Selagi tak ada tugas, yang Jeno kerjakan hanya melamun saja. Memandangi ponselnya tanpa minat. Ingin mengirimkan pesan pada Jaemin takut tidak dibalas. Jeno pun selalu terpikirkan kata-kata adiknya.
Jadi tanpa sepengetahuannya mereka suka jalan berdua? Tapi Jeno juga bukan siapa-siapa Jaemin. Hak Jaemin ingin jalan dengan siapapun itu.
Sekitar tiga bulan mengenal Jaemin tak ada kemajuan apapun dalam hubungan mereka. Bukan berarti Jeno begitu menginginkan Jaemin segera menjadi miliknya. Hanya saja Jeno juga ingin mengenal Jaemin lebih baik lagi.
Jeno menghembuskan nafasnya pelan. Pikirannya suntuk. Saat melihat jam yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam, Jeno beranjak dari kamarnya sendiri. Jeno butuh teman cerita, dan dia yakin Mark bersedia mendengar ceritanya.
...
"Yaudah aku bikinin teh hangat dulu ya."
Haechan lantas beranjak menuju dapur. Sebenarnya alasan juga. Dia ingin membiarkan kekasihnya berbicara serius dengan adiknya sendiri.
Begitu pintu kamar Mark ditutup oleh Haechan, Jeno segera mendudukan tubuhnya di atas ranjang milik kakaknya.
"Haechan ngingep bang?"
"Iya. Mumpung besok kita sama-sama libur jaga. Kenapa?"
"Aku boleh tanya sesuatu?"
"Bayar. Satu pertanyaan satu buah semangka."
Jeno tertawa.
"Murahan amat bang."
Mark melempar Jeno dengan bantal yang ia peluk. Adiknya emang evil semua.
"Rasanya jatuh cinta terus cintanya dibales tuh gimana si Bang?"
Mark memandang wajah Jeno aneh.
"Kamu habis ditolak Jaemin?"
"Dih. Aku aja belum pernah confess kok sama dia."
"Halah cupu. Kalah ya kamu sama Jisung."
Jeno hanya tersenyum menanggapinya. Dan seketika Mark merasa bersalah berucap demikian. Haduh mulutnya tuh.
Mark berdehem dan Jeno memandang wajah kakaknya dengan serius.
"Rasanya perut aku kaya ada yang gelitikin. Liat wajahnya aja rasanya jantung langsung detak lebay. Rasanya bersyukur banget waktu tau cinta kita berbalas."
"Haechan suka ngungkapin perasaannya?"
"Dia tipe yang ekspresif. Aku suka cara dia ngasih perhatian. Cara dia bilang sayang sama cinta ke aku. Mau dibilang lebay juga bodo amat. Tapi setiap ke gereja aku selalu berdoa biar Haechan jadi jodoh aku aja."
Bisa Jeno lihat tatapan penuh kesungguhan di mata milik kakaknya.
"Menurut abang, apa ada kemungkinan Jaemin bales cinta aku?"
"Kenapa engga? Di dunia ini banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Bukan hal mustahil kalau Jaemin juga cinta sama kamu."
"Beberapa hari yang lalu aku cium Jaemin."
Mark terdiam mendengar perkataan Jeno.
"Aku nggak nyesel udah cium dia. Tapi aku ngerasa jadi brengsek karena aku berani cium dia padahal nggak ada status apapun di antara kita bang." Lanjut Jeno.
"Jujur Jen. Aku nggak suka sama kelakuan kamu yang ini. Tapi karena udah terlanjur mau gimana lagi. Emang kamu nggak ada niatan confess aja?"
Jeno menggeleng.
"Akhir-akhir ini aku kadang ngerasa bersalah kalau liat wajah Jisung. Aku ngerasa udah jadi abang yang buruk karena aku suka bikin Jisung sedih. Apalagi Jaemin juga keliatannya ngerespon Jisung. Dia itu terlalu rumit buat dipahami. Apa aku nyerah aja demi Jisung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpesona | Nomin
Lãng mạn[ SELESAI ] Pesona Jaemin menguar di hari pertamanya paraktik di ruang bersalin bikin Jeno si koas tampan itu tak bisa alihkan pandangannya. Jeno jatuh cinta, nyatanya Jaemin sukar di dekati. Lantas Jeno harus bagaimana untuk taklukan hati si pujaa...