Devina kaget bukan kepalang, melihat temannya tidak sadarkan, diri, ia menangis tidak karuan
Guru-guru berdatangan segera membawanya ke UKS, tapi karena keadaan yang tidak membaik kepala sekolah langsung memanggil ambulans, dan menghubungi orang tua Aldila
Saat ambulans datang Aldila langsung dibawa kerumah sakit terdekat sementara Devina hanya bisa berdiri menatap temannya pergi dengan ambulans
***
Sudah sekitar berapa hari ini Devina hanya datang dan pulang dengan keadaan murung, dia khawatir dengan keadaan sahabatanya, tapi dia tidak bisa kerumah sakit sendirian
Devina sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya itu, tidurnya tidak tenang, pikirannya kemana-mana
"Devina? melamun lagi?" tanya ibu guru yang sedang mengajar dikelas sedari tadi
"Maaf bu," jawab Devina
"Sekarang perhatikan, anak-anak, kalau kita Tarik dari sini ...." Ujar ibu guru sambil menggambar sebuah garis di papan tulis
Mata Devina tertuju ke arah papan tulis namun pikirannya berada jauh, memikirkan keadaan Aldila
***
Waktu pulang sekolah Devina berjalan sendirian di tengah anak-anak lain yang berlarian pulang
Tapi ia terkejut saat seorang wanita memanggil namanya
"Devina?" ujar wanita itu yang ternyata adalah ibu Aldila
"Bisa bicara sebentar?" lanjutnya
Devina hanya menganggukkan kepala tanda setuju
***
"Aldila itu anak yang baik, tapi dia orangnya tidak sembarangan pilih teman, tpi sama kamu, ibu lihat, dia bisa cerita, kamu sudah seperti adik baginya, bahkan di rumah sakit dia terus cerita tentang kamu,"
Devina jujur tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini, tapi dia senang karena Aldila sepertinya telah memaafkannya, itu setidaknya membuatnya lega
"ibu mewakili Aldila mau bilang terimakasih sama kamu karena sudah mau jadi sahabatnya Aldila selama ini, dan ibu mau minta maaf kalau Aldila selama ini punya salah dengan kamu,"
Devina mulai bingung kearah mana pembicaraan kali ini berjalan, apalagi disaat ibu Aldila mulai menitikan air mata
"Dia juga bilang kamu harus syukuri semua yang kamu punya, dan lakukan terbaik karena kamu itu lebih hebat daripada semuanya, dia selalu kagum denganmu," ujar Ibu Aldila
"Iya, tidak apa-apa tante, sepulang sekolah ini saya mau ketemu Aldila biar bisa bicara langsung," ujar Devina
Tiba-tiba tangisan ibu Aldila pecah, ia langsung memeluk Devina dengan erat, Devina yang bingung ada apa
"Aldila sudah tidak ada," ujar ibu Aldila
Ibu Aldila tidak mengatakan dengan jelas, tapi Devina mengerti apa maksudnya, ia mungkin punya banyak masalah dalam hidupnya sejauh ini, tapi kali ini hatinya terasa hancur, dia tidak bisa berkata apa-apa
Tanpa ia sadari air matanya menetes
***
2017, Devina terbangun, mata kirinya menitikan air mata, ia sempat merasakan kesedihan luar biasa tapi itu semua tidak berlangsung lama
Ia bingung di mana dia sekarang, ruangan itu berisi banyak sekali peralatan kedokteran, Devina berusaha bangun, tapi ia merasakan rasa nyeri di bagian perutnya
Ia melihat perutnya. Tampak ada perban dibagian perutnya, Devina langsung mengingat kejadian yang menimpanya
Saat perutnya ditusuk oleh sosok misterius
"kalau aku jadi dirimu, aku tidak akan banyak bergerak," ujar dokter yang mengawasi Devina
"Kau? kenapa kau menyembuhkanku? Semua orang disini ingin membunuhku," tanya Devina dengan sedikit nada sarkas
"Siapa yang menyelamatkanmu? Aku hanya melakukan pekerjaanku, oh iya, aku punya nama," dokter itu kemudian melihat kartu identitasnya lalu lanjut memperkenalkan dirinya, "Rudi, namaku Rudi
Devina termenung sejenak, kemudian lanjut bertanya
"Ada apa sebenarnya di sini, semuanya terlihat mengerikan sejak aku pertama sampai,"
"Negeri ini sedang kacau nak, tempat ini dulu berjalan seperti seharusnya, tempat tersangka mempertanggung jawabkan perbuatannya, sekarang ini adalah neraka dunia, tidak ada yang keluar hidup-hidup dari tempat ini, tapi mereka juga tidak membiarkan mereka mati dengan mudah di dalam sini."
"Apa yang terjadi?"
"Siapa yang tahu?, yang kutahu pergantian staf terjadi dan semuanya berubah"
"Aku harus keluar dari sini, keadaan begitu parah di luar sana, kurasa dunia sedang dalam bahaya,"
"Omong kosong, kau tidak bisa keluar dari sini, keluar dari penjara saja sudah sulit, dan ketika kau keluar, bagaimana caramu melewati pulau?"
Devina kemudian termenung lagi, dan berpikir
"Sebaiknya kau jaga sikap saja, dan bersiap untuk kunjungan media"
"Kunjungan media?"
"Iya, ada media yang ingin meliput tempat ini, kalau tidak salah dalam minggu ini, begitu cara kepala sipir menjaga citra baik tempat ini, sebuah kamuflase." ujar dokter itu
Seolah mendapatkan ide bagus Devina tersenyum licik
***
Sugiarto sedang menikmati pemandangan di balik jendela ruangannya sembari tersenyum
"Kau melakukan sesuatu yang baik," ujarnya
"Kuharap kau menepati janjimu."
Tampak Ali duduk dibangku tamu yang ada dalam ruangan itu
"Tentu saja, sesuai janjiku, kau akan bebas"
Ali terlihat senang mendengar hal itu
Sugiarto lalu duduk di kursinya
"Tunggu sebentar, aku akan mengisi surat surat pembebasanmu," ujarnya sambil membuka lacinya
tapi bukannya mengambil surat-surat, kepala sipir itu justru mengambil pistolnya
Ali terkejut, namun belum sempat ia melakukan sesuatu, peluru langsung menembus kepalanya
"Kau akhirnya bebas sesuai janjiku, kau harusnya menyadari posisimu, tidak seperti gadis itu, kau tidak penting disini, tidak akan ada yang menyadari kalau kau tidak ada"
dapatkan buku pertama Devina : question arc
shopee : https://shopee.co.id/Novel-Devina-Question-Arc-Just-Novel--i.36638539.4008563082
Tokopedia : just novel =
https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-just-novel
with poster = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-paket-eksklusif
KAMU SEDANG MEMBACA
Devina 2
Mystery / Thrillermelanjutkan cerita pertama, menyadari banyaknya keganjilan dalam penahanannya. Devina harus menemukan cara untuk keluar dari nusakambangan, salah satu dari tiga penjara paling aman di dunia selain itu, cerita ini akan menunjukkan sisi lain dari Devi...