Track 5

93 12 0
                                    

Suara tembakan yang terdengar dari basement memecah suasana. Polisi yang tadinya bersiaga mengamankan hotel, dengan sigap langsung pergi untuk mengecek asal suara.

Mereka sangat terkejut melihat apa yang terjadi, Devina berdiri dengan tatapan kosong, menatap jasad seorang polisi yang terduduk pada salah satu tiang dalam keadaan mengenaskan.

Entah bagimana caranya. Jasad korban tampak terkoyak di bagian perutnya, lehernya terlihat patah

Sementara jasad polisi lain tergeletak begitu saja di sekitar Devina

Gadis itu berbalik ke arah polisi yang sudah bersiaga untuk menangkapnya, Semua polisi menatapnya penuh kebencian, gadis kecil dengan tatapan sendu itu hanya bisa berdiri sembari menahan tangis.

"ini bukan seperti yang kalian lihat," ujar gadis itu dengan tatapan lelah

***

Suasana sidang berlangsung sangat menegangkan bagi Andi, tidak seperti biasanya dia melihat Devina menyerah seperti ini, tidak ada pembelaan yang di lontarkan, tidak ada protes apapun.

Gadis itu hanya diam membisu selama sidang, cukup membantu bagi hakim, sidang berlangsung jadi lebih cepat.

Dengan semua barang bukti yang mengarah padanya, dan semua penyelidikan latar belakangnya, dan berkas–berkas cara dia mengerjakan semua kasusnya ikut memberatkan vonis kepadanya.

Pada akhirnya semua yang dikatakan oleh polisi itu benar adanya, meskipun dibawah umur, dengan semua bukti dan kejahatan yang dituduhkan padanya, gadis itu di jatuhi hukuman kurungan seumur hidup.

Andi yang masih tidak percaya dengan semua yang sedang terjadi akhirnya memilih untuk menemui Devina setelah siding berlangsung.

"Aku memang membunuh polisi itu," ujar Devina tampak tidak bersemangat.

"oh, sial, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanya Andi

"Semuanya direncanakan dengan sempurna, seperti yang kau bilang, aku berurusan dengan orang yang salah, X itu memang sangat berbahaya. Dia bahkan bisa membuat 'itu' keluar," ujar Devina

"Kenapa kau tidak menyangkal tuduhan di persidangan?"

"Aku memikirkan semua kemungkinan tapi tidak ada satupun yang akan meringankan hukumanku, bukti–bukti yang ada terlalu kuat, inisial, pesan di handphone, cerita yang rapih, linggis dengan sidik jariku, briptu Baso, istrinya, dan jasad semua polisi beserta aku yang memegang pistol yang digunakan untuk membunuh mereka?, bagaimana aku menyangkal itu semua?" ujar Devina.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanya Andi terlihat khawatir

"menerima hukumanku, dan berharap aku mati secepatnya," ujar Devina terdengar lirih

Devina hanya tertunduk lemas di depan Andi

"Gadis malang, aku harap aku bisa membantumu" ujar Andi sambil mengusap kepala anak itu

"jangan coba–coba, X itu terlalu berbahaya untukmu, dan kau bukan apa–apa baginya, dia akan langsung mengabisimu, kau tidak perlu takut, ini semua hanya permainan belaka, ingat ... aku selalu benci kekalahan," ujar Devina

"Devina, sudah waktunya," ujar salah seorang aparat kepada Devina

"selamat tinggal, terima kasih atas semuanya, aku senang bisa mengenalmu" ujar Devina

Andi kehabisan kata-kata, dia hanya menatap gadis yang sudah bersamanya kurang lebih 3 tahun pergi

Tanpa sadar salah satu mata Devina mengeluarkan air mata sebelum dia berbalik, Andi terlihat sangat terpukul disaat gadis berambut panjang itu pergi bersama petugas kepolisian

***

Borgol sudah dipasangkan, semua barang–barangnya disita, sekarang dia sudah bersih dan siap untuk di bawa.

"Jadi kemana mereka membawanya?" ujar Andi pada seseorang di balik telepon

Seketika wajah Andi terlihat terkejut mendengar jawaban yang keluar dari mulut temannya dari kepolisian

"Lapas berpengamanan tinggi di nusa kambangan?" bentak Andi

Mereka keterlaluan, batin Andi

Pria berkacamata itu terlihat lemas, seolah tidak percaya apa yang terjadi pada detektifnya itu.

***

Seorang petugas tampak bersiaga di atas sebuah kapal yang mengangkut beberapa tahanan, salah satunya Devina

Devina datang bersama beberapa tahanan lainnya, sesampainya di pulau, dia langsung mendapat pengawalan dari beberapa petugas

Di perjalanan, Devina menyadari bahwa seluruh pulau itu hanya dihuni oleh narapidana dan petugas, tidak ada warga sipil

Devina mulai masuk ke area lapas, sebelum pintu gerbang, dia sempat melirik ke arah beberapa kamera yang terpasang sebelum akhirnya gerbang terbuka dan petugas mulai menuntun gadis itu agar segera ikut ke dalam

Sesampainya di dalam. Gadis itu harus di sterilkan dahulu, dengan pompa air lalu di taburkan bedak lalu di berikan baju tahanan yang kenmudian segera dia pakai.

Setelah memakai baju tahanan Devina segera dibawa untuk melakukan sesi pengambilan gambar tahanan, dengan membawa papan bertuliskan data diri singkat dan nomor tahanan, depan, samping kanan, kiri, dan belakang semuanya di ambil, lalu setelah itu Devina dituntun lagi

Melewati sel demi sel, Devina disambut dengan sumpah serapah yang dilontarkan oleh banyak tahanan di lapas tersebut

Sangat wajar karena tempat ini dihuni oleh penjahat penjahat paling berbahaya di negeri ini yang hampir sebagian besarnya, kasus-kasus mereka di selesaikan oleh Devina.

Semua kata kasar yang paling kasar tampaknya di ucapkan oleh para tahanan di sana tanpa terkecuali dengan penuh amarah.

Bahkan bukan hanya verbal, selama Devina berjalan, ada banyak kertas Koran beterbangan menyambutnya, lemparan demi lemparan kertas terus di arahkan pada gadis kecil itu

Bahkan beberapa narapidana ada yang meludahi gadis itu.

"Kelihatannya kau punya banyak penggemar di sini, sepertinya kau tidak akan kesepian gadis kecil," ujar salah satu petugas Yang sama sekali tidak di gubris oleh Devina


dapatkan buku pertama Devina : question arc

shopee : https://shopee.co.id/Novel-Devina-Question-Arc-Just-Novel--i.36638539.4008563082

Tokopedia :

just novel = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-just-novel

with poster = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-paket-eksklusif

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang