Part 12

30 3 1
                                    

Tak lama setelah ia menceritakan pada Elisa, dengan terburu-buru ia membereska buku-buku dan memasukannya kembali kedalam tas. Briyan yang melihat gerak gerik Rana yang nampak sekali ada rasa ke khawatiran di wajah gadis itu. Setelah semua buku sudah ia masukan, Elisa tengah berbicara dengan Pak Fian. Setelah Elisa selesai mengobrol dengan Pak Fian ia kembali ke tempat duduknya.

"Ra, gua udah minta izin tadi ke Pak Fian, beliau mengizinkan, tapi kita tetep harus ketemu sama guru piket hari ini Ra." Ucapa Elisa panik, entah lah ia pun merasa khawatir dengan keadaanya sahabatnya ini. Matanya sudah sangat merah menahan tangisnya.

"Udah ko tenag dulunya Ra, tapi Lo mau balik pake apa? Lo kan ga bawa motor Ra. Kalau pun Lo pesen ojol pasti nunggunya lama." Tanya Elisa.

"Aku gatau Ra, aku masih syok." Balas dangan suara lemahnya. Saat Elisa sedang mencoba menenangkan Rana, Pak Fian menghampiri meja keduanya.

"Rana, tadi bapak sudah izin kepada guru piket, kamu di perbolehkan langsung pulang, karena tadi Mrs Muti sudah terlebih dahulu meminta izin kepada guru piket nya." Jelas Pak Fian.

"Makasih Pak." Yang menjawab Elisa, Rana hanya dapat mengangguk, rasanya ia sudah tidak dapat mengeluarkan suaranya. Pak Fian sudah kembali duduk di tempat guru tepat di depan di dalam kelasnya.

"Ra, gimana kalau gue telpon sopir gue aja buat jemput Lo." Kata Elisa.

"Eh gausah sa, aku pesenm ojol aja, semoga dapet ojol nya." Balas Rana.sidah Elisa tau jawabannya, pasti lah Rana akan menolak.

Imron yang sedari tadi mengamati gerak gerik Rana dan Elisa merasa penasaran sebenarnya apa yang terjadi pada Rana, dapat Imron lihat jika mata Rana nampak sangat merah dan sembab oleh air mata.

"Sa, kenapa?." Tanya Imron pada Elisa.

"Ayahnya kecelakaan." Jawab Elisa, ia tak sadar jika sudah berbicara seperti itu, sat sadar ia langsung meminta maaf pada Rana karena sudah memberi tahu Imron apa yang sebenarnya terjadi.

"Hah? Serius Lo?" Tanya Imron lagi.

"Ish iya Imron, masa iya masalah kaya gini bercanda." Jawab Elisa.

"Ya kali aja gitu ayahnya Rana mau nge prank." Kata Imron denabn candanya, yang langsung di beri tatapan tajam membunuh oleh Elisa. Briyan yang mendengar percakapan mereka akhirnya tau apa yang sebenarnya terjadi di sini.

"Gimana Ra, udah dapet ojolnya?" Tanya Elisa.

"Belum sa, dari tadi dapetnya jauh terus, sekalinya Deket tapi di cancel sama dia." Ucap Rana merasa putus asa, ia sempat berpikir untuk berjalan kaki saja Atua berlari saja menuju rumah sakit, dimana tempat sang aya sedang berjuang bertaruh nyawa.

"Terus gimana nih Ra?," Tanya Elisa panik.

"Biar gue yang anter." Bukan Elisa yang menawarkan, tapi Briyan. Briyan yang sedari tadi diam tetapi mendengarkan, akhirnya mengeluarkan suara.

"Gaperlu!." Rana langsung menjawab dengan tegas.

"Loh knapa Ra? Dari pada lo ga dapet ojol terus, mending Lo sama Briyan aja deh." Ucap Elisa.

"Gausah, aku gaperlu di kasihani lagi." Balas Rana ketus. Elisa tentu tau apa maksud dari omongan Rana. Rana pasti merasa tersinggung oleh perkataan Briyan di depan kelas tadi sebelum masuk kelas.

"Udah Ra, Lo sama Briyan aja, dari pada nunggu lama terus dari tadi ga dapet ojol." Tambah Imron.

"Ga perlu, Rana udah dapet ojol nya ko." Balas Rana. "Kalau gitu aku pamit ya sa." Lanjut Rana seraya pergi meninggalkan tempat duduknya menuju Pak Fian untuk berpamitan.

RANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang