Chapter 4

3.3K 359 92
                                    

Christi terantuk batu, dia hampir saja jatuh terjerembap ke tanah. Nagisa yang berjalan di sebelahnya reflek memegang lengan Christi.

"Kau tak apa, Chris?"

"Aku hanya ngantuk, terima kasih,"

"Bertahanlah, kita akan sampai tak lama lagi, Chris," kata Nagisa tak yakin.

                             ***
Seorang Jenderal Iblis baru saja muncul di hadapan Azazel, langsung bersimpuh melaporkan hasil di Bumi.

"Tuan, pasukan kita di sisi timur terdesak oleh serangan ordo, pimpinan Master Irene dan Lee. Apa yang harus kami lakukan?"

"Mereka memang sudah terlalu lama menganggu. Helena!" panggil Azazel.

Helena muncul, memakai gaun merah darah, wajahnya pucat dan dingin.

"Ada apa, Tuan?"

"Bawa batalyon neraka keenam, hancurkan orang-orang bodoh itu tanpa ampun," perintah Azazel.

"Akan kulakukan," kata Helena membungkukkan sedikit badannya. Dia berbalik ingin berteleportasi.

"Tunggu, Helena," panggil Azazel lagi memandang ke arah punggung Helena.

"Ya, Tuan," sahut Helena tanpa membalikkan badan.

"Jika bertemu dengan anakku, apa yang akan kau lakukan?"

"Kubunuh begitu melihatnya," sahut Helena dingin, lalu menghilang begitu saja.

Azazel mendengus mendengar jawaban Helena. "Dia masih memiliki sisi kemanusiaannya."

                              ***
Lee baru saja membunuh iblis terakhir yang akan memperkosa anak kecil di salah satu rumah. Dia memerintahkan pasukan ordo mengevakuasi anak itu ke tempat aman.

"Kau tak apa?" tanya Irene mengulurkan sebotol air mineral kepada Lee.

"Terima kasih, ya aku tak apa. Hanya merasa lelah," keluh Lee, kemudian meneguk air dalam botol hingga setengah. "Aku harus pergi membersihkan apartemen itu."

"Tidak, simpan staminamu, Lee. Ini masih belum berakhir... kita kehilangan banyak sekali korban. Bahkan tak sedikit yang membelot kepada iblis," tegur Irene melihat Lee yang kepayahan, khawatir.

"Aku mengerti, tapi tetap saja kita harus terus bergerak. Musuh juga tak mungkin menunggu kita mengembalikan tenaga," tukas Lee yang mulai beranjak untuk pergi.

Irene mau tak mau pun mengikuti Lee, karena pria itu tak mungkin ditinggal sendiri.

Sementara itu di wilayah lain pasukan ordo masih berperang dan bertahan, meski mendapat penolakan dari aliansi, namun beberapa malaikat terlibat langsung melawan iblis.

                               ***

Akhirnya rombongan Gray sampai di
sebuah desa kecil. Ini semacam pos pengamatan sebelum Kerajaan Elf Hutan.

Dibanding desa, melihat situasinya sekarang dan kondisi langsung, lebih tepatnya mirip benteng kecil. Dinding pertahanan sementara telah dibuat dari pohon-pohon yang tumbuh merapat satu sama lain, di depan pohon dibangun tombak runcing sebagai penghalang.

"Bagaimana pohon-pohon ini bisa tumbuh serapat seperti dinding begini?" gumam Nagisa bertanya-tanya. Kagum bercampur kaget. Jarinya menelusuri setiap dinding benteng, dia agak terkejut ketika merasakan aura kehidupan pada dinding kayu itu.

"Ini dibuat dengan nyanyian para elf, kami menyanyikan bibit pohon selama tiga hari penuh dan menumbuhkannya sesuai keinginan kami," sahut salah satu elf perempuan yang mendengar pertanyaan Nagisa.

The Exorcist: Descendant of the KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang