Track 6

86 9 0
                                    

Setelah berjalan beberapa lama, Devina akhirnya sampai di tempat yang dituju, tampak sel-sel yang hanya diisi oleh satu orang per selnya, Devina dimasukkan ke dalam salah satu sel tersebut.

Sel Devina sendiri hanya terdiri dari satu kasur, satu bilik untuk buang air, dan disinari oleh sebuah lampu pijar berwarna kuning

Gadis itu memandang sebentar selnya sebelum didorong masuk oleh seorang petugas.

"Masuk!" bentak seorang petugas kepada Devina dengan nada kasar

Saat Jeruji sel dikunci, Devina hanya menatap dengan tatapan kosong ke arah petugas.

Namun cara Devina menatap petugas membuat salah seorang petugas tidak nyaman dengan tatapan kosong yang ditunjukkan oleh Devina.

Merasa tidak nyaman, keduanya lalu bergegas pergi meninggalkan gadis itu, meskipun pada akhirnya mereka berdua tetap berusaha terlihat wibawa.

Tidak lama setelah kepergian petugas itu, lampu–lampu di sel mulai dimatikan, pertanda bahwa sekarang adalah saatnya untuk tidur.

Akan tetapi, saat seperti itulah yang dimanfaatkan narapidana lain untuk menghardik tahanan baru.

"Hey, kami akan memakanmu hidup-hidup di sini hahahah,"

"Di sini bukanlah tempat untuk anak kecil sepertimu!"

"Hukumanmu akan lebih ringan karena kau akan mati dengan cepat di dalam sini!"

Begitulah kata-kata dari tahanan lain berusaha menyerang Devina, tapi seolah tidak peduli gadis itu hanya duduk di dalam selnya sambil tersenyum, meskipun itu memicu sebuah kenangan di masa lalu.

***

Makassar. 2011, seorang anak perempuan terlihat kesal saat menyaksikan seorang anak perempuan lain mengerjalakan soal matematika di papan tulis

Anak itu terlihat tidak kesulitan saat menuliskan jawabannya, dengan cepat dia bisa menyelesaikan soal dengan mudah

"Ini, Bu, spidolnya, sudah selesai," ujar anak itu memberikan spidolnya kepada gurunya

"Wahhh hebat, tepuk tangan untuk Devina" ujar ibu guru sambil meminta murid-murid lainnya bertepuk tangan.

Tampak seorang anak perempuan terlihat senang saat bertepuk tangan dengan meriah

Melihat hal itu Devina tersenyum malu, tetapi karena melihat anak-anak lain tidak antusias, membuatnya kembali terlihat kecewa.

"Kamu lihat? Fira? Devina bisa mengerjakan soal ini dengan mudah, sementara kamu, bisanya Cuma mengeluh terus," ibu guru menasihati Elfira dengan tegas. "Devina, silahkan duduk kembali!" lanjut Ibu guru.

"Baik Bu," jawab Devina

Devina kemudian berjalan kembali ke tempat duduknya, disambut oleh teman sebangkunya yang terlihat antusias.

Sementara Elfira terlihat kesal saat ia melihat Devinan kembali duduk.

"Elfira, belajar yang rajin, jangan mau kalah sama Devina!, silahkan duduk!" nasihat Ibu guru pada Elfira.

"Baik, Bu," ujar Elfira tampak lesu

Gadis itu kemudian berjalan kembali ke tempat duduknya sembari menatap Devina dengan tatapan kesal.

"Bagus, kamu pintar sekali" ujar anak di samping Devina.

Devina hanya tersipu malu mendengar pujian dari temannya.

"Baiklah, buka LKS kalian halaman dua puluh, lalu catat materi yang ada di dalam situ!" seru Ibu guru.

Segera para murid menuliskan apa yang ada di dalam LKS termasuk Devina yang tampak serius saat menulis.

Namun di tengah keheningan terdengar sayup-sayup anak-anak lain membicarakan seseorang.

"Dia itu, anak haram,"

"Iya aku juga dengar dari mamaku, katanya jangan main sama dia,"

"Iya, soalnya dia itu anak haram, kalau kita dekat-dekat dia, nanti kita jadi anak haram juga,"

Begitulah suara-suara yang sayup-sayup terdengar di kelas hari itu.

Tampak Devina terlihat tidak nyaman, sambil mengepalkan tangannya anak itu hanya tertunduk, tanpa sadar air matanya jatuh dan membasahi lembar LKSnya

Aldila yang duduk di sampingnya jelas menyadari gestur sahabatnya itu, ia langsung mengusap bahu Devina.

Devina menoleh kearah teman sebangkunya itu karena sedikit kaget.

Aldila hanya tersenyum sembari berkata "tenang, tidak apa-apa, mereka cuma bicara omong kosong,"

Mendengar ucapan temannya Devina mengusap air matanya lalu mulai berusaha tersenyum.

***

Sekolah berakhir, anak-anak mulai bergegas pulang meninggalkan sekolah, termasuk Devina yang berjalan sendirian karena rumahnya memang tidak terlalu jauh dari sekolah

Namun saat sedang asik berjalan tiba-tiba seseorang menarik tasnya

Devina berbalik kemudian melihat tiga anak berdiri menatapnya dengan tatapan kesal.

"Ayo, ikut kita!" ujar anak yang terlihat paling kecil dibanding anak lainnya, meskipun dari tatapannya dapat dilihat, anak itu yang terlihat paling kesal. Dia adalah

Mereka menyeret Devina ke arah taman dekat sekolah.

Ketiganya Menarik tangan anak itu dengan keras, meskipun berusaha memberontak, Devina itu tidak kuasa melawan tenaga dari dua anak yang lebih besar darinya.

Alhasil Devina hanya bisa pasrah mengikuti ke mana dia dibawa.

Hal yang membuatnya lebih bersedih, saat mendekati taman, ada banyak anak lain yang hanya berdiri saja melihatnya tanpa melakukan apa-apa untuk menolongnya.

"Hey, karena kau tidak mau kasih contekan, nilaiku jadi jelek," ujar si anak yang paling kecil di antara tiga orang yang menghardik Devina, dia adalah Elfira, teman sekelas yang dihukum di kelas Devina tadi.

"Tapi itu, kan Karen-"

"Alah ..., Itu alasanmu saja!" bentak Elfira

Belum sempat Devina menjawab, dia sudah didorong sampai terjatuh

"Aduhh," keluh Devina kesakitan

Elfira dan dua temannya, sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi. Bahkan mereka terus melanjutkan cacian dan makian kepada Devina.

"Dasar anak haram!" hardik anak perempuan yang paling besar

"Kamu jangan sok pintar di kelas, kamu itu tidak pantas dipuji!" bentak Elfira

"Anak haram sepertimu bahkan tidak pantas berada di sekolah elit seperti ini!"

Ketiganya terus menerus bergantian menghardik Devina

***



Dapatkan buku pertama Devina : question arcshopee : https://shopee.co.id/Novel-Devina-Question-Arc-Just-Novel--i.36638539.4008563082SEDANG GRATIS ONGKIR ! Tokopedia : just novel = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-just-novelwith poster = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-paket-eksklusif

Devina 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang