Part 17

31 4 2
                                    

"selanjutnya Rana, silahkan maju kedepan, tolong kerjakan soal nomor 5." Ucap Bu Ida, selaku guru matematika.

Rana manu kedepan, ia mengerjakan dengan penuh ketelitian, dan ia mengerjakan dengan cara yang di ia bisa, bukan dengan cara yang Briyan ajarkan, dengan bermaksud agar Bu Ida menjelaskan perbedaan dari cara panjang yang Rana kerja dengan cara yang lebih ringkas, seperti yang Briyan kerjakan.

"Sudah Bu." Ucap Rana ketika ia selesai menulis di papan tulis.

"Coba jelaskan kepada teman-teman kamu." Tuturnya.

"Jadi awalnya pengerjaan kita faktorkan persamaan ini lalu...." Rana menjelaskan dengan perlahan agar teman-temannya dapat mengerti.

"Ok Rana, silahkan duduk, gimana yang lain mengerti?." Tanya Bu Ida.

"Ngga, kita pusing caranya terlalu panjang." Ucap salah satu teman sekelas Rana, Rana sudah tau pasti teman-temannya ini akan pusing melihat rumus yang ia gunakan.

"Gimana, ada yang mau meringkas rumus yang Rana pakai?." Semua terdiam, sampai Bu Ida menunjuk seseorang untuk maju kedepan. "Briyan, tolong kamu ringkas rumus yang Rana kerjakan di depan." Ucapnya tegas memerintahkan untuk Briyan maju, jika ia menunggu murid yang lain maju itu akan memakan waktu lama, sebab pasti jika bukan Briyan atau Rana jarang ada murid lain yang dengan sukarela maju ke depan mengerjakan soal.

Briyan maju kedepan dan langsung mengerjakan apa yang sudah Bu Ida perintahkan.

"Briyan coba kamu jelaskan pada teman-teman kamu."

Briyan menjelaskan di hadapan teman-temannya, teman perempuan sekelas Briyan banyak yang malah memperhatikan wajah Briyan ketimbang papan tulis yang Briyan tunjuk untuk menjelaskan soal itu. Selalu seperti itu jika Briyan maju kedepan untuk menjelaskan.

"Baik Briyan, kamu boleh duduk." Sesat Bu Ida selesai berbicara bell tanda istirahat berbunyi, di hari Senin istirahat memang lebih cepat.

"Ok, buat semua boleh istirahat, dan jangan lupa untuk yang belum selesai saya tunggu sampai besok, kumpulkan di meja saya." Ucap Bu Ida sebelum melangkah meninggalkan kelas.

"Ra, kantin yuk." Ajak Elisa, dan Rana mengangguk menyetujui, setelah selesai membereskan buku dan menaruhnya di laci meja, mereka bergegas menuju kantin, yang sudah pasti mulai ramai.

Sesampainya di kantin Rana dan Elisa memilih kursi yang berada di pojokan.

"Ra, Lo mau makan atau cuman jajan jajan aja?." Tanya Elisa.

"Hmm, kayanya jajan aja deh." Jawab Rana. "Aku beli cilok dulu ya sa, kamu mau?." Lanjut Rana.

"Ngga deh, Lo beli dulu aja ciloknya biar gue tunggu disini jagain tempat." Balas Elisa, setelah itu Rana bergegas menuju penjual cilok.

Tak perlu waktu lama untuk membeli cilok, karena tidak terlalu mengantri. Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Rana kembali mengaliri Elisa yang nampaknya masih bingung ingin membeli apa.

"Sa, kamu masih belum tau mau beli apa?." Tanyanya.

"Iya nih, gue bingung mau beli apa, ah gue beli mie aja lah." Ucap Elisa, sembari melangkah kan kakinya untuk memesan mie pada ibu kantin.

Setelah makanan Elisa datang, mereka memakan makanan mereka masing-masing dengan tenang, dengan sesekali berbincang.

"Eh Ra gue mau tanya deh sama Lo, tapi Lo harus jawab jujur." Ucap Elisa, dengn wajah seriusnya.

"Apasi sa, kamu so serius banget, emang Mau tanya apa?." Balas Rana.

"Sebenernya, perasaan Lo sama Briyan gimana si?." Pertanyaan Elisa membuat Rana mengehentikan kunyahan cilok di mulutnya berhenti.

RANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang