6. SUNSET BERSAMA LAEL

432 175 91
                                    

Senja selalu ingatkan saya pada kamu, Tuan. Betapa indah setiap cipta yang dihasilkan. Betapa jelita gurat itu terlihat dalam insan.


†††


           Di Sore yang indah dan damai, Gellael lebih memilih bermain games, berdiam di teras dengan laptop di atas meja dan ia duduk di sebuah kursi rotan berwarna coklat yang mengilap.

Gellael lebih suka bermain games daripada belajar. Baginya membaca buku pelajaran satu kali saja sudah cukup, tidak perlu diulang-ulang. Ia juga hanya perlu mendengarkan guru menjelaskan sekali pada dirinya, tidak perlu berulang dan terus menerus. Tak perlu bertanya bertele-tele apalagi mencatat menghabiskan kertas saja.

Tangannya sibuk menekan-nekan mouse dengan kelap-kelip lampu yang warna-warni. Keyboard laptop pun agaknya kalau bisa berbicara mereka sudah meminta tolong untuk dilepaskan dari manusia satu ini.

"Mumi!" seru Mahes sambil melemparkan kulit pisang ke wajah Gellael. Takh! Headshoot. Berhasil meluncur mulus.

Gellael misuh-misuh kenapa sih orang ini harus mengganggu saat ia ingin bersenang-senang

Tangannya mengambil kulit pisang itu lalu membuang kembali pada Mahes. "Mending pergi, nyet. Daripada gangguin manusia mulu," ucapnya dengan mata yang terus tertuju pada layar laptop.

"Nyat nyet nyat nyet aja lu! Emang ada monyet ganteng kayak gue? Gak ada, Mumi!" balas Mahes dan duduk di sebelah adiknya.

"Gak tawuran?"

Mahes menggeleng. "Banyak yang kapok. Lagian bosen juga, paling-paling gue yang menang lagi," jawab pria itu sengak. Sombong.

Entahlah, apa yang ia sombongkan dari melakukan hal-hal tidak berguna seperti itu.

"Bangga?"

"Enggak si tapi ya gitulah," balas Mahes kehabisan kata-kata, entahlah. Adiknya ini ketika mengeluarkan aksara lewat pabicaranya selalu menohok dan menindas harga diri.

"Ge," Pria dengan wajah bopeng itu menoel lengan adiknya.

Tinggi keduanya hampir sama hanya berbeda 2 senti. Gellael 183cm dan Mahes 185cm. Tubuh proporsional. Wajahnya tampan, primadona SMANTA dengan badboy vibes. Tapi, karena terlalu sering ada lebam, Gellael menganggap kakak laki-lakinya ini jelek banget kayak babi hutan.

Gellael berdeham, menyahut.

"Se-sebenernya gue mau jujur-jujuran aja nih, tapi darimana dah mulainya?"

Gellael diam, menunggu sang kakak mendapatkan kata yang tepat untuk mulai pembicaraan lain.

"Tapi, jangan bilang-bilang bokap sama nyokap, ya, Ge."

"Iya."

"Udah hampir sekitar 2 tahun belakangan ini gue gabung salah satu⸺"

"Geng mafia? Tolol anjing, makin gak guna idup lo, sesat!"

"Bukan, babi. Gue gabung klub MMA pemula, setan!" tegas Mahes dengan suara mengecil dibagian akhir.

Gellael ber-o ria. Ah, ia salah sangka.

"Ini gue beneran jujur, terakhir tawuran juga sekitar 1 tahun lalu, lebih dikit. Hampir mati itu juga, untung diselamatin orang pas gue lagi digebukin sendirian di gang kecil. Ternyata, dia yang punya klub ini."

Gellael manggut-manggut mengerti.

"Jadi, sejak saat itu gue mutusin pengen berubah."

"Jadi satria baja ringan?"

CHILDISH: NewbiexNewbie  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang