Sebelumnya di dalam hutan.
Ethan berjalan pelan bersama Gray, sementara para Elf bergerak melindungi keduanya dari gangguan binatang, atau lawan yang menyergap. Keduanya tak punya lagi stamina, kecuali untuk bergerak.
Gray memunculkan bungkusan kumal dari udara kosong. Dia memberikan kepada Ethan ketika keduanya memutuskan istirahat beberapa menit.
"Apa ini?"
"Itu bungkusan yang diberikan oleh William Dixon, dia bilang kau tahu sesuatu,"
"Oh si kacamata itu lagi, merepotkan saja jadi orang. Boleh kuperiksa?"
Gray mengangguk.
Ethan membuka tali pengikat, dia mengeluarkan sebongkah batu merah delima sebesar telapak tangan.
Ekspresi Ethan mengeras, dia memeriksa dengan penuh perhatian, seolah memastikan keasliannya.
"Mata empat brengsek, darimana bisa dia mendapatkan batu ini," umpat Ethan kesal, namun dia menyeringai senang. "Kau pasti bertanya-tanya batu apa ini?"
"Memang batu apa itu?"
"Ukurannya memang hanya sebesar telapak tangan, tapi jika nanti dilebur dan dijadikan campuran bahkan dengan besi biasa, kau akan mendapat campuran logam luar biasa. Aku sendiri kurang tahu apa nama asli dari batu ini, tak ada nama yang pasti. Konon asalnya batu ini adalah dari burung yang membawanya dari neraka," jelas Ethan melihat batu dengan mata berbinar-binar seperti balita melihat mainan di etalase toko.
"Batu neraka, ya?" guman Gray. Lalu, dia berpikir semacam ada takdir aneh yang selalu mengelilingi dirinya. Seakan Neraka, iblis, kegelapan, adalah bagian tak terpisahkan dari dirinya. "Yah, mungkin aku memang harus menerimanya secara perlahan."
"Kau pasti akan mendapat senjata hebat jika menempanya," Ethan nyengir lebar.
"Darimana kau tahu?"
"Hanya instingku saja. Boleh aku bertanya padamu?" tanya Ethan sembari memasukkan batu itu ke dalam bungkusan kumal, dan mengembalikan pada Gray.
"Apa?"
"Darimana kau mendapatkan kekuatan yang mengerikan seperti tadi? Yah, kupikir aku ingin tahu saja, kalau kau tak mau menjawab tak apa," Ethan bertanya hati-hati.
"Aku keturunan dari Azazel, pemimpin malaikat jatuh, dan lahir dari rahim ibu yang manusia biasa, terserah percaya atau tidak itu urusanmu," kata Gray mengungkapkan jati dirinya. "Tapi itu memang kenyataannya."
Mata Ethan membelalak tak menyangka dia bertemu keturunan hamba Tuhan yang berkhianat di awal penciptaan manusia.
"Takdir yang aneh," pikirnya.
Gray terus berjalan, sesekali dia terantuk bantuan atau akar pohon, Ethan sigap membantunya sebelum Gray terjatuh.
"Kekuatanmu belum sepenuhnya stabil rupanya, Gray,"
"Ya, aku baru dua kali mengakses kekuatan tadi, aku kurang berlatih akhir-akhir ini. Jika kupertahankan lebih lama mungkin akan berbahaya," ujar Gray.
"Kalau tahu berbahaya, kenapa kau masih ingin menguasai teknik itu?"
"Aku tak punya pilihan lain,"
"Semua orang punya pilihan,"
"Tidak, aku tak punya pilihan, hanya jalan ini satu-satunya yang bisa kulalui untuk menyelamatkan dirinya,"
"Siapa?"
"Dia yang menjadi alasanku hidup,"
"Pasti seseorang yang berharga dalam hidupmu,"
"Tentu saja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exorcist: Descendant of the King
FantasiSekuel The Exorcist Holy Grail (Buku 3)