Setelah perjalanan berapa menit menggunakan angkutan umum Devina dan ayahnya akhirnya turun di depan gerbang sebuah area bermain yang penuh dengan wahana permainan
Melihat kemeriahan ini Devina terlihat sangat bahagia, meski begitu ia sempat merasa ragu, ia melihat ayahnya sebentar.
Ayah Devina hanya membalas dengan senyuman kemudian Devina berlari menuju ke area bermain.
Ayahnya hanya melihat itu sambil tersenyum sebentar, lalu saat menyadari Devina sudah jauh akhirnya ia berusaha menyusulnya dengan berlari kecil
Keduanya bermain dengan ceria, seolah dunia milik mereka berdua dan tidak ada masalah apa pun yang akan menghampiri mereka berdua
Mereka terlihat seperti dua orang paling bahagia di muka bumi
Tergambar dengan jelas dari senyuman keduanya
***
Devina terlihat sangat bahagia, sementara ayahnya terlihat mulai kehabisan napas
"Sepertinya ayah memang sudah tua," canda ayahnya
"Hahaha, kita istirahat saja dulu di bangku taman di sana?" tanya Devina pada ayahnya
"Boleh, sepertinya kau sudah lelah sekali?" canda ayahnya dengan nafas hampir sesak yang membuat keduanya kini tertawa lepas
Keduanya kemudian berjalan bersama lalu duduk di bangku yang sama di taman itu
Devina terlihat sumringah, ayahnya yang memperhatikan itu terlihat bahagia
"Senang ya?" tanya ayah Devina
"Iya," jawab Devina sambil mengangguk
"Maafkan ayah, ayah rasa ayah sudah jahat sama kamu"
"Jahat? Jahat kenapa?"
"Ayah membawamu kedalam kehidupan ayah yang seperti ini, kekacauan yang tidak kamu minta, dan ayah sempat buat kamu harus menerima itu, tapi akhir-akhir ini ayah sadar, tidak adil bagi kamu menanggung semua ini, ayah sebagai orang tua hanya berpikir sudah berjasa memberimu kehidupan sampai sekiarang, tanpa berpikir kalau kau tidak pernah meminta kehidupan ini, kami yang membawamu kedalam kehidupan ini," ujar ayah Devina mulai menitikan air mata
"Tidak, tidak apa-apa, aku senang bisa hidup, semua masalah yang terjadi padaku, itu hanya karena aku yang tidak sempurna, sekarang aku sempurna, dan tidak ada lagi yang bisa menggangguku," ujar Devina sambil tersenyum
"Jujur ayah tidak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulutmu, di umurmu yang sekarang, ayah merasa aneh sebenarnya karena sikapmu tiba-tiba saja berubah"
Devina yang kaget, segera membantah ucapan ayahnya
"Tidak, tidak berubah sama sekali, hanya saja ini aku yang sebenarnya"
"Ayah pikir juga begitu, ayah senang punya anak seperti kamu," ujar ayah Devina sambil tersenyum
Devina kemudian membalas senyum ayahnya, tapi entah mengapa ada sedikit gestur yang membuat Safaruddin merasa aneh terhadap anaknya itu, seolah senyuman Devina mengeluarkan aura yang aneh
"Ada apa?" tanya Devina heran melihat ayahnya melamun
"Oh tidak apa-apa, ngomong-ngomong, sebelum kita pulang, kamu temani ayah sebentar yaa, kita ke toko kue"
"Untuk apa?" tanya Devina heran
Ayah Devina hanya tersenyum mendengarkan perkataan putrinya
***
Malam yang tenang di kediaman keluarga Devina, tiba-tiba terdengar suara suara dari arah ruang tamu
Mendengar hal itu ibu Devina terbangun
"Mas..., mas..., itu di luar ada apa coba di cek?" ujar nya sambil mencoba membangunkan suaminya
"Mas?" namun ia heran karena di sampingnya tidak ada siapa pun
Ibu Devina kemudian berbalik untuk melihat suaminya, namun ia terkejut karena di sampingnya tidak ada siapa siapa
Ibu Devina kemudian duduk dan melihat sekelilingnya
Dan memang benar tidak ada siapa siapa
Hal ini membuat ibu Devina kebingungan, apalagi suara ketukan diruang tamu kembali terdengar
Membuatnya lebih waspada
Perlahan-lahan ia bangkit dari tempat tidurnya, tidak lupa dia mengambil sapu lidi yang selalu dia sisip di bawah tempat tidur untuk berjaga jaga
Ia kemudian berjalan pelan-pelan kearah pintu berusaha untuk tidak bersuara
Meskipun begitu tidak bisa dipungkiri, dia sangat ketakutan, keringatnya mulai bercucuran, detak jantungnya menjadi lebih intens
Ia mulai memegang daun pintu, bersiap untuk membuka pintu dengan segala kemungkinan buruk didalam kepalanya
Tidak lupa ia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya kembali, lalu perlahan lahan ia akhirnya membuka pintu
"kejutan!"
Tampak suami dan anaknya berdiri dengan bersama dengan memakai topi kerucut ala ala topi yang sering digunakan untuk ulang tahun
Tampak ayah berjalan kearahnya dengan pelan sambil membawa kue yang sudah diberi lilin
"Selamat ulang tahun pernikahan bu, maafkan ayah akhir akhir ini menyusahkan ibu,"
"Iya ibu juga minta maaf" ujar si ibu sambil berlinang air mata
"Oh, iya, semua dekorasi ini, Devina yang buat"
"Benarkah?, wahh terimakasihh" ujar si ibu kepada Devina
"Ini bagus sekali, kamu memang anak kesayangan ibu," ujarnya sambil berlutut lalu memeluk anaknya
"Selamat ulang tahun pernikahan yaa bu, Devina sayang ibu," balas Devina sambil memeluk ibunya
"jadi sama ayah dak sayang?"
***
"Sayang semuanya," ujar Devina bergumam saat ia masih terbaring ditempat tidurnya
Namun cahaya matahari yang masuk dari sela-sela perlahan-lahan membangunkan Devina
Devina seolah kebingungan sambil melihat sekeliling
Seolah menyadari sesuatu Devina mulai terlihat frustasi, lalu melemparkan bantalnya ke tembok
dapatkan buku pertama Devina : question arcshopee : https://shopee.co.id/Novel-Devina-Question-Arc-Just-Novel--i.36638539.4008563082Tokopedia : just novel = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-just-novelwith poster = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-paket-eksklusif
