8. DEBAR

354 160 83
                                    

Rasaku padamu itu dama dan memang diperuntukan hanya untuk dayita dengan harap akhir bahagia, Tuan Gardira.


†††


            Sang raja para planet mulai muncul dari peradabannya. Memeluk bumi dengan kehangatan semburat penuh asa. Membelai seluruh jiwa agar bangkit untuk menjalani hari demi menjadi lebih baik lagi dan lagi.

Karena, pagi adalah waktu di mana semua dimulai dari awal kembali. Pembaharuan semua kata yang terucap lalu yang harus diwujudkan hari ini.

Mahes yang malas-malasan kini sangat segar dan rajin dibandingkan adiknya. Gellael yang baru memakai sebelah sepatu di teras rumah melihat kakaknya sudah rapi⸺ya walaupun bajunya sangat minim dari kata itu dan sangat siap untuk menjalani hari di sekolah, maybe.

Tubuh pentolan Sekolah Menengah Atas BUMANTARA tersebut sudah duduk di atas motor sport berwarna putih miliknya.

"Tumben amat lo bangun pagi?" Gellael bersuara, aneh saja pada kakaknya hari ini.

Mahes malah menaik turunkan alisnya.

"Ngapa pake motor ke sekolah?"

"Biar gak telat, Mumi. Gua tu sekarang murid teladan," tandas Mahes kemudian menjilat kedua ibu jari lalu mengoleskan saliva yang merekat di alisnya.

Gellael mengernyit jijik. "Biasanya juga gak pernah nganggap diri jadi murid."

Mahes menoleh. Lalu, tersenyum. "Kalo orang lagi kasmaran mah dunia serasa milik pribadi. Mending lu cepetan, jangan lelet," tandasnya lalu menghidupkan mesin motor itu.

Mentang-mentang hari ini bangun pagi. Sudah sombong sedemikian rupa.

"Papa, Mama! Anakmu yang tampan nan rupawan. Baik hati dan tidak sombong berangkat ya. Cihuuuuuyyy!"

Teriak Mahes dan meninggalkan pekarangan rumah menyisakan deruman motor yang menggeliat digendang telinga.

Tessa dan Andre muncul. Bingung hias wajah mereka.

"Eta, abang maneh kunaon, Ge?" tanya Andre heran. Kalian juga jangan heran mengapa Andre bisa Bahasa Sunda. Dulu, ia kuliah di salah satu Institut ternama di Bandung, bermaksud juga untuk mengejar cinta seseorang.

Gellael diam.

"Fallin' in love, Babe." Tessa yang menjawab tanya tersebut.

"Tapi, kagak biasanye tu bocah kalo jatuh cinta semangat bener gitu. Emang sape si ceweknye? Penasaran gue."

"Gege berangkat," potong Gellael lalu mendekat ke kedua orang tuanya. Mencium punggung tangan mereka satu persatu lalu pergi.

"Ge! Gak berangkat bareng Lintang?" tanya Tessa membuat langkah Gellael terhenti.

"Gak."

Tessa menggeleng. Andre mendengus. "Kalo gitu terus, gue khawatir, Yang. Tu botjah jadi bujang lapuk."

"Mit-amit, congor lu," ucap Tessa lalu mengusap wajah suaminya kasar.

"Buju busrak!"

"Sono berangkat, awas selingkuh! Gue ancurin biji lu!"

BRAK!

Suara pintu di tutup kencang. Membuat Andre meneguk salivanya susah dan terbirit masuk ke dalam mobil.

***

Pagi ini. SMANTA masih lengang, belum dipenuhi insan pelajar. Lintang menjejakan kaki dengan lunglai. Tadi, ia hendak ke rumah Gellael, tapi ia urungkan niat itu dan lebih memilih berangkat sendiri.

CHILDISH: NewbiexNewbie  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang