Part 35

21 1 0
                                    

Rana dan Briyan tengah berjalan di koridor kelas mereka menuju ke parkiran sekolah. Hari ini sepulang sekolah Briyan mengajak Rana untuk pulang bersama. Rana yang memang tidak membawa kendaraan menyetujui nya dengan sedikit paksaan dari Elisa.

Di tengah perjalanan saat masih di daerah koridor kelas XI MIPA langkah Briyan dan Rana berhenti saat ada yang memanggil nama salah satu dari mereka.

"Briyan." Panggil orang itu. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah Cantika.

Briyan tidak menjawab ia hanya menoleh kearah Cantika. Rana yang merasa tidak nyaman hanya diam saja.

"Briyan, kamu mau pulang ya? Aku bareng kamu boleh ga? Supir ku ga bisa jemput nih." Ucap Cantika tanpa memperdulika Rana yang ada di antara mereka.

"Gabisa." Jawab Briyan tegas.

"Kenapa? Kamu bawa mobil kan?."

"Hmm."

"Terus kenapa ga bisa? Boleh ya." Cantika mencoba membujuk Briyan.

"Gue balik bareng Rana." Ucap Briyan.

"Kan kamu bawa mobil jadi Rana juga bisa tetep bareng kan? Iya Ra."

Rana hanya mengangguk menanggapi nya.

"Tuh Rana aja mau ko, yaudah yuk." Ucap Cantika lalu Manarik lengan Briyan menuju luar sekolah.

Setelah sampai di tempat biasa Briyan memarkirkan mobilnya, saat Rana akan memasuki kursi penumpang depan, Cantika segera mencegah nya.

"Hm Ra, aku duduk di depan ya, gapapa kan?."

"O-oh iya ga-papa ko." Balas Rana.

Lalu dengan senang hati Cantika membuka kursi penumpang depan dan duduk. Briyan yang melihat Cantika yang duduk di depan mencoba membuka suara.

"Rana, pindah ke depan, Cantika lo ke belakang." Ucap Briyan dengan tegas.

"Loh ko gitu sih Yan, Rana nya juga ga masalah ko, iya kan Ra." Ucap Cantika berusaha untuk tidak pindah ke kursi belakang.

"Iya Yan gapapa ko, udah kita langsung pulang aja." Ucap Rana, ia mencoba berbesar hati.

Diantara Rana dan Cantika, rumah Rana yang memang lebih dekat sehingga. Briyan tidak mau berlama lama dengan Cantika, sehingga ia sengaja melewati rumah Rana lalu mengantar kan Cantika terlebih dahulu.

"Loh Yan, bukannya kita ke rumah Rana dulu ya seharusnya, rumah dia kan paling Deket." Ucap Cantika.

"Gue ada urusan di rumah Rana, jadi gue bakal mampir." Jawabnya.

"Yaudah gapapa aku bisa nunggu ko, aku juga bisa gabung kan sama kalian." Ucap Cantika dengan penuh percaya diri.

"Gak." Balas Briyan dengan sarkas.

"Loh kenapa, Rana ga keberatan kan?." Cantika beralih kepada Rana, karena ia tau Rana tidak akan menolak.

"Gue bilang ngga ya ngga, Lo bisa diem?." Suara Briyan sedikit meninggi.

"Yaudah deh gapapa, lain kali aja." Ucap Cantika ia mencoba menahan amarahnya yang sudah ingin meluap, ia tidak suka melihat kedekatan Briyan dan Rana.

Setelah keheningan di tengah perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah Cantika.

"Makasih ya, kamu mau mampir?." Tanya Cantika.

"Ga perlu."

"Yaudah kalau gitu aku duluan ya, kalian hati-hati." Ucap Cantika, ia keluar dari mobil Briyan lalu segera memasuki rumahnya. Tanpa mereka sadari Cantika masih menyimpan amarah dalam dirinya. Ia nampak sangat tidak menyukai kedekatan Briyan dan Rana, dalam diam ia merencanakan sesuatu.

RANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang