22. RETAK

158 132 34
                                    

Saya akan turuti keinginan kamu, Tuan.


†††


             Pagi ini, Gellael sudah duduk di kursi kelasnya. Membaca novel yang diterbitkan dan ditulis oleh salah satu penulis yang disukai Gellael, Agatha Christie.

Di kelasnya hanya ada ia dan 3 teman lainnya, Nadheo belum datang. Lintang? Kalau paginya masih santai seperti ini, berarti Lintang belum datang, 'kan?

"Gege!" seru seorang pria dari arah pintu kelasnya. Suara yang sudah ia kenal. Nathan.

Gellael melihat sepupunya itu sudah melangkah ke arah ia duduk. Senyum si pria ceria ini mengembang. Gellael hanya menaikkan alisnya.

"Watchu do?" tanya Nathan lalu duduk di kursi kosong, milik Nadheo.

"Ngaduk semen," jawab Gellael sekenanya.

Nathan tertawa terbahak karena celetukan kesal itu. Makin lucu saja sepupunya ini. Lagipula, ia tidak bisa menghilangkan sifat basa-basi yang sudah ada sejak dulu. Gen papanya terlalu kuat.

"Gimana, enak sekolah di Indo?" tanya Gellael sambil fokus membaca novelnya lagi.

Nathan mengangguk dan menggedikkan bahu. "Cukup mengejutkan tapi masih bisa diterima, teman-temannya menyenangkan."

"Glad to hear that,"

Nathan menjentikkan jarinya, mengingat sesuatu. "Ah, apa yang pernah kamu bilang itu benar, Ge! Guru killer di sini banyak sekali. Kemarin, saya sudah mendapat teguran oleh Bu Tiwi," tambahnya, aksen asing masih sangat melekat. Tiwi menjadi Thiwie.

"Kok bisa?"

"Saya berbicara dengan murid bernama Sky. Si ratu gen-z kelas XI-MIPA 2," jawab Nathan lalu terkekeh.

Gellael hanya mengangguk. "Besok nyokap lo mau ke rumah. Lo ikut?"

Nathan terdiam sebentar, mencerna kata yang asing, seperti berpikir sejenak mencari kamus di kepalanya kemudian menggeleng. "I dunno, kemarin saja saya sudah mendapatkan tugas banyak sekali. Tidak tahu hari ini, apalagi besok?"

"If you need my hand, just tell me."

Nathan mengangguk. Kepalanya teringat apa yang dikatakan oleh Arkana kemarin. Tentang Gellael dan Lintang. Haruskah ia bertanya?

"Ge?"

"Whut?"

"Kenal dengan Lintang?"

Gellael berhenti membaca, menoleh ke arah Nathan dengan alis kiri yang sudah naik lalu mengangguk.

"Kalian berdua in relationship?"

Dahi Gellael semakin mengerut bingung.

"As a couple?"

Bungsu Gardira sedikit terkejut mendapat pertanyaan itu, setelahnya menggeleng.

"Temen doang," jawabnya santai lalu fokus pada novelnya lagi.

"Te-teman? Just friends? Seriously?" ujar Nathan tidak yakin. Tangannya mencengkram bahu Gellael agar sepupunya itu menghadap ke arahnya.

Hanya teman? Omong kosong macam apa ini, kenapa ia tidak mempercayainya? Semua rumor dan omongan-omongan yang ia dengar, bahkan adik dan kakak kelas membicarakan keduanya. Lalu, Gellael bilang hanya teman? Fck u.

CHILDISH: NewbiexNewbie  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang