18. MATAHARI TERBIT dan LUKA DI DALAMNYA

116 108 35
                                    

Saya akan jadi tameng kamu, Nona. Diperbolehkan atau tidak, saya akan tetap ada buat kamu. Jadi, tolong. Pakai saya sesuka yang kamu mau. Saya tidak keberatan sama sekali.


†††


              Ujian Semester sudah dilewati oleh para murid SMANTA, termasuk para murid baru yang sudah menginjakkan kaki di sini selama 6 bulan terakhir.

Kemudian, memasuki semester genap, semua siswa disibukkan dengan pelajaran dan waktu yang lebih intens. Mereka akan menghadapi ujian kenaikan kelas. Kelas 10 akan naik ke kelas 11, kelas 11 akan naik ke kelas 12 dan kelas 12 akan meninggalkan sekolah ini.

Victor Gellael Gardira melewati ujian kenaikan kelas dengan mudah dan lancar, tanpa beban pula mendapatkan peringkat teratas di kelas maupun angkatannya.

Gellael naik ke kelas XI-MIPA 1, sesuai target yang ia inginkan. Menjadi salah satu siswa terbaik dari yang terbaik, menjadi siswa kesayangan para guru meskipun Gellael tidak mencari muka atau sebagainya.

Lintang Pelangi Bagaskara melewati ujian kenaikan kelas dengan sedikit banyak berkerja sangat keras. Belajar setiap saat dan dimana saja. Mengurangi fokus pada pujaan hatinya, mengurangi intensitas untuk memikirkan Gellael setiap harinya.

Lintang mendapatkan peringkat 4 di kelasnya dan 17 untuk angkatan. Gadis ini naik ke kelas XI-MIPA 2, sesuai target dan keinginannya untuk capai cita.

Antonio Mahesa Gardira. Kakak laki-laki Gellael yang sudah lulus 3 bulan lalu dari sekolah ini. Mendaftarkan diri dan mengikuti ujian masuk salah satu perguruan tinggi swasta terbaik sesuai keinginannya, menjadi salah satu mahasiswa baru jurusan manajemen dan bisnis. Masih juga dengan kegiatan lainnya, yaitu ikut dalam klub MMA dan beberapa kali mengikuti pertandingan yang sejauh ini hanya bisa dilihat oleh adiknya, belum berani terbuka.

Di satu sisi pria itu terus mengejar wanita yang menjadi tambatan hatinya. Sesekali datang ke sekolah lamanya untuk sekedar sapa atau menawarkan tumpangan mengantarkannya pulang. Entahlah, kenapa pria ini tidak menyerah saja.

"Lael?"

Lintang berlari kecil menghampiri Gellael yang tengah berjalan di trotoar menuju ke arah perumahan tempat mereka tinggal. Laki-laki itu tampak lesu, wajahnya tak bersemangat dan sering mendengus.

Gellael menoleh dan dilihatnya Lintang sudah menyunggingkan senyum dengan deretan gigi yang terlihat sempurna, matanya menyipit seiring mengembangnya bibir itu.

Lintang menelengkan kepalanya bingung, menelusuri air wajah Gellael yang lesu dan sedikit pucat. "Kamu kenapa?"

"Capek," balas Gellael seadanya. Nada suara pria itu terdengar lemas dan tidak bersemangat.

"Capek kenapa? Pelajarannya susah atau gurunya tidak menyenangkan atau teman-teman ganggu kamu?"

"Ngantuk."

Lintang terkekeh, memasukkan tangannya ke saku seragam sekolah lalu merogoh isinya. Kemudian, menyodorkan benda yang ia dapat itu kepada Gellael.

Anak laki-laki itu mengambilnya. "Thank's." Permen. Permen loli rasa susu-stroberi.

"Kembali kasih."

Gellael membuka bungkusannya lalu memakan permen yang Lintang berikan tadi. Selama ia melakukan 'pendekatan' pada Gellael, hal yang paling bisa dilihat perubahannya adalah pria itu menerima apa yang Lintang berikan⸺kecuali hati gadis itu, untuk saat ini. Tanpa sanggahan, tanpa penolakan, tanpa emosi. Gellael menerima semuanya.

Gellael juga sudah agak bisa ditebak tingkahnya, mungkin dari 100%, sudah kurang lebih 25% Lintang bisa menebak pergerakan pria itu, bagaimana caranya menanggapi sesuatu dan sebagainya. Selebihnya, gadis ini lebih banyak ngang-ngong.

CHILDISH: NewbiexNewbie  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang