Devina memperhatikan tanda itu dengan seksama.
"letnan Baso!" teriak Devina.
Letnan Baso segera datang untuk melihat apa yang di butuhkan Devina.
"ada apa?" tanyanya.
"aku tidak yakin, tapi coba saja kau suruh anak buahmu mencari daftar tersangka yang punya inisial huruf D pada namanya," ujar Devina sambil tersenyum.
"baiklah" ujar letnan Baso kemudian menghubungi anak buahnya.
Devina memperhatikan dinding itu dengan seksama.
"permisi, ada yang bisa saya bantu?" tiba-tiba suara seorang pria mengagetkan Devina
Devina berbalik lalu memandang pria itu beberapa saat.
"siapa kau?" tanya Devina.
"saya pemilik yayasan ini, saya yang bertanggung jawab atas pameran ini. Oh iya perkenalkan nama saya Aswan" jelas pak Aswan memperkenalkan dirinya.
"ok, kalau boleh tahu lukisan apa yang hilang?" tanya Devina
"itu lukisan sultan hasanuddin yang di lukis olehp elukis roh terkenal" jelas pria itu.
"Pelukis roh? Dan kau percaya soal itu?" tanya Devina
"lukisannya punya nilai lebih, dan orang jadi datang untuk melihatnya, menurutku tidak apa–apa" lanjut laki–laki itu.
"dasar kapitalis," gumam Devina.
Tiba–tiba saja ponsel Devina berdering, dia melihat ponselnya, terlihat sebuah pesan dari nomor tak dikenal
Unknown number : first clue, kau tahu siapa aku, datanglah padaku untuk menemukanku, ditempat dimana aku membuat jarak yang tidak mungkin menjadi masuk akal, cepatlah sebelum kehidupan yang prercaya padaku berpulang ke tuhannya BY Initial D
"initial D?," gumam Devina
Tiba–tiba dia tersadar tentang inisial huruf D pada bingkai lukisan yang dicuri.
"ouu kau ingin bermain–main denganku" gumam Devina dalam benaknya.
Devina berpikir sejenak mencari kolerasi petunjuk dan kejadian di pameran ini
"aku tahu siapa dia, aku harus menemukannya ditempat dimana dia membuat jarak yang tidak mungkin menjadi masuk akal... lukisan yang hilang adalah lukisan karya... tidak tidak, bukan pelukisnya, tapi tokoh yang dilukis. Sultan Hasanuddin, semua pasti kenal dia, lalu tempat dimana dia menghubungkan jarak yang tidak mungkin... " gumam Devina dalam hati
Devina terlihat serius berpikir sampai akhirnya dia terlihat seperti menemukan sesuatu.
"letnan Baso!" teriak Devina.
Letnan Baso segera datang menghampiri Devina dan bertanya, "ada apa?"
"kita harus cepat, siapkan tim menuju bandara sultan Hasanuddin," jelas Devina.
"ada apa memangnya?" tanya letnan Baso.
"kalau aku benar,kita harus kesana sebelum sesuatu yang buruk terjadi" ujar Devina.
Sebagian polisi segera naik ke mobil, Devina menaiki mobil polisi milik letnan Baso, sementara sisanya tetap bersiaga di hotel.
***
Mereka baru saja sampai di bandara, beberapa calon penumpang kaget saat beberapa polisi mulai menyisir bandara
"semuanya sisir bandara ini, tidak boleh ada yang terlewat" perintah letnan Baso
Orang–orang tampak bingung apa yang terjadi, namun polisi yang bertugas berusaha sebisa mungkin memberitahukan bahwa mereka akan mengatasi ini dan semuanya baik-baik saja
Meskiipun tentu saja ada beberapa orang yang tetap tidak nyaman melihat polisi menyusuri bandara.
Sementara itu Devina juga ikut mencari, tiba–tiba seorang polisi datang melaporkan sesuatu kepada letnan Baso, letnan Baso segera memanggil Devina untuk melihat.
Mereka segera menuju tempat itu yang ternyata toilet bandara, tampak salah satu kloset tertutup dan terkunci dari dalam, terlihat tanda 'WC rusak' di situ, tapi yang mencuri perhatian adalah tanda piloks inisial D yang ada di pintu kloset.
"cari petugas bandara yang memegang kuncinya," ujar Bayu kepada salah satu petugasnya
"terlalu lama," ujar Devina.
Melihat ada sebuah besi pencongkel tergeletak di lantai dengancepat Devina mencongkel pintu kamar mandi.
Saat pintu terbuka tampak ekspresi semua orang terkejut melihat didalam toilet itu ada sebuah bom yang terpasang di kloset.
Tampak beberapa polisi panik, apalagi melihat penghitung mundur bom itu waktunya sudah semakin tipis.
"regu penjinak bom tidak akan datang tepat waktu," ujar salah satu polisi
"aku bisa mejinakkan ini" ujar Devina
Gadis itu segera mengambil perlengkapan yang dia butuhkan, tidak lupa menyetel headphonenya dengan lagu canon dari Johann pachelbel kemudian mulai menjinakkan bom itu
Semua polisi terlihat cemas menyaksikan seorang anak perempuan berusia lima belas tahun mencoba menjinakkan bom yang bisa saja meledak kapanpun jika anak itu salah sedikit saja.
Waktu hitung mundur semakin menipis, tidak banyak waktu tersisa, sampai akhirnya tinggal beberapa detik.
Beberapa polisi mulai mulai meneteskan keringat cemas, tapi tiba–tiba Devina meletakkan peralatan yang dia gunakan.
Suara besi itu membuat beberapa polisi kaget, sementara itu Devina mulai melepaskan headphonenya dan terduduk lemas lalu menghela napasnya
"hufft..., sudah selesai, semuanya aman," ujar gadis itu tersenyum.
Terlihat waktu hitung mundur pada bom yang terhenti di angka satu .
Semua polisi kemudian bersorak melihat keberhasilan Devina menjinakkan bomnya
Tampak kelegaan dalam ekspresi mereka semua
dapatkan buku pertama Devina : question arc
shopee : https://shopee.co.id/Novel-Devina-Question-Arc-Just-Novel--i.36638539.4008563082
Tokopedia :
just novel = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-just-novel
with poster = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-paket-eksklusif
![](https://img.wattpad.com/cover/213313630-288-k766604.jpg)