Satan duduk di singgasana, mulutnya sibuk menggigit apel merah, ditemani Lucifer yang asyik menyesap anggur berusia ratusan tahun, berdiri bersandar di pilar penyangga.
Di depan mereka duduk bersimpuh Helena, kepalanya menunduk tak berani beradu tatap dengan Satan.
"Angkap kepalamu, Helena," perintah Lucifer.
Helena mematuhi perintah itu, namun matanya masih menghindar.
"Tatap mataku," kali ini datang langsung dari mulut Satan.
Helena gemetar, dia menatap mata Satan. Seketika dia merasakan ditelanjangi oleh mata itu, jiwanya seakan tersedot, dia merasa seperti ikan kecil yang berenang dalam lautan gelap.
Ketika sadar dia terkejut karena pakaiannya ditanggalkan, dalam kondisi telanjang bulat dan memalukan, Helena bertekad untuk tetap kuat.
"Gadis yang tangguh, pergilah dari hadapanku," perintah Satan.
Helena mengangguk, lalu berbalik pergi masih dalam keadaan telanjang.
Lucifer menjentikkan jarinya, dan seketika Helena sudah mengenakkan gaun beludru hijau zamrud ketika sudah di luar aula Satan.
Lilith berdiri bersedekap di koridor luar aula, dia melirik tajam ketika Helena berjalan melewatinya.
"Jika kau kesal dan merasa diinjak-injak harga dirimu, bunuh saja siapapun itu," celetuk Lilith.
Helena berhenti sebentar menoleh ke arah Lilith dengan pandangan penuh kebencian, lalu pergi meninggalkan istri Lucifer itu tanpa kata-kata.
"Jika saja Gray tahu, kau diinjak-injak di sini, mungkin saja..." tambah Lilith tak menyelesaikan kalimatnya.
"Kau masih suka ikut campur," gerutu Satan kepada Lucifer.
"Kebiasaan burukku, yah kau tahu sendiri kerjaanku memang ikut campur di segala bentuk kehidupan," kekeh Lucifer
Satan mendengus.
"Lalu, apa yang kau lakukan dengan pemuda itu?" Lucifer bertanya namun dia berusaha untuk tidak terlalu tertarik dengan topik ini.
"Aku tak peduli dengan hidupnya, tapi aku ingin tahu seberapa kuat dirinya dibanding keponakan kebanggaanmu itu," kekeh Satan lalu tertawa menggelegar.
***
Gray ragu dengan ajakan wanita vampir itu. Dia berbalik mendekat ke ayah anak buta tadi, melambaikan tangan tepat di depan wajahnya. Mata pria itu berkedip beberapa kali.
"Dia tak berada dalam pengaruh hipnotis vampir," batin Gray lalu berbalik kembali menghadapi wanita vampir.
"Kau pasti berpikir kalau kami mempengaruhi pikiran manusia itu, bukan? Kau salah, kami bahkan memperlakukan pria itu dengan sangat baik, karena dia salah satu penghubung kami dengan dunia manusia," ungkap wanita vampir itu.
"Penghubung dunia manusia? Maksudmu?" Gray bingung.
Wanita vampir tersenyum memperlihatkan taringnya. "Ikut kami, dan aku jelaskan semua kesalahpahaman ini,"
Ayah anak itu mengangguk penuh keyakinan kepada Gray, sehingga Gray mengikuti kelompok vampir itu menembus hutan.
"Kau percaya begitu saja dengan mereka?" tanya Djin sekonyong-konyong muncul di dekat kaki Gray, dia berbicara langsung melalui benak Gray.
"Aku tak pernah percaya siapapun, bahkan kepadamu, kau tahu itu," desis Gray dingin.
Djin menyeringai, dia memutuskan kalau Gray baik-baik saja dan masih dikuasai pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exorcist: Descendant of the King
FantasíaSekuel The Exorcist Holy Grail (Buku 3)