Chapter 22

910 167 36
                                    

Rombongan Gray dan vampir berhenti di depan gerbang besi benteng, seorang vampir di atas benteng memberi isyarat pada operator pintu, seketika pintu besi mengayun terbuka.

"Ayo masuk," ajak wanita vampir itu.

Pasukan pengawal terbelah menjadi dua bagian, sebagian besar menjaga dinding, lainnya bersiaga di benteng bagian dalam, dan sisanya mengikuti wanita tersebut dan tamunya.

Wanita itu berhenti di depan seorang pria yang mengenakan zirah gelap dengan jubah hitam. Pedang besar menggelayut di pinggangnya.

"Kapten, perkuat pertahanan kita, dan tambah personel keamanan untuk melindungi anak-anak dan manusia di sini," tegas wanita itu tajam.

"Laksanakan," balas kapten itu membungkukkan sedikit tubuhnya.

"Gray, kau tak apa?" tanya Djin berbicara melalui telepati.

Gray terlihat seperti orang linglung, tatapan matanya kosong, dan dia bergerak seperti orang bingung.

"Gray... Gray... Gray..."

Djin memanggil namanya, tapi Gray seakan tak bisa mendengar, dia mendongak menatap langit gelap. Pikirannya terpaut satu dengan yang lainnya. Tiba-tiba dia merasa pusing, dan jatuh pingsan.

Djin berubah ke wujud manusianya, dia meminta para vampir yang kebingungan untuk membantunya mengangkat ke Gray ke dalam ruangan.

Selepas Gray dibaringkan ke ranjang, Djin meminta sekali lagi untuk memberi waktu Gray istirahat, dia beralasan kalau Gray sedang tidak enak badan dan terlalu memaksakan diri.

Pintu kamar diketuk, Djin memperbolehkan masuk. Seorang pelayan membawa nampan berisi minuman hangat dan roti, meletakkan di meja. Di belakangnya tiba-tiba seorang pria muda berwajah pucat nyelonong masuk begitu saja.

"Jadi dia yang bernama Gray Aldric yang bahkan bisa membunuh salah satu raja iblis," gerutu pria itu. "Aku ingin mengujinya, bangun dan lawan aku, wahai manusia!"

"Dia sedang beristirahat, kusarankan kau pergi, karena suasana hatinya sedang tidak bagus," ucap Djin dingin, memperingatkan.

"Aku tak berbicara denganmu, Jalang!" bentak pria itu.

"Kau ini siapa?" tanya Djin mulai kesal.

Pelayan tadi berdiri ketakutan, memegang ujung roknya, dia gemetar hebat. Djin melirik, hanya sekilas dia sudah tahu kalau pelayan itu manusia biasa.

"Tutup mulutmu Jalang! Kau diam saja dan di sana!" bentak pria itu lagi.

Gray terganggu dengan teriakan yang memenuhi telinganya. Dia duduk di ujung ranjang, ekspresinya terlihat kesal.

Pria itu tertawa lepas, tawa meremehkan.

Djin melangkah mendekati pria itu, namun tiba-tiba dia mengayunkan tangannya dan menampar Djin dengan keras, hingga siluman kucing itu jatuh tersungkur.

Tiba-tiba terdengar bunyi pecahan kaca jendela, pria itu terlempar dari kamar Gray, jatuh tergeletak di tanah. Orang-orang buru datang ke sumber, mereka terkejut ketika melihat siapa yang menjadi sumber keributan.

Gray melihat keadaan Djin, dia benar-benar terlihat khawatir.

"Aku tak apa, ini cuma masalah kecil," bisik Djin, berjengit ketika mengusap bekas tamparan laki-laki tadi.

Gray berdiri, dia melangkah ke dekat jendela, memandang ke bawah dengan murka, pria itu sudah berdiri meludah ke tanah ketika melihat wajah Gray. Sikapnya masih sama, menyebalkan.

"Maju kau anak si..."

Belum sempat pria itu menyelesaikan kata-katanya, Gray sudah berada di depan matanya, secepat kilat dia menarik pedangnya dan mengarahkan ujung pedangnya yang tajam ke leher vampir itu.

The Exorcist: Descendant of the KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang