Chapter 19

1K 177 25
                                    

Alain datang setelah berbicara dengan masinis, dia mengatakan kalau kereta hasil kembali tak dapat melanjutkan perjalanan.

"Apa artinya perjalanan kita gagal?" tanya Chloe.

"Tidak, kita masih bisa lanjut tapi tidak dengan kereta, sayangnya juga tak ada transportasi lain. Kita harus berjalan kaki," ujar Alain merasa bersalah.

"Menurutku tak masalah, meski perjalanan agak lama," kata Gray.

"Kalau begitu aku mau beli sesuatu, kalian tunggu di sini sebentar," kata Chloe lantas berlari masuk ke dalam salah satu gerbong kereta meninggalkan Gray dan Alain.

"Tuan Gray, bukankah Anda bisa berteleportasi, bisa kau gunakan itu saja?" tanya Alain ragu-ragu.

Gray menggeleng.

"Aku hanya bisa berteleportasi di tempat yang pernah kulihat," jawab Gray. "Aku tak pernah menginjakkan kaki ke wilayah vampir, jika bukan karena temanku mungkin aku juga tak mau ke sana."

"Kenapa kau tak mau ke sana?" tanya Alain penasaran dengan alasan Gray.

Gray menatap dengan pandangan aneh.

"Apa?" tanya Alain lagi.

"Ratu Vampir, apa yang kau tahu tentangnya selain di masih muda dibandingkan vampir pada umumnya," kata Gray.

"Kudengar dia seorang yang luar biasa, memiliki keahlian mempengaruhi pikiran orang lain, selain itu aku tak tahu," ujar Alain.

"Apa ada yang perlu ditakuti darinya, Kak?" tanya Chloe memiringkan kepala. "Aku tidak terlalu mengerti tentang vampir, dalam sejarah iblis yang diajarkan di akademi. Mereka bahkan tidak terlalu disinggung keberadaannya."

"Ya, tidak terlampau lengkap, kebanyakan mengenai Vlad Tempest, Vlad Imparule, atau Vlad Dracule yang kesemuanya mengacu pada penguasa di Eropa yang haus darah saat pecah perang salib," sambung Alain.

"Ada satu sejarah lainnya yang mungkin bisa kau temukan dalam perpustakaan kota, mengenai jejak vampir pertama kali muncul pada cerita mitologi Yunani, di mana seorang pria muda dari Italia, Ambrogio, dan cinta dalam hidupnya, Selena. Cerita ini berdasar karakter vampir, seperti makhluk yang bergairah, pengisap darah manusia, dan sangat sensitif terhadap sinar matahari."

"Sepertinya aku pernah mendengarnya," gumam Alain mengingat-ingat. "Aku ingin mendengarnya,"

"Baiklah, aku akan menceritakan untukmu, ini dimulai saat Ambrogio jatuh cinta kepada Selena setelah mengunjungi Oracle legendaris di Kuil Apollo, dewa matahari atau cahaya. Ambrogio meminta Selena untuk menikah dengannya, tetapi Apollo cemburu, sehingga Apollo mengutuk Ambrogio bahwa kulitnya akan terbakar setiap kali terkena sinar matahari," lanjut Gray bercerita.

Chloe hanyut dalam imajinasinya sendiri sembari mendengar cerita dari bibir Gray.

"Karena dia sangat putus asa, Ambrogio menemui Dewa Hades, dewa dunia bawah untuk meminta bantuan. Perjanjian dengan dewa pasti ada bayarannya... Hades menyuruh Ambrogio mencuri busur perak legendaris milik Dewi Artemis. Karena di pikirannya cuma ada Selena, Ambrogio setuju dengan permintaan Hades. Setelah mencuri busur perak Artemis untuk memenuhi kesepakatan yang dibuat dengan Hades, Artemis mengutuk sepenuhnya Ambrogio bahwa perak akan membakar kulitnya, dan itu benar-benar terjadi,"

"Lalu, apa yang selanjutnya, Kak Gray?" Chloe benar-benar tertarik.

"Yah Artemis kasihan pada Ambrogio dan memberinya kekuatan super, keabadian, dan taring untuk membunuh binatang buas, Ambrogio juga menggunakan darahnya untuk menulis puisi cinta untuk Selena. Pada akhirnya, Selena yang fana melarikan diri dari pelukan Apollo, dan bersatu dengan Ambrogio yang abadi. Mereka menjadi pasangan haus darah yang abadi, dan menjadi nenek moyang para vampir sampai saat ini," kata Gray mengakhiri ceritanya.

The Exorcist: Descendant of the KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang