"Saat ini saya melaporkan langsung dari TKP tepatnya di gerbang depan salah satu sekolah elit milik yayasan Morgan, dikabarkan sebelumnya terjadi kasus aneh yang melibatkan beberapa murid yang menghilang secara misterius, bahkan disebutkan beberapa murid ini juga ditemukan meninggal dalam kondisi yang aneh, pihak sekolah masih bungkam akan hal ini, dan pihak kepolisian masih belum bisa diminta keterangan lebih lanjut..."
"Apa kau sudah lihat?" tanya Christi kepada Nagisa yang sedang duduk menyesap jus alpukat di depannya.
"Lihat apa, Chris?"
"Ini kayaknya misi magang yang diemban Chloe, misi yang ada Gray juga tuh, aku tak tahu ternyata tempatnya di sekolah elit, dan sekarang beritanya menyebar," ujar Christi.
"Coba lihat," Nagisa mengambil hp milik Christi
"Apa Chloe baik-baik saja dengan misi pertamanya?" tanya Christi.
"Ada Gray di sana, tak perlu khawatir," kata Nagisa terus menatap layar hp Christi. Dia mengembalikan hp tersebut setelah melihat berita seputar kejadian di sekolah. "Ayo kita kesana, Chris,"
"Kemana?"
"Ya ke sekolah itu,"
"Katamu ada Gray di sana,"
"Kita hanya melihat saja anggap inspeksi dari ordo, oke?"
"Kalian mau kemana?" Kayna muncul tiba-tiba.
"Kami hanya ingin menengok seseorang," ujar Christi disambut anggukan Nagisa.
Kayna menyipitkan mata curiga. "Oh ya, aku diminta oleh Master Drake untuk memanggilmu, semua master harus berkumpul sekarang," katanya.
"Sekarang?" tanya Nagisa.
"Iya sekarang juga," tegas Kayna lalu pergi begitu saja.
"Ah sial," umpat Nagisa. "Merepotkan saja, ada apa sih?"
"Bagaimana sekarang?" tanya Christi bingung.
"Kau berangkat saja, aku akan menyusulmu nanti,"
"Oke,"
Nagisa buru-buru ke ruangan Master Drake, sementara Christi mempersiapkan diri keberangkatannya.
Di bukit belakang sekolah, Gray masih bertarung dengan Shuten dengan hebatnya, mereka berdua menyebabkan pohon tumbang di beberapa bagian.
Oni yang masih tersisa sekarang mengayunkan gadanya dengan buas ke Chloe, remaja itu berjengit menahan kekuatan yang besar dengan pedangnya.
Gwen muncul lalu memukul keras-keras tubuh Oni hingga terhempas beberapa meter.
"Terima kasih," ucap Chloe memutar lengannya, melemaskan, terasa nyeri karena serangan Oni tadi.
"Tidak masalah," tukas Gwen. "Aku masih tak percaya kalau makhluk seperti mereka benar-benar ada di dunia ini."
Gray menyabetkan pedangnya, Shuten berkelit, dan menyerang balik. Keduanya bertarung semakin lama semakin cepat, gerakan mereka sulit untuk ditangkap mata biasa.
"Dia hebat," batin Gray sembari menghantamkan bilah pedangnya yang mengenai batu besar hingga terbelah menjadi dua bagian.
"Berubahlah manusia, aku tahu kau masih menyembunyikan kekuatanmu," teriak Shuten menyerang membabi buta.
"Kau benar-benar hebat.... Aku akan memenuhi permintaan, jangan mati cepat," balas Gray. Auranya berubah kuat, kekuatannya memancar keluar.
Ekspresi Shuten yang tadinya datar dan dingin, kini berubah kelaparan, matanya pelotot, mulutnya membentuk seringai lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exorcist: Descendant of the King
FantasíaSekuel The Exorcist Holy Grail (Buku 3)