Ordo Exorcist dan Brotherhood telah mencapai kesepakatan, dengan ini kedua organisasi besar yang sebelumnya seringkali berselisih paham, kini bersatu. Namun banyak pihak masih sangsi, jika Brotherhood takkan menusuk ordo dari belakang. Terutama dari aliansi-aliansi ordo.
Namun begitu Grand Master Drake tak ambil pusing, dia memiliki rencana sendiri. Jika Brotherhood menusuknya dari belakang, dia juga telah memikirkan hal ini.
Drake sedang duduk di balik meja kerjanya, menggelar rancangan rencana perang melawan musuh-musuhnya.
Seseorang masuk begitu saja ke dalam kantor Grand Master Drake. Master Kayna, wajahnya begitu kalut, dan tampak emosional.
"Master Drake," panggilnya.
Drake mendongak. "Iya? Ada apa? Kenapa kau tampak pucat?" tanyanya beruntun.
"Irene dan Lee, mereka menghilang!" seru Kayna.
"Apa?!"
Kemudian setelah mendengar kabar dari Kayna. Drake memimpin langsung bersama Master Alain dan Paula berangkat menuju lokasi terakhir kali Irene dan Lee berada. Mereka membawa satuan elit ordo, bertugas menyelamatkan korban atau menginvestigasi secara utuh laporan hilangnya kedua anggota ordo tersebut.
"Ini benar-benar buruk," desis Alain melihat pos pertahanan luar ordo dimana Lee dan Irene bertugas, kini tampak kacau dan berantakan.
***
Nagisa dan Christi berpisah jalan dengan Gray dan Djin, mereka berdua memutuskan untuk bergabung dengan pasukan pertahanan benteng kurcaci untuk menghalau serangan pasukan mayat hidup.Sementara, Gray dan Djin mencari tempat tinggal kurcaci bersaudara, Ulric dan Skudd. Mereka mendapat informasi kalau kedua kurcaci itu mengasingkan diri di bagian paling bawah benteng.
"Mereka seorang yang mata duitan sama sepertimu loh, menurut orang-orang tadi," celetuk Djin dalam wujud kucingnya, berbicara melalui saluran telepati langsung ke benak Gray.
Gray melirik kesal. "Tanpa uang kau tak mungkin mendapat makanan enak selama ini, apa kau ingin aku menurunkan isi kontrakku nanti?" balasnya.
"Goblok, jangan lakukan itu, atau aku akan mengganggumu setiap kau tidur," ancam Djin bulu-bulunya tegak ke atas.
"Kau sendiri yang mulai dulu," tukas Gray jengkel.
Keduanya terus saling menyalahkan sepanjang jalan. Mereka menyusuri lorong-lorong gua yang di kanan kirinya terdapat jendela. Gray mencoba melongokkan kepalanya ke jendela, dia melihat kalau kanan kiri lorong adalah jurang yang dalam dan gelap. Gray kagum bangsa kurcaci mampu membuat gua menjadi sedemikian rupa.
"Aku penasaran apa memang ada naga di bawah sana?" gumam Gray.
"Ini bukan Gringotts, ini bukan dunia Harry Potter, berpikirlah kau ini hidup di kenyataan bukan dunia fiksi," tegur Djin sambil lalu.
Gray hanya mendengus sebagai balasan, tak ingin buang-buang energi dengan percuma.
Mereka terus berjalan hingga tak sadar kalau sudah waktu berlalu cepat. Keluar dari lorong mereka melewati jalanan yang mulai menyempit. Berliku tajam dan licin. Tanpa sadar kalau orang-orang yang berada di sini tampak berbeda. Kurcaci penghuni bagian bawah tampak lebih misterius dan waspada, berbeda dengan kurcaci penghuni atas yang ramah dengan pendatang. Mereka juga menatap curiga, seakan siap menikam pendatang setiap saat dengan pisau di punggung.
"Mereka tampak lebih pendek dan kekar dibanding penghuni bagian atas," pikir Gray. "Aku heran, kenapa penghuni sini tak pergi ke atas membantu teman-teman mereka?"
"Apa kau yakin kedua kurcaci itu benar-benar di sini?" balas Djin, dia merasa tak nyaman terus-menerus mendapat pandangan lapar kurcaci kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exorcist: Descendant of the King
FantasySekuel The Exorcist Holy Grail (Buku 3)