Pagi ini mereka berdua sama-sama menjalankan aktivitas yang padat. Ah tidak, lebih tepat nya Rosse yang ingin menghindar. Rosse selalu merasa ada yang janggal mengenai hubungan nya dengan Chanyeol. Chanyeol tidak akan mungkin menerima nya begitu saja, pasti ada maksud yang terselubung atas semua perlakuan nya.
"kau melamun?" kejut Kris, Rosse menggeleng. Ah, tidak seharus nya dia melamun saat ini.
"kau lapar? Aku berniat mengajak mu dan Irene untuk makan," Rosse langsung menatap jam tangan nya, masih pagi. Dia lupa untuk sarapan pagi ini, Rosse masih menimang ajakan Kris.
"kalian sedang apa?" tanya Irene tiba-tiba muncul.
"tidak, aku hanya ingin mengajak kalian berdua untuk makan saat ini. Memang belum waktu nya jam makan siang, tetapi tak ada salah nya untuk sarapan bukan?" Kris mengelus puncak kepala Irene, dan itu sukses membuat pipi Irene memerah.
"dasar kalian berdua," setelah mengucapkan hal itu Rosse bangkit dari duduk nya dan meregang kan otot nya.
"baiklah aku akan memesan meja," ujar Kris bersemangat. Rosse dan Irene hanya menggeleng menatap perlakuan Kris.
"ah ya Rosse, aku sama sekali belum pernah bertemu dengan ibu mu, aku sangat ingin bertemu dengan ibu mu," ucap Irene bersemangat. Rosse membulat kan matanya, lalu dia menatap handphone nya dan mengecek tanggalan.
"astaga aku lupa, besok pagi hari peringatan lahir nya ayah ku. Aku harus pulang sekarang. Maaf kan aku tidak bisa ikut kalian makan, dan Kris tolong izin kan aku pulang. Bye semua," ujar Rosse tergesah-gesah. Kris dan Irene hanya melongo ketika mendengar ucapan Rosse yang begitu cepat.
"jadi?" tanya Irene setelah melihat punggung Rosse yang sudah menghilang.
"entah lah, bagaimana jika kita berdua saja?" ujar Kris sambil mencubit pipi Irene.
"kau sengaja yah agar bisa berduaan di jam kerja ku huh?" Irene mendengus, Kris hanya tersenyum lebar.
"ayolah aku adalah bos mu dan kau adalah bawahan ku," Kris tersenyum kemenangan. Irene memutar bola matanya malas.
"dasar,"
•••••••••
Rosse berlari tergesah-gesah, dia merutuki kebodohan nya karena melupakan hari yang sangat penting bagi nya. Astaga, jarak rumah nya dan posisi nya sekarang bukan lah hal yang dapat dijangkau dalam waktu singkat. Rosse berulang kali mengumpat, dia sedang berada di kota dan kenapa sangat sulit sekali menemukan kendaraan umum.
"butuh tumpangan nona?" Rosse mengusap tengkuk nya. Dia kemudian mengangkat bahu nya.
"yah, kurasa begitu," Rosse acuh tak acuh lalu duduk di kursi belakang.
"hey! Aku bukan sopir mu, duduklah disamping ku!" Rosse memutar bola mata nya malas.
"aku tidak mau," ucap Rosse kukuh, tetapi aneh nya dia turun dan duduk di samping Hanbin.
"dasar wanita aneh," ujar Hanbin, lalu dia menjalankan mobil nya.
"hm," setelah gumaman itu, mereka berdua sama-sama terdiam dan larut dalam pemikiran masing-masing.
"setelah jalan ini, kita belok kiri," Hanbin mengangguk.
"ah, rumah berchat biru di depan sana, tolong turun kan aku disitu,"
"terima kasih telah mengantar kan ku," Hanbin mengangguk. Mereka berdua turun, Hanbin bersandar di mobil nya.
"tapi itu semua tidak gratis," ujar Hanbin datar. Rosse menyerngit, dia kemudian mengangguk mengerti, lalu mengeluarkan beberapa uang dan diserah kan untuk Hanbin."aku tidak butuh uang," kedataran dari ucapan dan raut wajah nya.
"lalu apa?" ucap Rosse kesal.
"aku akan meminta nya besok, dan itu sebagai balas budi," raut wajah Hanbin berubah, dia menyengir kuda pada Rosse."terserah, cepat lah pergi!" Hanbin mendengus lalu dia mengacak rambut Rosse sebelum dia benar-benar memasuki mobil.
"hei! rambut ku jadi berantakan, dasar!" ujar Rosse mendumel kesal. Hanbin terkekeh dan menjalan kan mobil nya.
"selamat tinggal," Rosse mengangguk dan menatap mobil Hanbin yang lama kelamaan menghilang dari pandangan nya."Rosse? Sejak kapan kau disitu?" suara lemah dan lembut itu. Rosse berbalik dan mendapati ibunya semakin kurus dan suara nya yang sangat lemah.
"ibu?" Rosse benar-benar tak dapat Menahan isak tangis nya, dia dengan segera memeluk ibu nya. Orang yang sangat dia sayangi, orang yang beharga satu-satu nya yang dia miliki.
"kau tidak meminum obat nya kan? Jujur padaku! Ayo kita kedokter sekarang!" Rosse langsung bertindak, dia mencari kendaraan umum.
"aku tidak apa-apa. Ayo masuk, ibu tadi masak makanan kesukaan mu," Rosse mengangguk, lalu menuntun ibu nya pelan-pelan.
Mereka berdua kini sudah berada di meja makan, Rosse melihat makanan nya yang masih panas dan terlihat seperti baru saja matang. Rosse menatap penuh minat pada masakan ibu nya. Sudah lama dia tidak makan masakan ibu nya, pola makan Rosse setelah menikah sangat lah kacau, dia lebih suka memakan makanan cepat saji.
"apa ibu belum makan?" tanya Rosse penuh keraguan. Ibunya mengangguk pelan.
"ibu baru saja selesai memasak, ayo makan!" ibunya tersenyum lembut lalu menarik kursi untuk nya.
"kenapa ibu memasak makanan kesukaan ku? Apakah ibu tau aku akan datang?" tanya Rosse heran.
"firasat seorang ibu akan mengalah kan segala nya," Rosse menatap ibu nya. Dia akan sangat banyak berterima kasih pada tuhan karena memberikan ibu sebaik dirinya.
Setelah itu hening, mereka berdua fokus pada makanan mereka. Rosse mengambil makanan dengan porsi yang sangat banyak, jika sudah bertemu makanan Rosse tidak akan sungkan-sungkan untuk memakan semua nya.
"bagaimana dengan kuliah dan pekerjaan mu? Apa kau masih bekerja?"
"akhwu mwasih mwelhanjhut khan kweduha nyah," ujar Rosse dengan mulut penuh makanan, ibu Rosse tersenyum kecil. Ternyata anak nya masih belum berubah.
"dan bagaimana juga dengan hubungan kalian? Apakah tidak ada masalah?" Rosse terdiam sebentar. Lalu dia tersenyum dan mengangguk.
"kami baik-baik saja," ibu Rosse hanya diam dan memperhatikan anak nya.
"oh yah bu, apa kita akan mengunjungi gereja nanti?" ucap Rosse bersemangat, Ibu Rosse tersenyum lalu mengangguk.
"tentu, kenapa tidak?" mereka berdua terkekeh sambil mengingat kejadian beberapa bulan lalu yang mereka alami saat di gereja.
"pasti mengingat hal itu bukan?" Rosse tertawa kencang bersama ibu nya.
"astaga jangan ingat kan aku dengan hal itu, perut ku bisa sakit dibuat nya," ujar Rosse sambil tertawa.
"sudah Lah, selesaikan makan mu dan kita akan segera berangkat," Rosse mengangguk.
Tak lama kemudian hujan yang sangat deras disertai petir datang, Rosse dan ibunya kini berdiam di ruang keluarga sambil menikmati acara berdua. Rosse melupakan pikiran yang dari kemarin mengusik nya, dia sangat senang ketika orang yang disayangi nya kini berada di samping nya. Dia akan selalu berdoa pada tuhan agar memanjangkan umur ibu nya.
"Rosse? Apakah kau sudah memberi tau Chanyeol kalau kau ada disini?" Rosse masih malas untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang itu. Entahlah, Rosse merasa ada hal yang tidak benar diantara mereka berdua.
"kau tidak menginap kan?" lanjut ibu nya.
"ibu biarkan aku menginap, aku ingin merasakan ketenangan saat ini," rengek Rosse, ibunya kemudian mengangguk lalu mengelus rambut Rosse.
"jangan pernah lari dari masalah," Rosse terdiam dan mencerna ucapan ibu nya.
°°°°°
Vote + komen + share, ikutin akun ini buat info selengkap nya!! 👿❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Dosen [ChanRose]
Fanfiction[ SLOW UPDATE ] Rosse, terkadang wanita itu masih memikirkan bahwa bagaimana dirinya bisa terjebak di dalam hubungan yang entah direncanakan tuhan untuk maksud tertentu mungkin? Sebuah hubungan yang rumit dan aneh, terlebih lagi dosen dingin da...