Track 7

83 14 0
                                    

Pulau nusakambangan, 2017, Alarm lapas berdering nyaring sekali sejak pagi-pagi buta, pintu gerbang dibuka, para sipir masuk untuk membukakan sel para tahanan, dengan tangan masih terborgol mereka digiring bersamaan ke ruang makan.

Ruangan itu tampak seperti kantin kantor, dengan bangku panjang di dua sisi meja panjang agar memungkinkan tahanan duduk saling berhadapan

Ruangan itu langsung berhubungan dengan dapur, hanya sekat yang memisahkan.

Kepala koki yang akan menuangkan makanan pada para tahanan yang mengantri

Devina tampak ikut berbaris di tengah antrian narapidana lainnya.

Hanya saja tampak semua tahanan memperhatikan Devina dengan tatapan yang tajam.

Menyadari itu, Devina memilih duduk dan memakan makanannya sendirian untuk menjauhkan diri dari semua tatapan orang-orang yang seolah ingin membunuhnya

"Aku duduk di sini tidak apa-apa, kan?" tanya seorang pria yang baru datang menghampiri bangkunya.

Devina menatap laki-laki itu sebentar sebelum akhirnya lanjut menyantap makanannya.

Melihat gadis di hadapannya tidak menggubris, belum cukup membuat pria itu menyerah, dia tetap berusaha untuk mendapatkan tanggapan.

"Namaku Ali, kau baru di sini yah?" tanya pria itu berusaha menyapa.

Devina tetap tidak peduli

"Bagaimana seorang gadis sepertimu masuk ke dalam lapas paling berbahaya nomer tiga di dunia? Kejahatan apa yang kau lakukan?" tanya pria itu sambil memulai menyantap makanannya.

Tapi Devina tidak mempedulikan pria itu, gadis itu langsung beranjak dari tempat duduk saat makanannya sudah habis.

Tapi seolah tidak kenal menyerah pria itu tetap mengikuti Devina kemanapun dia pergi.

Mencuci piring.

"Aku sendiri masuk kesini karena tuduhan pembunuhan," ujar Ali menjelaskan

Kerja bakti

"Aku juga baru di tempat ini sama sepertimu"

Makan siang

"Kurasa kita berdua bisa menjadi teman yang akrab di dalam sini, tempat ini sangat kejam, kurasa aku bisa menjagamu" jelas Ali sambil tersenyum

Namun, seolah kehilangan kesabaran Devina meletakkan sendoknya kemudian menatap pria itu dengan kesal sembari berkata

"Dengarkan aku, mungkin tidak terlihat seperti itu, tapi aku jauh lebih bisa menjaga diriku, kau mungkin berpikir kalau aku terjebak di sini bersama mereka, tapi kenyataannya sama sekali tidak seperti itu," gerutu Devina dengan penuh emosi kepada pria di hadapannya

Ali hanya terdiam menatap gadis berambut panjang itu dengan tatapan penuh bersalah.

Tatapan yang membuat Devina teringat kenangan kelam di masa lalunya

Tanpa sadar Devina hanyut, kilatan memori mulai tergambar di kepalanya, ekspresi seorang anak kecil yang terlihat kesakitan, dan wajah kedua orang tuanya, yang tergeletak tak bernyawa di hadapannya

"Devina," suara bisikan ayahnya terdengar di dalam benaknya

Tanpa sadar mata kiri Devina menitikan air mata.

Saat menyadari itu devina segera mencoba menghapus air matanya kemudian beranjak meninggalkan Ali sendirian.

"Mau kemana kau?" ujar seorang tahanan memegang tangan Devina

"Kau membuat kami berada di dalam tempat kumu ini, beruntung sekali kami bisa bertemu dirimu di dalam tempat ini," ujar tahanan lainnya.

Tampak beberapa tahanan mulai berkumpul mengitari Devina dengan tatapan penuh arti.

Beberapa terlihat tersenyum licik seolah sudah tahu apa yang akan di lakukan

Meskipun kebanyakan tetap tenang di bangkunya, berusaha mengabaikan keributan yang terjadi, Devina sangat menyadari hal itu

"Hei, apa yang kalian lakukan, jauhi dia!" ujar Ali berusaha melepaskan tangan Devina dari pria yang memegangnya.

"Kau, jangan menganggu kami!" bentak pria yang memegang Devina tampak marah.

Dengan keras dia menampar Ali sampai dia terlempar kebelakang.

Belum berhenti sampai di situ beberapa tahanan lain memegangi pria itu, tahanan bertubuh besar dan berambut cepak yang memegang Devina tampak memberikan kode berupa lirikan mata kepada tahanan lainnya.

Terlihat beberapa tahanan yang mengerti langsung bergegas dan mulai memukuli Ali

"Hahaha, bagaimana jagoan? Sekarang siapa yang akan menolongmu? Anak kecil di depanku ini? Dia sama sekali tidak punya hati untuk peduli padamu ... hahaha" ujar pria berbaju tahanan yang memegangi Devina sedari tadi

Namun saat pria itu mulai tertawa terbahak-bahak air mengguyur wajahnya

Dengan penuh amarah pria itu langsung memalingkan pandangannya kea rah Devina yang tersenyum tanda meledek

"Kenapa? Sekarang kau marah? Hah? Bocah besar, katakan sesuatu, jangan menatapku seperti itu, aku jadi malu," ledek Devina pada pria yang memegangnya

"Anjing! berani sekali kau! Apa kau tidak tahu siapa aku!" teriak pria besar itu

"Maaf tapi sepertinya kau bukan apa-apa karena aku sama sekali tidak mengIngatmu bayi besar," ujar Devina sambil tersenyum meledek

Pria itu benar-benar terprovokasi sekarang, tanpa pikir panjang dia langsung melayangkan pukulan ke arah Devina, tapi dengan sigap gadis itu bisa menangkalnya dengan nampan makanannya.

Meskipun sampai jatuh terduduk kebelakang, tapi gadis itu tetap tersenyum melihat pria besar dihadapannya kesakitan memegang tangannya.

"Kurang ajar kau!" bentak tahanan itu kesal.

Tapi Devina hanya tersenyum, dengan cepat dia melemparkan nampannya ke atas. Namun, meleset dari pria yang berusaha menghajarnya

Meskipun meleset terdengar bunyi pecahan kaca dari atas, membuat semua orang menoleh ke arah asal suara, tidak terkecuali tahanan yang berusaha menyerang Devina.

Ternyata Devina sama sekali tidak mengincar kepala pria itu, dia mengincar lampu yang berada di atas, dan saat tahanan itu menoleh ke atas, pecahan kaca berjatuhan dan mengenai wajah bahkan ada yang masuk dan menancap di biji matanya.

Tampak pria itu kesakitan menahan perih, berusaha mencabut serpihan kaca pada matanya, tapi belum sempat pria itu melakukannya, Devina sudah melompat ke arahnya dari meja makan, membuat pria itu terdorong sampai jatuh ke meja makan di belakangnya sampai meja itu hancur

Gadis berambut panjang itu kemudian bangun dan berusaha berdiri.

Semua tahanan memperhatikan Devina dengan tatapan kebingungan dan seolah tidak percaya, termasuk Ali yang sekarang sudah dilepaskan oleh tahanan yang memegangnya tadi.

"Dengarkan aku, aku tegaskan pada kalian ..., jangan pernah berpikir bahwa aku terjebak di sini bersama kalian, ceritanya tidak akan berjalan seperti itu, kalian yang terjebak di sini bersamaku, camkan itu!" teriak Devina lantang agar semua tahanan bisa mendengarnya

Sempat terjadi momen unik di saat para tahanan hanya menatap Devina tanpa mengeluarkan sepatah kata apa pun. Namun, momen itu hanya sementara, sampai alarm berbunyi, membuat para tahanan lain bubar seperti ketakutan ketika para petugas mulai memasuki ruangan

dapatkan buku pertama Devina : question arcshopee : https://shopee.co.id/Novel-Devina-Question-Arc-Just-Novel--i.36638539.4008563082Tokopedia(LAGI GRATIS ONGKIR) : just novel = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-just-novelwith poster = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-paket-eksklusif

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang