Gray terengah-engah, dia banyak menghabiskan tenaganya dengan sia-sia. Tanpa senjata yang mumpuni, dia tak mampu berbuat lebih, bukti bahwa dirinya kurang latihan. Sembari mengatur napasnya yang memburu. Mata pemuda berambut hitam itu tertuju pada gerakan Ethan. Kawan barunya itu bertahan lebih baik dari dirinya, dan terlihat sedikit unggul dibanding Chernobog.
Ethan terkena pukulan di perut, dia membalas dengan mendaratkan tendangan di wajah Chernobog. Keduanya terus terlibat adu serang dan bertahan.
Ethan mundur mengambil jarak, terengah-engah, dia mulai letih.
"Astaga, dia benar-benar keras kepala," gerutu Ethan. "Aku ingin sekali membiarkan dia mencicipi kerak Neraka,"
"Dia akan suka," sahut Gray mendekat.
"Seperti kau pernah ke sana saja," balas Ethan.
"Ya, aku pernah ke sana," tukas Gray serius.
"Jangan bercanda sialan," dengus Ethan.
"Terserahlah," kata Gray tak peduli. "Kali ini giliranku, kau diam saja di sini,"
Ethan melirik ke samping ketika Gray melewati dirinya untuk melawan Chernobog.
Gray memfokuskan kekuatannya, dia memanggil kekuatan malaikat dalam dirinya, tubuhnya bermandikan cahaya menyilaukan.
"Ayo kita nyalakan mesinnya lagi," kata Gray menyeringai.
Chernobog menggeram, urat-urat di wajahnya menebal. Aura keemasan murni kekuatan malaikat milik Gray membuatnya merasa sakit.
"Hmmm, dia memiliki kekuatan yang aneh. Apa itu semacam kekuatan dewa?" gumam Ethan menggaruk-garuk dagunya.
Gray bergerak sangat cepat, dalam sekejap dia sudah berada di belakang Chernobog. Tanpa peringatan, pemuda berambut hitam itu sembari melompat, melepaskan tendangan kuat ke leher Chernobog. Iblis itu terhempas ke samping, membentur batang pohon, menembusnya, membentur batang pohon lain, dan terus sampai berhenti di pohon ketujuh.
Gray tak berhenti, dia tak memberi kesempatan Chernobog memulihkan diri.
Dewa iblis itu yang baru saja bangkit, langsung dihujani pukulan cepat ratusan bahkan ribuan kali. Gerakan Gray tak bisa ditangkap mata biasa. Ethan bahkan harus mengaktifkan kembali sebagian kekuatan miliknya tadi.
Chernobog tak diam begitu saja, dia berhasil menangkap tangan Gray setelah beberapa kali percobaan, pemuda berambut gelap itu dibantingnya ke tanah. Lalu, diinjaknya dengan keras. Gray berteriak kesakitan, memuntahkan darah. Kekuatan Chernobog menghasilkan kawah kecil di sekitar tempat Gray berbaring.
Dewa iblis itu mengangkat Gray dengan satu tangan di kepalanya, lalu menghujamkan tinju ke perut pemuda tersebut.
"Sial, dia bisa mati," Ethan melangkah maju itu menyelamatkannya.
Chernobog melirik ke arah kedatangan Ethan, dia melemparkan Gray, secepat kilat menangkap leher Ethan.
Kali ini Ethan merasakan penderitaannya, dia tak bisa bernapas dengan normal akibar cekikan di lehernya. Kakinya terangkat satu meter lebih, menggapai-gapai mencari pijakan. Chernobog memberi pukulan ke wajah Ethan beberapa kali dengan tangannya yang bebas hingga pemuda itu lemas tak berdaya, dan melemparkan juga ke tempat Gray masih berbaring kesakitan.
Elf-elf yang melihat keduanya terpuruk mulai ketakutan, beberapa menembakkan anak panah mereka secara sia-sia, tak sedikit juga lari terbirit-birit.
Gray bangkit terlebih dulu, dia membantu Ethan berdiri. Keduanya tampak berjengit.
"Kurasa kita harus bekerjasama untuk melawan dia," kata Ethan.
"Aku setuju," balas Gray.
Keduanya bertukar tinju, lalu mengaktifkan lagi kekuatan yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exorcist: Descendant of the King
FantasiaSekuel The Exorcist Holy Grail (Buku 3)