15. Boba

18.4K 2.9K 658
                                    

Jisung rasanya cemburu. Tapi dia ngerasa nggak pantas.

Jisung mau marah, tapi harus marah ke siapa?

Wajah khawatir Jaemin begitu membekas di ingatannya. Melalui spion motoronya, Jisung memperhatikan kembali wajah cantik milik Jaemin. Lantas kembali bertanya dalam hati. Apa Jaemin bisa berwajah khawatir juga untuknya?

Jisung punya kelas jam tiga sore. Tapi karena kebucinannya, dia berakhir menjemput Jaemin siang ini di Rumah Sakit. Yang membuat Jisung sedih adalah Jaemin yang langsung bertanya bagaimana keadaan Jeno. Jisung juga tak tau.

Pagi tadi Jeno pulang dengan keadaan sedikit berantakan. Bajunya kusut, begitu pula rambutnya. Yang Jisung heran, Jeno masih saja terlihat tampan. Tapi bukan itu fokus Jisung, setau Jisung, kakak lelakinya itu miliki mobil, tapi ia pulang dengan taksi, bahkan yang membayarnya pun Mamanya. Memang uang Jeno kemana?

Yang lebih mengkhawatirkannya lagi, Jeno langsung masuk kedalam kamar dan mengunci kamarnya. Tiffany begitu khawatir, namun tak ada tanggapan sama sekali. Jeno tak menjawab apapun. Sebenarnya Jisung berangkat kuliahpun dengan perasaan khawatir. Dia takut kakaknya melakukan hal aneh di dalam kamarnya.

"Aku boleh ketemu Dokter Jeno? Aku khawatir banget dia kenapa-napa."

Sakit.

Kata kakaknya, Jaemin bersikap tak perduli. Tapi kenapa di mata Jisung tidak demikian?

...

Sesampainya di rumah Jisung, mereka disambut oleh Tiffany. Dia dengan singkat menjelaskan keadaan Jeno. Lantas Jaemin memberikan tas milik Jeno.

"Barang-barang dokter Jeno udah saya masukin kedalam tas. Termasuk ponsel sama kunci mobilnya. Dari tadi sama sekali belum keluar kamar?"

"Belum. Jaemin tau Jeno kenapa?"

"Saya rasa saya nggak pantes buat cerita. Tapi saya boleh nggak ketemu Dokter Jeno?"

"Boleh. Kalau bisa bujuk dia sekalian buat makan. Dia belum makan apa-apa. Kamarnya di lantai dua ya. Pintunya yang ada stiker gambar Iron Man."

Setelah berpamitan, Jaemin segera beranjak menuju lantai dua. Tak menyadari Jisung menatapnya dengan sendu.

"Adek nggak kuliah?"

"Adek boleh bolos nggak?"

"Kenapa?" Tiffany dengan heran bertanya pada anaknya.

"Adek patah hati lagi Ma. Emang susah ya buat dapetin Kak Nana?"

Tiffany terkejut mendengarnya. Ditatapnya wajah Jisung lamat-lamat. Keterkejutannya bertambah tatkala melihat Jisung mengusap air matanya.

Segera saja, Ibu tiga anak itu  membawa si bungsu kedalam pelukannya. Tiffany bisa merasakan jika lehernya basah. Jisung benar-benar menangis dalam pelukannya.

"Adek beneran cinta sama Kak Jaemin."

Dan yang bisa Tiffany lakukan hanya mengusap punggung Jisung untuk menenangkan. Dia tidak tau jika Jisung juga menaruh hati pada Jaemin. Tapi melihat kekhawatiran Jaemin tadi, Tiffany bisa merasakan jika Jaemin memiliki rasa sayang pada Jeno. Rasa sayang terhadap pasangan, walaupun itu masih samar. Tiffany tidak tau siapa yang berjuang lebih besar. Jeno atau Jisung. Tiffany hanya berdoa yang terbaik untuk Jeno dan Jisung.

Kenapa percintaan mereka tak semulus anak sulungnya sih?

...

Jaemin mengetuk pintu kamar Jeno, tak ada sahutan. Sekali lagi dia mengetuk. Lagi-lagi tak ada jawaban.

Terpesona | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang