01. Hari Pertama Maternitas

53.8K 5.3K 676
                                    

Selepas mandi, Jeno beranjak buat rapihin penampilannya. Hanya outfit simple. Kemeja lengan pendek berwarna navy dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam. Nggak lupa sneakers yang senada sama warna kemejanya. Setelah memastikan penampilannya rapi,  lantas ia meraih sneli kebanggaanya.

DOKTER MUDA
LEE JENO

"Yuk semangat yuk. Bisa yuk. Bisa gila."

...

Kayaknya Jeno salah makan deh. Nggak enak sebenarnya bolak-balik kamar mandi dari tadi. Tapi gimana lagi. Perutnya ga bisa diajak kompromi. Efek semalam makan nasi goreng pedas. 

Waktu balik ke midwife station, Jeno bisa lihat ada beberapa mahasiswa baru yang lagi perkenalan.

"Siapa?"

Jeno nyolek temen satu koasnya buat nanya.

"Siswa baru. Perawat. Lagi stase maternitas." Jawab Heeseung, teman Jeno.

"Semester berapa?"

"Tadi sih katanya lima."

"Oh gitu. Lumayan lah."

Sebenarnya Jeno ngerasa kebantu aja kalau ada mahasiswa keperawatan. Soalnya bisa dimintai tolong kalau lagi kepepet banget.

Jeno ngamatin mahasiswa itu satu persatu. Jumlahnya ada enam orang, dua diantaranya laki-laki. Sisanya perempuan. Atensi Jeno lantas teralihkan sama cowok yang warna rambutnya kaya permen kapas. Jeno ngerutin keningnya, emang boleh dari kampus cat warna gitu? Nggak sadar diri aja kalau rambutnya juga warna cokelat.

"Perkenalkan, nama saya Na Jaemin. Biasa dipanggil Jaemin. Mohon bantuannya."

Namanya cantik kaya orangnya.

Habis perkenalan sisa dua mahasiswa di ruangan. Salah satunya si Jaemin ini, dan teman perempuannya. Yu Jimin namanya.

Yang Jeno dengar mereka praktik satu bulan di sini. Dua minggu jaga di ruang bersalin, dua minggu jaga ruang nifas dan satu minggu di poli kandungan.

Mereka dibagi dalam kelompok kecil. Dan setiap kelompok hanya berisi dua mahasiswa.

"Lee Jeno."

"Lee Heeseung."

"Jang Wonyoung."

"Na Jaemin."

"Yu Jimin, panggil aja Karina."

Jeno dan teman koasnya pun saling berkenalan dengan mahasiswa baru dalam ruajgan. Pun saling berjabat tangan. Dan sensasi berjabat tangan dengan lelaki manis berambut pink itu buat sesuatu di dada kiri Jeno bergetar tak karuan. Tangannya halus, dan terasa pas dalam genggaman. Lelaki Lee suka sensasinya.

Ruang bersalin kali ini juga terasa sepi. Sama sekali tidak ada pasien sama sekali. Yang Jeno tau pasien terakhir sudah dipindahkan ke ruang perawatan tadi pagi.

Nggak tau kenapa Jeno susah alihin pandangannya. Ada satu hal yang bikin Jeno tertarik buat ngamatin lelaki yang warna rambutnya mencolok sekali.

Wajahnya termasuk cantik buat ukuran laki. Pipinya berisi dan kemerahan. Bulu matanya lentik, bola matanya mirip bambi dan bening banget. Bibirnya pun tipis kemerahan. Kalau menurutnya wajah Jaemin itu tampan dan cantik dalam satu waktu.

"Kenapa?"

Jeno ajukan tanya sewaktu ngerasain tangannya disenggol sama Heeseung.

"Cakep ya? Mukanya biasa aja dong waktu ngeliatin."

Kalau kondisi bukan di Rumah Sakit, udah Jeno jamin bakalan cubit Heeseung kuat-kuat. Banyak omong banget emang sobatnya satu itu.

"Gausah nyebelin deh."

Terpesona | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang