"Tumben pulang."
Mark putar bola matanya malas waktu dengar sindiran itu.
"Kalau kangen bilang!" Mark lantas melempar snelinya ke arah adiknya. Kebetulan banget kena mukanya buat Mark cekikikan jadinya.
"Cuci dong. Bau busuk gini anjir snelinya." Jeno mengernyit jijik. Sneli kakaknya dia lempar ke lantai. Mark balas mencibir saja.
"Capek."
Dengan nggak tau dirinya, Mark meniban badannya ke atas tubuh Jeno yang lagi asik rebahan. Bikin Jeno langsung marah-marah ke kakaknya.
"Berisik." Satu sahutan singkat diiringi tarikan pada telinga buat Mark dan Jeno berhenti dari kegiatan mereka.
"Sakit Ma." Mark merengek.
"Ampun Ma." Sedangkan Jeno minta ampun.
Itu Tiffany, Mama mereka.
"Daripada ribut, mending makan sana. Mama baru masak soup bening sama tongkol balado."
"Siap." Mark langsung berdiri bangun dari aksi nindih badan adiknya.
"Jangan dihabisin!" Jeno teriak waktu ngelihat Mark udah lari ke dapur. Ya gimana, tongkol balado sama soup bening itu makanan favoritnya mereka. Apalagi Mama mereka yang masak. Duh enak.
Tiffany yang ngelihat kelakuan mereka cuma mendengus saja. Udah kebal. Belum lagi tar si bungsu pulang. Padahal Mark itu udah dewasa, sekarang aja lanjut ke pendidikan dokter spesialis, tapi kelakuannya masih aja kaya bocah.
Mark sama Jeno itu beda dua tahun doang. Makanya berasa kaya anak seumuran. Gatau kenapa dua-duanya bisa kuliah kedokteran. Samaan. Di keluarga mereka sama sekali ngga ada yang jadi dokter, jadi bukan pure blood. Papanya aja pengusaha properti, dan kalau kaya gini udah jelas, yang bakal lanjutin usaha orang tua itu si bungsu. Jisung namanya.
"Aku pulang."
Baru aja dibatin, anak bungsunya nongol juga. Iya si bungsu yang beda tiga tahun sama Jeno dan beda lima tahun sama Mark.
"Laper."
"Mama masak tongkol balado sama soup bening. Sana makan, kakakmu juga lagi makan, jangan...." belum sempat Tiffany selesaikan ucapannya, anaknya udah kabur duluan ke dapur. Disusul teriakan sahut-sahutan tiga anaknya.
"KAK MARK, KAK JENO JANGAN DIHABISIN."
"BODO AMAT."
"MAMPUS TINGGAL NASI DOANG."
"MAH, KAKAK JAHAT SEMUA!!"
Sumpah.
Tiffany ga denger.
...
Jaemin kepikiran omongan Karina. Dia sadar kok kalau Dokter Jeno emang suka merhatiin dia. Cuma menurut Jaemin itu masih wajar dan nggak ganggu dia. Menurut Jaemin, suka merhatiin bukan pertanda kalau Dokter Jeno suka sama dia.
Dan urusan buka hati? Jaemin belum minat jujur aja. Belum kepikiran buat cinta-cintaan. Fokusnya lulus dulu, abis itu kerja.
"Kenapa?"
Jaemin terkesiap sewaktu sedang melamun rambutnya ada yang mengusap. Ternyata Bundanya.
"Nana ada masalah? Wajahnya kaya murung gitu."
"Hmm. Nana cuma kepikiran omongan Karina Bun."
Yoona naikan alisnya bingung. Akhirnya dia duduk di sebelah anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpesona | Nomin
Romansa[ SELESAI ] Pesona Jaemin menguar di hari pertamanya paraktik di ruang bersalin bikin Jeno si koas tampan itu tak bisa alihkan pandangannya. Jeno jatuh cinta, nyatanya Jaemin sukar di dekati. Lantas Jeno harus bagaimana untuk taklukan hati si pujaa...