Dia yang terlalu berbeda atau saya yang sulit untuk menerka?
†††
Pagi ini tepatnya pukul 05.30 WIB Gellael bangun dengan mata yang masih sedikit terpejam. Melangkah menuju ke bawah demi mencapai dapur. Mulut yang menguap sesekali menghiasi wajah datarnya. Entah kenapa, pagi ini ia sangat lelah sekali.
BRUK!
Seperti suara benda jatuh dari ketinggian 5000 meter, ternyata Gellaellah yang tersungkur di anak tangga ke tiga sebelum mencapai bawah. Anak lelaki itu memegangi bokongnya yang sudah pasti sakit. Seperti merasakan bagaimana bisul yang pecah. Maniknya melihat ada kulit pisang yang tadi tak sengaja ia injak.
Gellael mendengus kesal, memejamkan matanya lagi untuk tahan rasa emosi. "Esanjing!"
Tak lama, Mahes lewat dengan wajah memerah seperti menahan tawa. Mulutnya sambil mengunyah, tangannya membawa satu sisir pisang ambon. Gellael menatap kakaknya, datar. Tembok rumah saja kalah dan saat Mahes sudah sampai di meja makan hanya dengan mengenakan kolor belang hitam putih. Tawanya keluar menggelegar.
"BUAHAHAHAHA!!! GOBLOK LO GE!" ledek Mahes dengan memegangi perutnya yang nyeri karna tawa terpingkalnya.
Gellael mendengus lalu bangkit berdiri. Menuju ruang makan dan menghampiri lemari pendingin untuk mengambil air minum. Tapi, sebelum itu. Gellael melempar kulit pisang ke arah Mahes dan kulit pisang itu mengenai wajah kakaknya.
Mahes malah semakin tergelak. "Lo tuh bego apa goblok si? Dari dulu ampe tu otong lu punya bulu, masih aja kagak belajar dari kesalahan!" ucap Mahes sambil melirik barang berharga lelaki milik Gellael dengan wajah mesum yang menakutkan.
Gellael bergidik takut. Menenggak habis minumannya dan berlalu pergi. Sebelum itu ia semburkan sisa air yang ada di dalam mulutnya ke wajah Mahes.
"Gue cipok baru tau rasa lo. Mau?" ancam Mahes dengan memonyongkan bibirnya kearah Gellael yang menyengir jijik.
"Gue harap lu cepet waras. Kesian bonyok punya anak setres kayak lo." Gellael tak peduli dengan tanggapan kakaknya. Ia melanjutkan langkah untuk mencapai kamar lagi. Bersiap untuk ke sekolah.
"Lo tuh yang gak waras! Dasar, mumi idup," balasnya. Lalu, memasukkan 2 roti yang ia oles dengan selai kacang sekaligus ke dalam mulut. Sehingga bentuk alat pembicara itu tak seperti bibir. Melainkan ikan buntal.
"Mama, Ge berangkat," pamit anak lelaki itu menghampiri sang ibu di meja makan.
"Gak sarapan dulu, sayang?" tanya sang Mama perhatian.
Gellael menggeleng. "Nanti, di sekolah," ucapnya dan tergesa pergi keluar rumah.
Sang Mama mengangguk takzim lalu manik mata itu melihat anak sulungnya, Mahes, masih mengenakan kolor hitam putih duduk di sofa memainkan game online terbaru di ponselnya.
"Mahesa!" seru Tessa. Ibu dari dua anak cecunguk itu.
Mahes tak menghiraukan. Ia tetap asik bersama gamesnya. Rautnya kadang kesal. Kadang senang. Teriakan histeris juga kadang menghiasi. Begitupun, sumpah serapah yang tak elok untuk didengar apalagi diucapkan.
"Anjing! Dikit lagi bangsat!" ucap Mahes brutal.
TAKH!
Sendok nasi mendarat mulus dikepala anak muda itu. Ia meringis. Kepalanya mendongak, melihat mata Tessa melotot sempurna. Mahes misuh-misuh. Kembali melihat layar handphonenya bertuliskan. 'GAME OVER'
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH: NewbiexNewbie || ༺On Going༻
RandomHanya sebuah kisah anak sekolah, remaja puber yang terlampau ringan. Tidak ada masalah besar yang sedemikian rupa untuk menyakiti satu sama lain, untuk menyakiti apa yang ada di dalam sini. Hanya sebuah kisah sederhana seorang gadis yang baru pertam...