10. Ujian Stase Maternitas

18.6K 2.9K 55
                                    

Karima sama Jungwon lagi makan bareng. Nggak sengaja ketemu sebenernya.

"Tadi gue liat Nana pulang sama cowok."

"Dokter Jeno?"

"Nggak tau juga sih. Dia udah nggak pake sneli mana gue paham. Emang mereka deket?"

"Kalau setau gue si engga, ya biasa. Lu tau sendiri kan kalau Nana itu gimana sama orang baru."

"Serius? Tapi tadi cowok itu waktu mau masuk mobil jalannya ngerangkul Nana gitu, sampai bukain pintu mobilnya juga."

Karina tertegun. Udah sejauh itu dan Jaemin belum cerita apa-apa?

"Gue nggak tau kalau Nana gimana sih. Tapi kalau itu dokter Jeno, dia emang suka sama Nana."

"Halah, saingan gue nambah dong. Mana dokter lagi. Gue kalah dong."

Jungwon mengeluh. Sedangkan Karina hanya tertawa pelan menganggapinya.

"Sebelum janur kuning melengkung masih bisa dapetin Nana deh. Tapi ya itu harus tahan banting."

Jungwon mengangguk. Iya, dia udah ngejar Jaemin dari SMA dan hasilnya nihil aja.

...

"Nana, dapat titipan nih."

"Dari siapa?"

Karina memberikan bingkisan pada Jaemin. Begitu dibuka Jaemin langsung tersenyum lebar.

ADA CHEESE CAKE!!

"Semangat Dek ujiannya. Semoga lancar dan dapat nilai yang baik ya

Jeno♡"

"Nana udah sedeket itu sama Dokter Jeno?"

"Kemarin dia bantu Nana waktu ada Ayah. Tapi kalau deket engga sih. Biasa aja."

Karina mengangguk paham. Jadi sahabat Jaemin sejak lama membuatnya paham bagaimana Jaemin saat bertemu Ayahnya sendiri.

...

"Tadi Nana ujiannya ngapain?"

"Tadi perawatan luka doang Bun, sama kaya waktu KMB (Keperawatan Medikal Bedah). Cuma beda tempat doang."

"Lah gimana emang?"

"Ya kan ini Nana stase maternitas, kebetulan ujiannya di ruang nifas. Karena Nana cowok jadi tadi ujiannya ditunjuk buat perawatan luka ibu yang habis operasi caesar Bun. Kalau Karina tadi dia breast care (perawatan payudara) sama Vulva hygiene (Kebersihan vagina). Tadi Nana cuma bersihin luka daerah operasi sama ganti perban doang sih. Tapi akhirnya sama pembimbing kliniknya suruh lepasin cateter juga."

"Tapi kalau Nana agak ragu gitu ngggak sih kalau ngelakuin tindakan ke lawan jenis?"

"Kalau buat urusan menolong gak masalah sih Bun. Kadang ya Nana nggak enak aja kalau harus liat bagian yang intim. Tergantung niat aja. Tapi kan sekarang udah beberapa ada yang nerapin misal kalau cowok dipegang sama perawat cowok, terus kalau cewek dipegang perawat cewek."

"Habis ini pindah stase dong?"

Jaemin mengangguk. "Iya, Senin besok Nana stase anak."

"Pindah rumah sakit gak? Atau netap?"

"Engga, tetap. Nanti pindahnya waktu Nana mau stase jiwa. Kan ke RSJ."

Yoona mengangguk.

"Bunda, Nana boleh bilang sesuatu?"

"Kenapa?"

"Kalau Ayah bikin Bunda sakit hati bilang ke Nana ya. Bunda bisa ceritain masalah Bunda ke Nana. Nana udah besar, Nana udah siap tau segalanya. Jangan dipendam sendiri. Nana kan anak Bunda. Setidaknya Nana bisa jadi teman Bunda curhat."

"Bunda cuma ngga mau Nana terbebani. Bunda ngga mau Nana sedih. Tapi Bunda pasti bakalan cerita semuanya ke Nana. Tapi jangan benci Ayah ya? Kalau nggak ada Ayah nggak ada Nana. Bunda pasti nggak bisa dapat putra semanis Nana."

"Nana gak janji."

Yoona hanya mengangguk. Tangannya terulur untuk mengusap rambut Jaemin, lembut.

"Nana beli cheese cake?"

"Engga. Itu dibeliin sama Dokter Jeno."

"Ciye. Kayaknya Jeno suka sama Nana deh. Perhatian banget."

"Apasih Bun. Nana mau mandi ah. Babay Bunda."

Jaemin berlari menuju kamar. Menghindari godaan Bundanya. Takut juga pipinya yang memerah terlihat oleh Bundanya. Padahal Yoona udah liat juga.

Begitu sampai kamar dia menyempatkan diri membuka ponselnya. Siapa tau ada pesan penting.

Ternyata ada pesan dari kakak sepupunya, dia mengajak Jaemin sore ini buat jajan dimsum.

Karena emang udah ujian, Jaemin udah nggak ada tugas jadi Jaemin putusin buat iyain ajakan sepupunya aja.

Yaudah deh, Jaemin mau mandi dulu kalau gitu.

TBC.

Terpesona | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang