Part 21

22 4 0
                                    

Bell pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, Rana sudah selesai membereskan tempatnya. Rana langsung pamit pada Elisa untuk pulang terlebih dahulu dari pada Elisa yang hari ini memiliki jadwal piket.

"Sa aku duluan ya, kamu hati-hati." Pamit Rana yang sudah menggendong tasnya.

"Ih Ra, Lo juga tiati." Balas Elisa.

Rana segera berlaku meninggalkan kelasnya. Rana berjalan dengan tenang menuju parkiran sekolah. Sebelum sampai parkiran tiba-tiba ada yang menghentikan langkahnya.

"Tunggu Ra ." Ucap orang itu. Rana yang merasa terpanggil menghentikan langkahnya dan diam sampai seseorang yang memanggil sudah rapat berada di sampingnya, yang berhasil membuat Rana menghela nafas.

"Hmm." Rana bergumam.

"Marah?."

Rana bingung dengan maksud orang itu, apa maksudnya marah? Briyan selaku saja begitu jika berbicara, selalu membuat bingung. Orang yang memanggil Rana memang Briyan yang sedari awal Rana keluar dari kelas sudah ia ikutin di belakang.

"Hmm, aku permisi." Ucao Rana seraya bergegas akan meninggalkan Briyan, tetapi lengannya berhasil di tahan oleh Briyan.

"Tunggu."

"Apa?! Kamu mau bilang kalau kamu kasian sama aku? Iya?!." Ucap Rana yang mulai terbawa emosi. Entah apa yang Rana rasakan, ketika ia mengingat apa yang Briyan katakan rasa kecewa sekali ia rasakan, yang sampai sekarang Rana tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

"Maaf aku harus pulang." Rana menghempaskan tangan Briyan yang menahan lengan nya dan bergegas meninggalkan Briyan yang masih diam mematung di tempat.

Briyan melihat Rana bergegas menggunakan motornya keluar dari gerbang sekolah dengan tatapan kosong. Briyan pun tidak tahu apa sebenarnya yang ia rasakan.

Saat tengah diam Briyan di kagetkan dengan kedatangan teman-temannya.

"Aduh Briyan Briyan, emang enak di cuekin, makannya jangan gengsi buat ngomong Yan." Tutur Imron setelah melihat kejadian yang ia lihat.

"Makannya kalau ngomong di filter yan, coba buat lebih menghargai seseorang." Ardi ikut menimpal mencoba memberi nasihat pada Briyan. Entah lah itu nasihat atau hanya sebuah ledekan saja.

"Gue kaya abis nonton drama Korea dah, Briyan yang di tilang oleh sang bidadari." Ucap Slamet yang sukse mendapatkan hadiah geplakan dari Ardi dan Imron.

****

Malam ini Rana akan kembali dengan buku-bukunya, belajar untuk seleksi nanti. Ia akan mencoba semaksimal mungkin, terlepas dari ia akan lolos atau tidak, setidaknya ia sudah berusaha dan berjuang demi yang terbaik. Rana memulai belajar seperti biasa setelah sholat isya. Malam ini ia akan fokus untuk mempelajari materi olimpiade karena untuk besok ia tidak memiliki tugas yang harus di kumpulkan.

Rana saat ini tengah fokus membaca dan mempelajari materinya, saat tengah fokusnya, pintu kamar Rana di ketuk dari luar dan tak lama muncul lah Ariel dari balik pintu.

"Teteh." Panggilnya.

"Iya kenapa ril?." Jawab Rana.

"Ariel di bawain mainan dong sama ka Briyan, katanya ini mainan waktu dia masih kecil, sekarang mainan ini jadi punya Ariel." Tutur Ariel sembari menunjukan mobil mainan yang berada di tangannya.

Rana yang mendengar hanya tersenyum saja. "Tapi tunggu kalau Ariel bilang dia di kasih mainan, berarti Briyan ada di sini." Rana berbicara dalam hati.

"Oh iya teh, kata bunda Ariel kesini disuruh panggil teteh, bunda sama Ariel mau pergi ke  minimarket, jadi kata bunda teteh temenin ka  Briyan dulu." Jelas Ariel. Sebetulnya Rana masih nggan untuk bertemu dengan Briyan, tapi apa boleh buat bundanya lah yang menyuruhnya.

RANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang