"Akhirnya hilang juga suara yang menyuruhku mati," gerutu Gray kesal menggaruk telinganya dengan ujung jari, ketika sudah agak jauh dari area sekolah.
"Iblis siapa lagi yang kau lawan?" tanya Djin berjalan menyusuri pagar.
"Sepertinya bukan iblis, tapi ini entitas lain yang lebih kuno, mungkin," balas Gray. "Kau darimana saja?"
"Keliling-keliling, padahal sekolah itu termasuk baru dan kupikir jauh dari hal-hal bersifat mistis, tapi aku merasakan energi negatif yang keluar dari sana. Bangsat benar, rasanya mau muntah," umpat Djin mengeluh.
Gray tergelak mendengar umpatan Djin. "Kau mau makan?" tawarnya mencoba menenangkan kucing itu.
Djin langsung berubah menjadi manusia seketika, mengenakan gaun mini. Berpegangan pada lengan Gray.
"Aku mau kue coklat di kafe dekat jembatan kota sana," pinta Djin.
"Baiklah," tukas Gray.
***
Lee sedang duduk di pojok kantin membaca beberapa perkamen laporan mengenai beberapa serangan iblis rendah. Sesekali dia menggigit roti lapis nanas, dan meneguk kopi susunya.
"Apa kau sibuk, Lee?" tanya seorang wanita meletakkan nampan makanan di meja, dan menarik kursi di seberang meja Lee.
Lee mengintip dari atas perkamennya.
"Aku hanya membaca laporan saja, ada apa, Irene?" tanyanya balik.
"Ah tidak, aku hanya heran melihatmu bekerja di balik meja biasanya hanya melihatmu di lapangan melawan iblis-iblis ini hal langka menurutku," komentar Irene.
Lee hanya mendengus, dia menyerahkan satu lembar perkamen kepada Irene untuk dibacanya.
"Apa ini?"
"Baca saja, kau akan menemukan kalau bocah itu sudah mulai aktif lagi setelah insiden besar kemarin. Aku tak menyangka dia menerima permintaan misi kecil itu melihat bayarannya standar pengusiran kita," ujar Lee.
Irene membaca laporan itu sebentar. "Mungkin dia butuh uang untuk hidup," katanya mengembalikan perkamen ke Lee. "Tapi kudengar dia juga mengambil misi lain yang hadiahnya besar, dia memang susah untuk ditebak."
"Aku sebenarnya sudah ingin mengutus dua orang exorcist ke sekolah itu, cuma untuk melindungi anak-anak di sana, tapi ya jika dia sendiri yang datang kupikir aku harus mengurungkan niat..."
"Utus saja adik Nagisa, dia ada di pasukanmu, kan? Itu baik untuknya,"
"Chloe? Hmmm.. Mungkin bukan ide yang buruk, gadis muda yang bersemangat, punya potensi menarik untuk masa depan ordo, aku akan memikirkan saranmu ini," ujar Lee menambahkan nama Chloe di laporan harian misi yang diemban oleh Gray. Kemudian pria Joseon itu memasukkan setumpuk perkamennya ke dalam tas dan menoleh sepenuhnya ke arah Irene. "Kau mau ke bioskop bersamaku nanti malam?"
Irene tersenyum semringah. "Boleh saja, tapi kau yang bayar ya."
***
Gray mengambil napas dalam, melakukan serangkaian gerakan ringan pemanasan. Setelah badannya cukup hangat, dia melepas kaosnya, menampakkan tubuhnya yang berotot penuh bekas luka pertempuran.Djin bersiul ketika melihat otot-otot Gray sambil menggigit bibirnya penuh nafsu, dibalas jari tengah oleh pemuda itu.
Gray berlatih gerakan tanpa pedangnya maupun menggunakan pedang, dia terlihat cepat, gerakannya pun semakin halus.
Di tengah-tengah latihannya, muncul seseorang yang dikenalnya.
Gray menghentikan latihannya, dia memandang tajam orang yang baru datang tersebut
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exorcist: Descendant of the King
FantasySekuel The Exorcist Holy Grail (Buku 3)