Track 24

50 9 2
                                    

Masih dengan pistol di tangannya, Sugiarto tampak tersenyum. Namun, dia terkejut saat tiba-tiba alarm berbunyi, ia berjalan keluar melihat beberapa petugas berlarian di lorong

Kepala sipir kemudian memanggil salah satu dari petugas itu

"Hey kamu!"

"Saya pak?"

" Iya, kamu, ada apa ini?

"Gadis itu melarikan diri, dari ruang perawatan,"

"Apa? bagaimana bisa?"

Belum selesai percakapan mereka, tiba-tiba lagu ode to joy terdengar melalui speaker, lagu itu terdengar diseluruh penjara, tampak semua tahanan seperti tertegun mendengarkan musik itu, seolah mendengarkan nada dari surga

Wajar saja, itu adalah lagu pertama yang mereka dengar setelah sekian tahun berada di dalam tempat yang disebut penjara ini

Sugiarto dan salah petugas saling menatap sepersekian detik, sebelum ia membentak si petugas

"Itu ruang kendali utama, tempat cctv terpasang di seluruh area penjara, cepat beritahu yang lain!"

"Baiki pak," ujar si petugas laru berlari

***

Devina sedang memperhatikan semua layar yang memperlihatkan semua siaran dari kamera CCTV, dengan suara musik ode to joy yang bergema

Devina tidak sendiri diruangan itu, ada penjaga yang sedang pingsan dilantai

Saat sedang serius memperhatikan setiap detail penjara Tiba-tiba suara benturan di pintu membuat Devina sadar waktunya tidak lama

Dan benar saja, pintu berhasil d dobrak dan para petugas akhirnya masuk

Segera Devina diamankan, tangannya di borgol

Devina tidak melawan sedikitpun, sehingga memudahkan dia digiring kedalam selnya

Tetapi setelah berjalan beberapa jauh Devina menyadari sesuatu, dia tidak sedang digiring kearah selnya, ini tempatb yang berbeda.

Devina hanya mengikuti saja, sambil melihat kemana dia akan di bawa

Ada sekitar enam sampai sepuluh yang mengawal Devina menuju ke ruangan barunya

Devina sadar betul dimana dia berada, tempat paling aman di pulau ini

Awalnya Devina hanya mengikuti ke mana dia akan dibawa, namun sesampainya di depan sel barunya

Devina tidak tinggal diam. Ia melawan meskipun dengan tangan terborgol. Dengan sedikit gaya akrobatik, dia bisa menyulitkan tiga sampai empat penjaga, namun sepuluh penjaga tampaknya terlalu berlebihan untuknya

Gadis itu dipukuli habis-habisan oleh para penjaga, setelah itu di lempar begitu saja ke dalam selnya dalam keadaan babak belur

Tetapi seolah tidak kapok saat pintu sel ditutup, ia malah tersenyum lebar, seolah sangat puas terhadap yang telah dia lakukan

***

Makassar,2011 Devina masih belum mendapatkan perlakuan lebih baik dari orang tuanya, tapi, apa yang terjadi dengan Aldila membuatnya lebih bisa bersyukur, Aldila bahkan tidak pernah mengenal siapa ayahnya, Devina juga melihat sendiri betapa hancurnya ibu Aldila saat harus kehilangan anaknya

Devina merasa dia bisa melakukan sesuatu untuk mendekatkan diri dengan keluarganya, di malam ulang tahunnya yang ke Sembilan ini dia memutuskan untuk melakukannya

Malam itu, hujan deras disertai petir membuat suasana terasa kelam. Waktu menunjukkan pukul sepuluh. Suasana seperti ini biasanya sangat cocok untuk beristirahat. Namun, seolah tidak kenal lelah, Devina masih terjaga di meja belajarnya lengkap dengan lampu belajar yang masih menyala. Dia tampak menggambar sesuatu menggunakan pensil warna di tangan mungilnya. Tidak ada orang lain di kamar itu, hanya dirinya ditemani alunan musik klasik dari walkman-nya.

"Sudah siap," katanya tampak senang.

Gadis itu merapikan pensil warna yang berserakan di meja belajar dan mematikan walkman yang ia kenakan sejak tadi, sebelum akhirnya berdiri dan bergegas keluar kamar sambil membawa gambar yang dibuatnya.

Tiba-tiba terdengar suara kaca pecah. Gadis kecil itu sontak berlari menuju ke asal suara yang berasal dari arah kamar orangtuanya. Ia mendekat perlahan ke pintu kamar yang sedikit terbuka.

Samar-samar, terdengar suara pertengkaran dari balik pintu. Suara hujan dan petir pun turut membuat keadaan semakin mencekam. Devina memberanikan diri mengintip ke kamar tersebut. Sesuatu yang ia saksikan berhasil membuatnya ketakutan, tetapi apa yang ia dengar lebih menyakitkan

"Aku sudah bilang padamu sejak dulu, anak itu hanya akan menyusahkan kita," ujar Ibu Devina

"Tapi orang dari pemerintahan itu bilang...." ayah Devina berusaha membela diri

"Mana? Orang itu menghilang, kita tidak mendapat sepeserpun setelah merawat anak sialan itu, sekarang kita yang harus susah membiayainya, pokoknya aku tidak mau tahu, anak itu kita taruh dipanti asuhan saja, aku tidak mau merawat anak itu lagi, aku tidak punya tanggung jawab untuk itu, dia juga bukan anakku," bentak Ibu Devina kepada Ayah Devina

Mendengar kenyataan pahit itu hati Devina hancur lebur, sesuatu yang coba dia bantah dari Elfira dan teman-temannya ternyata benar, Devina bisa jadi anak haram yang dibuang seorang pejabat

Devina menjatuhkan gambar yang dipegangnya. Matanya menyalang dengan pikiran yang bercampur aduk, sampai akhirnya terdengar suara gemuruh menyahut dari luar rumah, memekakkan telinga.

Saat suara petir menyambar, cahayanya membuat bayangan Devina terlihat. Seketika orang tuanya menyadari keberadaan Devina disitu

"Kau menguping ya? Dasar anak kurang ajar" ibu berjalan ke arah Devina, Devina yang ketakutan berusaha mundur selangkah demi selangkah, sampai tidak sengaja punggungnya menabrak lemari dibelakangnya, sampai foto keluarga disitu terjatuh dan membuat bingkainya pecah

Devina yang kaget menoleh ke arah foto itu, terlihat kedua orang tuanya yang berpose menggendongnya saat masih bayi, satu- satunya foto anak itu dirumah ini, itupun terlihat kedua orang tuanya tidak bahagia dalam foto itu

Sekarang Devina tahu alasannya

Amarah dalam diri Devina memuncak, antara sadar dan tidak sadar dia mengambil salah satu pecahan beling, tersenyum sejenak, lalu berlari menuju ibunya, ia memeluk erat ibunya dengan salah satu lengannya, sementara tangan kanannya menusukkan pecahan kaca itu keperut ibunya, saat ibunya sudah jatuh tak berdaya Devina tetap menusukkan kaca itu kuat-kuat, ia mencabutnya, lalu menusukkannya kembali

Ada sebuah emosi yang aneh terasa dari Devina, disaat dia melakukan hal kejam itu kepada ibunya, dia tertawa terbahak-bahak, tapi air matanya mengalir

Ayah Devina yang merasa tidak nyaman, mengambil pisau kecil disampingnya, tapi belum sempat dia melakukan apa-apa Devina melempar pecahan kaca yang dia pegang, langsung menancap pas di mata ayah Devina

Devina mengambil lagi pecahan kaca lalu menghampiri ayahnya, semakin lama-langkahnya yang pelan semakin cepat, tanpa aba-aba seketikla dia mulai berlari dan menusukkan pecahan kaca pada jantung ayahnya, ayah Devina menjatuhkanpisau yang digenggamnya

Devina melihat pisau itu lalu mengambilnya

Tanpa pikir panjang ia langsung menggorok leher ayahnya dengan pisau itu

Devina berulut ditengah ruangan dengan pisau berlumuran darah saat hujan semakin deras dan petir bergemuruh tanpa henti

Devina 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang