06. Hanya Kenalan

21.9K 3.6K 461
                                        

Sampai kamar dan berganti pakaian, Jaemin asik rebahan. Dia masih kepikiran sama Bundanya yang kemaren nangis sesenggukan.

Jaemin pejamkan matanya. Kalau inget wajah Bundanya kaya mau nangis lagi. Nggak tega. Kemaren Jaemin nggak sengaja lihat chat di ponsel Bundanya. Ada satu chat yang buatnya geram seketika. Pantas saja Bundanya sampai nangis sesenggukan.

"Kalau emang sayang aku harusnya buktiin aja."

Jaemin bergumam dengan hati gundah tak karuan.

...

Jeno teringat percakapannya dengan teman Jaemin, Karina siang tadi.

"Jadi gini, Dokter serius suka sama Jaemin?"

Dengan wajah yang serius Karina ajukan pertanyaan.

"Iya, beneran."

"Jaemin itu belom pernah pacaran. Belom pernah suka sama orang secara romantis. Tapi yang suka banyak sampe bingung ngitung. Aku cuma mau nyaranin. Kalau emang Dokter nggak serius jangan deketin Jaemin. Aku tau kok kalau jodoh di tangan Tuhan. Tapi kalau Dokter cuma penasaran aja aku saranin jangan."

"Demi Tuhan aku nggak ada niat buruk sama Jaemin. Aku pernah suka sama orang. Tapi nggak semendebarkan yang sama Jaemin ini."

Senyum Karina terulas dengar jawaban yang Jeno beri.

"Nggak papa kok kalau nggak mau ngasih tau. Aku bakalan cari tau sendiri tentang Jaemin."

"Aku nggak bisa bantu banyak. Yang jelas kalau beneran suka sama Jaemin harus sabar deketinnya. Kalau misal Dokter mau tanya-tanya boleh banget kok."

Jeno tersenyum lebar.

"Makasih ya."

...

"Beli apa lagi yaaa?"

Jaemin kembali berpikir. Ini awal bulan jadi tugas Jaemin buat belanja bulanan. Biasanya dia pergi berdua sama Bundanya. Tapi karena Bunda lagi ada kepentingan, terpaksa Jaemin beli sendiri.

"Duh, di atas banget sih." Jaemin menengok ke arah depan saat mendengar gerutuan itu. Dilihatnya seorang wanita cantik yang sedang kesusahan buat ambil sereal yang letaknya emang ada di rak paling atas.

"Boleh saya bantu nggak?"

"Ini, saya mau ambil sereal di atas tapi nggak sampai. Boleh dibantu?"

"Iya boleh. Mau yang rasa cokelat atau vanilla?"

"Cokelat."

Tangan Jaemin terulur buat ambil serealnya. Setelah dapat dia memberikannya pada si wanita itu.

"Makasih ya Dek."

Jaemin mengangguk dengan sopan.

"Udah belum Ma?"

Dua orang beda gender tersebut menengok ke arah sumber suara.

"Udah kok Jen."

"Loh Dek, sendiri?"

Dengan gerak kaku Jaemin mengangguk.

"Kalian saling kenal?"

Tiffany memandang anaknya dan lelaki manis yabg bantu dia  bergantian.

"Iya Ma. Dia satu praktik bareng aku di Rumah Sakit.

"Dokter juga?"

"Bukan. Perawat Ma."

Tiffany mengangguk paham.

"Kenalin, saya Tiffany. Mama Jeno."

Jaemin menyambut malu-malu uluran tangan Tiffany.

Terpesona | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang