Tuan, apakah kamu sudah sehat? Saya rindu. Setengah mati merindu.
†††
"Mau kemana pagi-pagi gini? Ospek udah, 'kan?" Andre bersuara dari kursi yang ada di teras rumah sambil memasang sepatu, melihat putra sulungnya dengan kerutan di dahi.Pasalnya, pagi-pagi sekali Mahes sudah bangun dan berdandan. Memakai minyak rambut untuk menata jambulnya, memakai parfum dan mandi. Mahes mandi padahal ia tidak ada kegiatan apapun hari ini.
"Udah selese."
"Terus lu mau kemana? Jangan aneh-aneh lu, udah mahasiswa juga."
Mahes berdecak kesal. "Kayak gak pernah muda aja dah."
Andre mendecih.
"Mau nganterin cewek cantik ke sekolah," ucap Mahes menggigit bibir bawahnya lalu menaik-turunkan alisnya.
"Masih ngejar si Aru lu? Buset dah, cerminan gue banget." Andre bangkit dari duduk lalu merangkul anak pertamanya itu. "Lu udah tau, kan, cerita gue naklukin emak lu?"
Mahes mengangguk lalu tertawa geli. Mengingat bagaimana perjuangan ayahnya mengambil hati ibunya.
Kira-kira butuh waktu 5 tahun kalau tidak salah. Dari menengah atas kelas sebelas sampai kejenjang perguruan tinggi, saat kuliah semester 6.
"Tunjukin aja ketulusan elu sama tu cewek. Terus, kalau udah dapet. Jangan dinangisin! Buat dia bahagia."
Mahes mengangguk paham.
"Lo gak jadiin Aru mainan, 'kan?" Andre bertanya sanksi. Matanya menelisik manik Mahes yang mendelik.
"Esa serius banget malah. Gak ada niat buat mainin." Mahes menatap mata ayahnya, meyakinkan. Kemudian menatap ke halaman rumah. "Awalnya sih tertarik karna kok ada cewek judesnya 'kan maen, tapi makin ke sini Esa makin yakin sama perasaan Esa sendiri."
Andre mengangguk-anggukan kepalanya. Menepuk pundak Mahes lalu melangkah ke arah mobilnya. Berangkat untuk mencari nafkah, menghidupi dan menyenangkan istri dan buah hati.
Mahes pun berjalan menuju motor miliknya, mengeluarkan dari garasi, menghidupkan mesin, memakai helm lalu menjalankan benda itu. Menyusuri panjangnya jalanan untuk temui sang pujaan.
Warna baju Mahes kini serasi dengan warna kuda besinya. Bertema putih yang mengesankan. Auranya aur-auran.
Apakah ini alasan Mahesaddict terbentuk? Meskipun saat menengah atas lalu penampilan Mahes jauh dari kata rapih, malah lebih kepada tidak terurus. Tampang pria ini mengesampingkan itu semua. Pakaian apapun yang dikenalan Mahes, akan menjadi terlihat keren dan mengagumkan. Auranya selalu terpancar.
Kini, Mahes sudah sampai di depan rumah Arunika. Menyetandarkan motornya, duduk menyamping, satu arah, dengan kedua kaki berada di tanah. Sejajar.
Mulutnya bersiul-siul gembira, kaki yang menyilang itu sibuk bergerak ikut nada dari alat bicaranya.
Suara gerbang terbuka, menampakkan tubuh Arunika yang dibalut seragam batik khas SMA BUMANTARA berwarna biru langit dengan sedikit aksen putih disetiap lengan baju dan bawahan berwarna putih. Seragam wajib hari rabu dan kamis.
Mahes berdiri, melambaikan tangan dengan senyuman yang sangat lebar. Matanya ikut melekuk. "Morning, Kanjeng Ratu."
Gadis itu menghampiri Mahes dengan mata yang terus menatap pria itu dari atas ke bawah berulang kali.
Sulung Gardira memerhatikan air wajah Arunika lamat-lamat. Melihat kelopak dan kantung mata itu sedikit bengkak. Apakah gadisnya menangis lagi tadi malam?
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH: NewbiexNewbie || ༺On Going༻
Aléatoire🥇Highest Ranking: #1 bravegirl #1 geniusboy Hanya sebuah kisah anak sekolah, remaja puber yang terlampau ringan. Tidak ada masalah besar yang sedemikian rupa untuk menyakiti satu sama lain, untuk menyakiti apa yang ada di dalam sini. Hanya sebuah k...