko dia di hukum sih, kakinya kan kan bukannya sehabis keseleo ya gara-gara waktu itu dia tabrakan sama Lo yan." Ucap Selamet, ia saat ini tengah berkumpul di taman sekolah yang tepat berada di belakang kelas mereka di jajaran kelas 11 IPA.

"Iya tuh, Yan ko dia tetep di hukum si, liat noh. Kalau kata gua sih kakinya nambah parah, soalnya keliatan banget si Rana jalan sambil nahan sakit gitu." Kata Imron. Imron adalah salah satu teman dekat Slamet dan Briyan.

"Gila emang nih anak OSIS, masa orang lagi sakit begitu tetep di hukum." Selamet bergerutu. Sedangkan Briyan tidak menanggapi dan malah hanya melihatnya dengan wajah datarnya seperti biasa.

Sedangkan Elisa tengah berada di dalam kelas ia baru saja kembali dari kantin membelikan Rana minum agar saat selesai di hukum ia tidak usah repot pergi ke kantin, teman yang baik bukan? Hehe.

"Etdah ini di hukum apa dah lama amat perasaan." Kata Elisa berbicara pada dirinya sendiri. "Eh Nov, emang kalau murid yang kena hukum, di kasih hukuman paan si, ko lama amat dah?" Tanya Elisa pada Novi salah satu anggota OSIS yang satu kelas dengannya.

"Biasanya sih, kalau hari Senin mereka disuruh mungutin sampah tuh di taman belakang kelas, tapi kadang juga bersihin WC sih." Jelas Novi.

"Oh gitu, yaudah deh kalau gitu gua tunggu di taman belakan aja, thanks ya Nov." Ucap Elisa. "Yoo, sama-sama." Balas Novi.

Akhirnya Elisa memutuskan untuk menyusul Rana dan berniat menunggunya di taman belakang kelasnya.

Tak lama Elisa sampai di taman belakang koridor kelas 11 IPA. Saat akan duduk di salah satu kursi taman, ia mendengar kegaduhan dari gerombolan siswa siswi yang tengah di hukum itu. Karena penasaran Elisa memutuskan untuk melihat apa yang terjadi.

"Eh eh sorry nih, ada apa ya?" Ucapa Elisa berusaha melihat kearah kerumunan orang di depannya. Saat sudah dapat melihat apa yang terjadi Elisa di buat terkejut.

"Rana!, Lo kenapa?" Ucap Elisa dengan nada panik melihat Rana yang sudah meringis kesakitan menahan rasa sakit pada pergelangan kakinya yang sudah bertambah bengkak tersebut.

"Kan gue udah bilang, temen gua ini kakinya abis keseleo dia lagi sakit makannya dia pake sandal, terus kalian OSIS malah tetep ngehukum dia, kalau udah kaya gini kalian juga gamau di salahin kan, seharusnya kalian bisa lebih bijak dan lebih mengerti keadaan sebagi OSIS yang memberi contoh Sama semua murid di sini." Ucapa Elisa dengan kesalnya, muka sudah memerah menaha amarah.

"Eh eh bro, kayanya di Rana jatoh tuh, liat yok." Kata Selamet, dengan mengajak Briyan dan Imron, bukan mengajak melainkan menarik secara paksa tangan kedua temannya.

Suasan menjad tambah panik saat tiba-tiba Rana terkulai lemas di pelukan Elisa.

"Ra... Ra Lo denger gua kan Ra?" Elisa mencoba menyadarkan Rana dengan menepuk pelan pipinya. "Ra bangun Ra." Semua panik Rana tidak sadarkan diri saat itu juga.

Tiba-tiba ada seseorang yang menerobos kerumunan itu dan berusaha menggendong tubuh yang sedang terkulai lemas di pangkuan sahabatnya itu.

Tiba-tiba ada seseorang yang menerobos kerumunan itu dan berusaha menggendong tubuh yang sedang terkulai lemas di pangkuan sahabatnya.

Semua orang yang melihat tidak bisa berkutik, semua diam, semua terperangah tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini.

Briyan? Briyan menggendong tubuh Rana dalam dekapannya, dan membawa nya menjauh dari kerumunan murid-murid di taman belakang kelas.

"Eh mau dibawa kemana temen gue woy?" Elisa berteriak melihat temannya yang tiba-tiba di bawa pergi oleh Briyan.

"Shuttt, udah Elisa disini aja sama Nanang Slamet." Ucap Slamet berusaha menggoda Elisa.

"Ihh, apasi Lo Slamet ganggu aja deh, itu temen Lo kenapa sih main bawa-bawa anak orang aja tu orang." Ucap Elisa kesal.

"Huh, kita juga ga ngerti sama orang itu, udah susul aja." Jawab Imron.

Akhirnya mereka, mengikuti kemana Briyan pergi membawa Rana.

****
Assalamualaikum...

Hallo readers☺️

So! I'M comeback temen-temen...
Maaf banget baru muncul lagi, ya walaupun ga ada yang nungguin juga wkwkwk😂 tapi yaudahlah ya...
Jadi aku lagi di sibukan sama UPRAK! Setra tugas-tugas individu lainnya, jadi maaf baru update teman😋😊

Sorry kalau ada salah dalam pengetikan  atau typo ❤️

So, ya! I hope you'r happy and enjoy reading my story.

Aku harap kalian excited dan senang jika aku melanjutkan cerita ini.

Happy reading!!!❤️
Jangan lupa tinggalkan jejak🌹

RANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang