Part 33

21 3 0
                                    

"makasih ya Imron." Ucap Rana saat ia sudah sampai tepat di depan rumah.

"Iya sama-sama santai aja kali." Balas Imron.

"Mau mampir dulu?." Tawar Rana.

"Gausah deh Ra, nanti ada yang marah lagi kalau gue mampir rumah Lo." Ucap Imron.

"Marah? Kenapa harus marah? Maksud kamu itu siapa? Bunda aku? Bunda ga akan marah ko."

"Eh bukan bunda Lo maksudnya, tapi cowo Lo." Tungkas Imron.

"Cowo?." Rana terheran, cowo? Siapa maksudnya.

Imron mengangguk. "Iya cowo Lo, Briyan." Jawabnya.

"Ish kamu nih."

Imron terkekeh. "Lo emang ga marah atau kesel atau cemburu gitu liat Briyan sama Cantika tadi?." Tanya Imron. Rana menggelengkan kepalanya. Namun hati dan ekspresi wajah Rana tidak dapat di sembunyikan.

Lagi-lagi Imron terkekeh melihat respon dari Rana. "Ra..Ra... Lo ga bisa bohongin perasaan Lo, ternyata Lo sama Briyan itu sama sama gengsi buat ngaku." Tutur Imron.

Rana hanya terdiam. "Yaudah deh gue pamit ya Ra, salam buat bunda sama adik lo." Ucap Imron.

"Iya makasih ya sekali lagi."

Imron mengangguk. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Setelah mendapat jawaban salam dari Rana Imron segera melaju kan motornya untuk pulang.

****

Malam ini seperti biasa, sehabis melaksanakan sholat isya, Rana duduk di kursi meja belajarnya. Entah itu untuk mengerjakan tugas atau pun belajar. Saat ini ia tengah mengerjakan beberapa tugas, untuk lusa, karena tugas yang akan di kumpulkan esok sudah selesai ia kerjakan.

Saat tengah serius mengerjakan tugasnya, ponsel yang ia simpan di meja kecil samping tempat tidur nya berdering nyaring. Ia menghampiri untuk melihat dan mengangkat telpon itu.

Briyan calling 🔊

Hallo?.

Rana belum membuka suara.

Hallo?.

Briyan kembali bersuara, tetapi Rana masih enggan untuk bersuara. Entahlah, ada rasa sedikit kesal dalam hati Rana saat mendengar suara Briyan.

Ra..

Panggil Briyan.

Ada apa?.

Akhirny Rana mencoba untuk membuka suara. Tapai entah kenapa ia malah mengeluarkan nada suara yang mengisyaratkan orang yang sedang kesal.

Lo kenapa?.

Dalam hati Rana berbicara "pake nanya lagi kenapa, masih ga sadar juga ini orang arrgh." Rana cukup kesal di buatnya.

Ngga.

Marah?.

Ngga.

Yaudah gue tutup.

Rana tercengang mendengar apa yang di ucapkan Briyan, lalu apa maksudnya Briyan menelpon nya jika tidak ada yang ingin di bahas. Rana sudah semakin kesal di buatnya, terserah apa yang akan di lakukan Briyan ia mulai tidak akan terlalu peduli. Terserah!

Sebelum Briyan menutup telponnya, Rana sudah terlebih dahulu menutupnya, dengan kesal Rana sedikit membanting ponselnya ke arah tempat tidurnya, untung saja tidak jatuh.

RANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang