Chapter 15

1.5K 217 50
                                    

"Tempat ini untuk belajar, bukan untuk cerita-cerita hantu fiksi zaman dulu," ketus cewek itu.

"Sudah kubilang aku ini disewa, lagipula siapa kau ini datang-datang mengganggu?" tanya Gray mulai kesal.

"Aku ini..."

"Tuan Gray! Tuan Gray! A-aku ingin berbicara denganmu masalahnya semakin besar!" teriak Elsie terengah-engah. Kemudian dia sadar kalau ada orang lain selain Gray di sana. "Nona Gwen? Sejak kapan Anda di sini?"

"Seharusnya kau operasi lasik saja, kacamata itu sudah tak dapat membantu penglihatanmu," komentar cewek bernama Gwen itu.

Gray masih belum memahami situasi ini, padahal Elsie adalah kepala sekolah tapi kenapa dia menaruh rasa hormat yang telak pada cewek yang usianya separuh dirinya, apa dia bukan gadis biasa?

Gwen nyengir melihat tampang Gray yang kebingungan. "Kau pasti sedang kebingungan kan tentang siapa aku ini. Tenang aku akan memberitahumu pemuda bodoh,"

"Aku tidak bodoh," sela Gray kesal.

"Ya kau bodoh, karena tidak menyelidiki latar belakang tempatmu bekerja terlebih dulu, aku ini Gwendolyn Morgan, direktur utama sekolah ini," ungkap Gwen penuh kebanggaan.

"Aku tak peduli soal jabatan atau kekuasaan, aku akan melakukan pekerjaanku dan bayar saja setelah itu," ucap Gray.

Tiba-tiba saja Gwen melepaskan tendangan berputar dengan kecepatan mengerikan, tetapi Gray dengan mudah menangkap pergelangan kaki Gwen sebelum mengenai pipinya.

"Hooo kau cukup hebat bisa menerima tendanganku," puji Gwen menyeringai.

"Tendanganmu memang hebat, mungkin jika bukan karena pengalaman bertarungku bisa-bisa aku tumbang tadi," balas Gray, dia melepaskan kaki Gwen.

Gwen memalingkan wajah dari Gray, dia memandang Elsie lekat. "Kenapa kau menyewa orang ini? Kenapa juga kau seperti baru saja lari seratus putaran?" tanyanya.

Di balik kacamatanya mata Elsie melirik kanan kiri, sesekali dia menggigit bibirnya, wajahnya pucat pasi. "Pagi tadi... Satpam menemukan empat mayat di ruang kimia, semuanya murid kelas tiga sekolah kita, dan satu murid yang ketakutan di dalam lemari ganti ruang olahraga," ungkapnya, lalu dia jatuh pingsan, beruntung Gray reflek menangkap tubuhnya sebelum membentur lantai.

"Itu kutukan," kata Gray setelah meminta tolong pada satpam untuk memindahkan tubuh Elsie ke ruang perawatan.

Wajah Gwen memucat, dia buru-buru masuk ke gedung sekolah pergi ke ruang kimia, Gray mengikuti dari belakangnya. Koridor ruang kimia dijaga ketat oleh satpam sekolah mereka tak mengizinkan siapapun masuk kecuali guru dan staf sekolah.

"Minggir," perintah Gwen nyelonong masuk ke ruang kimia. Di sana pemandangan tersaji mengerikan sekaligus menyedihkan.

Empat siswa dibaringkan berjajar di atas lantai, tubuh mereka ditutup kain putih.

"Nona Gwen," sapa guru laki-laki paruh bayu melihat Gwen masuk ke ruang kimia.

Gwen langsung duduk berjongkok menyingkap kain, dia melihat mayat murid itu.

Tak ada luka, tak ada darah. Pakaiannya pun masih utuh. Hanya saja, wajahnya menyiratkan ketakutan. Mata dan mulutnya terbuka lebar, ekspresinya menandakkan ketakutan luar biasa.

"Apa yang mereka lihat sampai meninggal?" gumam Gwen bertanya-tanya.

"Itu karena kutukan di sekolah ini," tutur Gray berdiri di dekat Gwen.

Gwen menoleh ingin tahu. "Jelaskan padaku artinya."

"Ini agak sulit untuk diterima akal sehat karena kalian pasti tidak percaya, tapi ini benar adanya," ujar Gray. "

The Exorcist: Descendant of the KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang