24. LAEL KENAPA?

151 115 24
                                    

Kamu semakin sulit diterka oleh saya setiap pergerakkannya, saya yang susah tau. Saya yang kelimpungan.


†††


            Hari ini adalah Hari Sabtu⸺SMANTA menggunakan K13 untuk kurikulum pembelajaranya, jadi sekolah hanya sampai hari Jumat, Sabtu dan Minggu libur. Weekend yang di tunggu-tunggu umat manusia sudah tiba. Lintang bangun lebih siang dari biasanya. Sekarang pukul setengah sembilan pagi.

Ia keluar dari rumahnya menuju teras, memakai pakaian tidur seperti biasa. Celana pendek berwarna hijau muda di atas lutut dan baju lengan pendek hampir crop top, warnanya senada dengan bawahan.

Matanya melihat paket yang lumayan besar, ada dua kotak di sana. Dekat pagar, di dalam sebuah rumah kecil seukuran rumah anjing, khusus penyimpanan paket yang datang, berwarna putih.

Lintang menopang tangan di pinggang. Mendengus keluh saat melihat tumpukan itu. Apa isinya? Sampai-sampai orangtuanya mengirimkan begitu banyak barang.

Saat Lintang sudah berada di dekat paket miliknya, ia mendengar suara pagar di ketuk. Gadis itu melihat dari celah rapat pagar rumahnya. Nathan?

Untuk apa Nathan di sini? Bukankah janji yang mereka sepakati adalah jam 10 pagi? Kenapa ia datang sekarang? Apakah Lintang kesiangan dan salah melihat titik jarum waktu?

Lintang membuka pagar kecil di samping pagar utama. Nathan tersenyum, tubuhnya dibalut kaos putih, jaket jeans hitam untuk atasannya dan celana jeans warna senada untuk bawahannya. Sepatu kets putih balut kaki pria itu.

Tapi, ada sosok yang tidak asing di mata Lintang.

Gellael?

Untuk apa juga pria itu di sini?

Lintang kacau sekali sekarang, ia hanya tersenyum canggung dan membuka pagar lebar agar mereka masuk.

"Selamat Pagi, orang baik hati?" sapa Nathan dengan senyum menawannya.

Gellael diam dengan terus menatap Lintang dari atas sampai bawah. Wajahnya terlihat tidak senang.

"Kamu datang pagi sekali, ada apa?" tanya Lintang saat Nathan.

"Ah, saya mau numpang sarapan dulu di rumah si galak," ucap Nathan sambil menunjuk Gellael dan sepupunya itu hanya diam saja. Tak memberi tanggapan apapun.

Lintang hanya ber-o ria dan mengangguk mengerti.

"Need ma hand, Lin?"

Gadis itu tersenyum, sumringah. "Kalau tidak keberatan. Saya akan susahkan kamu."

"Sure, saya mau sekali kamu susahkan."

"Ini, bisa tolong bawa ke dalam rumah?" Lintang menunjukkan dua kardus berukuran sedang yang sepertinya berat sekali.

Nathan mengangguk lalu mengambil satu kardus dan melangkah ke dalam rumah Lintang.

Si pemilik hunian, ingin mengangkat kardus lainnya tapi sudah keduluan oleh Gellael yang terlebih dahulu mengambil alih.

Pria itu tidak menghiraukan Lintang dan hanya melakukan apa yang disampaikan gadis ini. Nathan sudah keluar dari rumah Lintang, Gellael masuk.

"Terima kasih banyak, kamu sangat membantu sekali."

Lintang menghampiri Nathan yang berada di terasnya. Ia melihat kardus itu diletakkan di dekat sofa ruang tamu. Nathan tersenyum, mengibaskan tangan tanda bukan apa-apa, ini hanya hal sepele.

"Isinya apa, kenapa berat sekali?"

"Buku pesanan saya dan beberapa barang kiriman orang tua."

"Oh, kamu tidak tinggal bersama mereka?"

CHILDISH: NewbiexNewbie  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang