Semesta? Kenapa kau ciptakan rasa kalau ragu juga ada? Kenapa kau ciptakan insan kalau takut juga serta?
†††
Kini, Lintang tengah terduduk lemas di sebuah kursi dengan entahkah ini ruangan apa.Badannya diikat di punggung kursi. Kakinya pun begitu, mulutnya dilakban berlapis. Kondisi saat ini gelap gulita. Ia belum sadarkan diri secara total. Pasalnya, bekapan tadi menggunakan obat bius.
Suara sekring ditekan lalu hiduplah penerangan yang dinanti. Terlihat di sana ada dua orang yang berdiri di hadapan Lintang. Lalu, BYUR!
Seember air menguyupkan tubuh sekaligus menyadarkan cewek itu dari pingsannya. Lintang terhenyak. Lalu, mengerjap-ngerjapkan matanya.
Pandangannya masih buram. Sekali lagi ia mengerjap dan tak lama kemudian pandangannya pun fokus kembali.
Sorot matanya tertuju pada dua orang itu. Tak ada takut di sana. Ia mendengus remeh. Hendak berbicara tapi mulutnya tak bisa. Lakban sialan ini melumatnya hingga terdiam.
"Udah bangun, Queen?" seru seseorang dari belakang dua orang itu. Ajie. Pria itu mendekat pada Lintang lalu menarik lakban itu dengan sarkas.
Lintang memekik. "Aw! Pakai perasaan dong, Kak! Sakit tau!" ketusnya, mengerucutkan bibir itu, lucu.
Ajie mendengus sarkas. "Sakit? Yang kayak gini kata lo sakit, huh?" bentak pria itu.
PLAK!
Tangannya melayang mulus pada pipi Lintang. Gadis itu terkekeh. Lalu, meludahkan salivanya ke arah kanan. Menyingkirkan gumpalan darah di sudut bibir.
"Nah, kalau yang ini baru ndak sakit, Kak! Wah kakak hebat, tau aja yang saya mau," ucap cewek itu santai.
"Anjing!" sengit Ajie lalu meneloyor kepala Lintang.
"Anjing? Saya tau, itu hewan dan kakak tau ndak hewannya itu siapa?" tanya Lintang dengan seringaian tajam. Andai saja ia mempunyai kekuatan seperti hulk. Sudah Lintang hajar mungkin kakak kelas kampret ini.
Ajie diam dengan napas memburu.
"Ndak bisa jawab? Ya kakak dong, mirip banget sama anjing!" tambah Lintang dan setelah kalimat itu keluar dari bibir tipisnya. Tamparan Ajie melayang lagi.
"Setan ni cewek!" sungut Ajie lalu menendang pergelangan kaki Lintang. Menjambak rambut gadis itu kemudian menamparnya untuk kesekian kali.
Sangat jantan sekali bukan? Memukul perempuan dengan keadaan si puan diikat tanpa bisa bergerak membalas. Jantan sekali memang, manusia biadab ini.
***
Di ruang kelas Gellael gelisah. Entah perasaan apa yang membuatnya seperti ini dan dari sayup-sayup angin yang melintas. Tak ada senandung indah lagu Ardiansyh Martin itu dari Lintang, lagi. Penanda ia masih setia menunggu Gellael.
Tapi, kemana cewek itu? Apakah ia pulang? Pikir anak lelaki yang kini tak fokus pada papan tulis di depan.
"Baiklah, bimbel hari ini sele⸺"
Pak Rewin. Guru senior itu belum sempat menyelesaikan omongannya. Gellael sudah pergi keluar dengan terburu. Orang yang ada di ruang kelas hanya bisa menggeleng.
Saat sampai di luar kelas. Hanya ada tas Lintang di tempat duduk.
"Ke toilet?" gumamnya pelan. Lalu, mengambil tas cewek itu dan melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH: NewbiexNewbie || ༺On Going༻
RandomHanya sebuah kisah anak sekolah, remaja puber yang terlampau ringan. Tidak ada masalah besar yang sedemikian rupa untuk menyakiti satu sama lain, untuk menyakiti apa yang ada di dalam sini. Hanya sebuah kisah sederhana seorang gadis yang baru pertam...