Chapter 11

360 36 3
                                    

"Bagaimana Suho ya? Mark baik-baik saja kan?" tanya Kris, jelas sekali jika dia sangat khawatir sekarang.

"Hyung secara fisik Markeu memang baik-baik saja tapi tidak dengan psikis nya, nampaknya Mark begitu terguncang atas kepergian Fany noona tapi ini tidak boleh berlanjut hyung, keadaan Mark yang jadi taruhannya" jelas Suho.

Celine yang mendengar penjelasan Suho hanya diam, dia juga begitu terpukul karena kepergian menantu kesayanganya, padahal natal nanti di ingin merayakan nya dengan keluarga putra nya ini tapi Tuhan nampaknya memiliki rencana yang lain.

"Lalu apa yang harus hyung lakukan Suho ya? Mark sangat dekat dengan mommy nya".

"Hyung aku tahu jika kepergian Fany nonna begitu menyakitkan untuk kalian tapi Hyung juga harus bisa bangkit karena hyunglah yang menjadi kekuatan Markeu saat ini. Jagalah dan selalu temani putramu hyung, seperti yang hyung bilang tadi jika Mark sangat dekat dengan mommy nya, maka kepergiaan momny nya akan sangat sulit untuk dia terima tapi tidak ada yang tahu akan rencana Tuhan selanjutnya hyung, mungkin Tuhan mempunyai rencana yang jauh lebih indah untuk keluarga kalian".

Kria terdiam mendengar ucapan sahabatnya itu, semua yang dikatakan oleh Suho benar, kematian istrinya adalah takdir Tuhan yang harus dia terima, awalnya memeng berat tapi dia harus bisa bangkit demi putranya yang sama hancur nya dengan dirinya.

"Hyung boleh bersedih tapi jangan terlarut dalam kesedihan karena Markeu juga membutuhkanmu hyung".

"Terima kasih Suho ya!".

"Sama-sama hyung, kalau begitu aku pulang dulu jika terjadi sesuatu jangan sungkan untuk menghubungiku, Aunty aku pergi dulu" pamit Suho.

Celine mengangguk dan mengucapkan terima kasih karena bantuan Suho, sementara Kris mengantar sahabatnya itu.

Kamar Mark kembali sunyi hanya suara detak jarum jam yang memecah kesunyian itu. Celine tidak henti-henti nya mengelus rambut Mark, cucu nya yang malang. Kenapa harus cucu nya yang mengalami hal menyakitkan ini? Cucu nya masih sangat muda untuk merasakan kesedihan yang begitu dalam.

"Tidurlah yang nyenyak sayang, saat bangun nanti grandma yakin hanya kebahagiaan yang ada di hidupmu" ucap Celine sambil mencium kening cucu nya setetes air mata keluar dari mata keriputnya.

Setelah menyelimuti Mark dan memastikan jika cucu nya tidak kedinginan, Celine keluar dari kamar Mark.

Pandangan nya kembali menyendu begitu melihat putra nya sedang melamun di tengah malam seperti ini. Sebagai seorang ibu dia juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Kris saat ini karena dulu dia juga hancur saat mendiang suami nya pergi.

"Kris..." walau pelan tapi mampu membuat Kris terkejut.

"Mom..."

Celine membawa tubuh tegap Kris dalam pelukanya.

"Menangislah Kris, menangislah!".

Pecah sudah tanggisan Kris dalam pelukkan mommy nya daritadi dia sudah menahan semuanya, dia berusaha untuk kuat demi putranya tapi setelah mendengar ucapan mommynya dia tidak bisa menahannya lagi.

"Mom..hiks..Tiffany meninggalkanku mom...hiks" racau Kris.

"Mommy tahu sayang, mommy tahu tapi Tiffany juga akan sedih jika melihatmu seperti ini".

"Hiks...Fany ah...hiks...kenapa kau meninggalkan oppa hiks...? Oppa tidak hiks...bisa jika kau..hiks..tidak ada...hiks...bagaimana...oppa..harus hiks...hidup...tanpamu di samping..hiks...oppa"

Celine juga ikut menangis mendengar racaun Kris yang memanggil menantunya. Dia tahu bagaimana putranya sangat menyayangi menantunya itu.

Masih segar dalam ingatanya saat Kris marah besar karena Tiffany menyuruhnya untuk menikah lagi karena saat itu menantunya habis keguguran untuk yang kesekian kali nya, tapi dengan tegas Kris menolak nya putra nya itu rela tidak mempunyai keturunan daripada harus berpisah dengan istri yang sangat dia sayangi.

La FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang