Rana dan Elisa menghabiskan waktu istirahat mereka di dalam kelas, sebelumnya merek terlebih dahulu membeli makanan, tapi mereka memilih memakannya di kelas ketimbang di kantin yang ramai. Entah lah mood mereka berdua sedang tidak terlalu baik di keramaian.
"Ra, Lo ga ikut Briyan juga?." Tanya Slamet yang baru saja memasuki kelas.
"Emang kenapa?." Rana kembali bertanya.
"Loh Lo kan juga ikut olimpiade." Ucap Slamet.
"Kepo Lo muad." Ledek Imron, seraya menjitak kepala Slamet yang sedang duduk di hadapan Rana.
"Aku kan cuman cadangan." Ucap Rana.
"Gapapa Ra, tenaga aja gue doain biar si Cantika kagak bisa ikut, biar Lo aja yang ikut." Tutur Slamet.
"Hush ga boleh gitu, dia kan juga temen kita." Jawab Rana.
"Tau Lo met, kagak bae doain orang yang ga baik." Ucap Imron.
"Yee kaya Lo kagak pernah aja, Lo kan juga sering nih ngata ngatain gue." Slamet membela dirinya.
"Udah elah Lo berdua ganggu aja deh orang lagi makan juga." Ucap Elisa kesal.
"Aduh elah, ngapa dah lu sa marah marah Mulu bawaannya." Ucap Slamet.
"Diem deh met ya gue lagi ga pengen ribut." Ucap Elisa.
"Lah emang sape yang mau ngajak Lo ribut Maemunah." Tutur Slamet yang berhasil membuat Elisa semakin kesal.
"Udah deh mending Lo pergi ah." Elisa mulai jengah melihat tingkah Slamet.
"Ye lagian gue kan lagi ngomong nya sama Rana bukan sama Lo Elisa, anaknya bapak Sulianto." Ucap Slamet.
"Heh enak aja Lo nama bapak gue bukan itu." Tungkas Elisa.
"Terus siapa dong?."
"Buat apa Lo tau nama bapak gue." Balas Elisa.
"Ya mau di hapalin aja biar nanti pas gue Jabat tangan bapak Lo, gue kagak salah sebut." Ucap Slamet yang berhasil membuat Elisa semakin naik darah.
"Slamet!!!!." Slamet yang mulai menangkap sinyal tidak baik, ia langsung lari dan kabur dari kelas.
"Udah sa, lanjut lagi makannya." Ucap Rana menenangkan Elisa.
"Yaudah deh gue susul si Slamet dulu ya." Ucap Imron lalu melenggang ke luar kelas.
Rana dan Elisa melanjutkan kembali makannya dengan tenang.
Bell tanda istirahat telah selesai sudah berbunyi. Semua murid sudah kembali masuk ke kelasnya masing-masing. Tetapi Rana masih saja belum melihat Briyan kembali ke kelas. Sebenarnya membahas tentang apa sampai istirahat selesai belum juga kembali.
"Ra Lo kenapa?." Tanya Elisa saat melihat Rana seperti tengah menunggu seseorang. Rana tidak menjawab hanya menggelengkan kepalanya.
Tak lama guru pelajaran pun datang. Rana kembali fokus pada pembelajarannya walaupun ada perasaan yang mengganjal yang belum ia tau pasti itu apa.
Pembelajaran berjalan cukup lancar, sampai bell istirahat kedua berbunyi. Tapi Briyan tak kunjung kembali ke kelas. Entah apa yang mereka lakukan. Rana tetap berpikir positif mungkin mereka sedang mempelajari materi yang cukup banyak jadi mereka membutuhkan waktu yang lama.
Di jam istirahat kedua ini Rana dan Elisa berjalan beriringan menuju mushola sebagai membawa mukenanya, untuk melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah. Sebelum nya mereka wudhu terlebih dahulu di kamar mandi. Sesampainya dia mushola segera mereka memakai alat sholat nya agar tidak tertinggal sholat berjamaah. Semua menjalankan sholat dengan khusyuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANA
Novela JuvenilEntahlah aku tidak mengerti bagaimana aku menjelaskan nya. Tapi yang ingin aku beri tahu, ini cerita ku tentang dia yang memberikan warna di hidupku. Ya, sebagian orang memang mengatakan aku yang terlalu monoton, si pendiam, pemalu and much more. Ta...
