SETELAH SELESAI MEMBACA CHAPTER INI. DIMOHON UNTUK MEMBACA NOTE. SAYA MOHON, YA? SANGKYU✨
🍀🍀🍀🍀
🍀🍀🍀🍀
🍀🍀🍀🍀
Perbedaan kita cukup jauh, bagaikan bumi dan silit. Apakah kamu masih mau terhadapku, Nona? Kalau tidak mau, biar saya paksa.
†††
Antonio Mahesa Gardira, kakak dari seorang jenius keluar dari tempat pelatihan Mixed Martial Arts atau lebih sering disebut MMA. Seni bela diri campuran pula olahraga kontak yang memperbolehkan berbagai teknik pertarungan, seperti pergumulan, tendangan, dan pukulan.Dengan kaos putih polos yang basah kuyup dan rambut yang sudah acak-acakan. Melangkah dengan menenteng tas olahraganya, santai.
Luka yang kemarin belum sembuh kini bertambah di bagian pelipis. Sobek belum sempat ia obati. Jadi, terkadang darah segar masih mengucur bebas. Namun, dengan gesit ia sibak dengan handuk kecil dilehernya.
Sesekali ber-highfive dengan seorang yang dikenal. Lalu, menghentikan langkahnya di sebuah kafe langganan dan melangkah masuk.
Duduk di kursi paling pojok. Yang untungnya masih kosong. Pasalnya, saat ini kafe langganannya sedang ramai. Tumben sekali.
Tanpa memesan. Waiters kafe tersebut menyuguhkan ice cappucino mix cheese di atasnya, kegemaran pria tersebut. Entahlah apa rasa minuman itu di campur dengan keju. Memang aneh.
"Seperti biasa, brother?" ucap waiters lelaki sambil tersenyum.
"Yoi, nih sama yang kemaren." Mahes memberi satu lembar uang seratus dan satu lembar uang lima puluh ribu.
"Sans ae, kayak ame siapa aja lu?"
"Siip, thank's!"
Waiters itu pergi dan membiarkan Mahes menikmati minumannya. Mengeluarkan handphone dari celana training pendek dan memainkan benda itu.
Srets.
Suara kursi digeret di hadapan meja Mahes dan manik pria itu melihat seorang gadis duduk di sana, tepatnya di hadapan pria itu. Sambil bermain ponsel dan macam menganggap Mahes tak ada. Wajah gadis itu tak terlihat jelas. Tertutup dengan kedua tangan dan ponselnya.
Penampilam gadis itu terlihat tomboy. Anggun tak ada dilihat Mahes. Kemeja kotak-kotak abu membalut kaos putih polos di dalamnya. Slaks putih dengan detail robek-robek di bagian lutut lalu sneakers abu alasnya. Snapback merah bergaris abu-abu hitam juga turut menghiasi kepala gadis itu dengan rambut tergerai bebas hitam legam.
Antonio berdehem. Merasa terganggu dengan kehadiran gadis di hadapannya dan ia ingin sendiri saat ini.
Gadis itu diam.
Sekali lagi berdeham.
Gadis itu tetap diam.
Deheman kali ini cukup kuat. Sehingga, si puan menurunkan ponsel miliknya dengan malas. Mata besar ditambah manik indahnya menatap Mahes tak suka. Mendengus sarkas. Wajah kecil, berbentuk v-line tanpa make upnya datar.
Mahes menelan salivanya susah, padahal ia ingin sekali marah-marah, tapi urung. CiptaanMu. Batin pria itu terpesona.
"Ada masalah?" tanya si gadis datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH: NewbiexNewbie || ༺On Going༻
Acak🥇Highest Ranking: #1 bravegirl #1 geniusboy Hanya sebuah kisah anak sekolah, remaja puber yang terlampau ringan. Tidak ada masalah besar yang sedemikian rupa untuk menyakiti satu sama lain, untuk menyakiti apa yang ada di dalam sini. Hanya sebuah k...