Jam istirahat akhirnya tiba, murid-murid mulai meninggalkan kelas untuk pergi ke kantin atau sekedar berjalan-jalan
"Devina, aku mau ke kantin, kamu mau ikut?" tanya Aldila pada teman sebangkunya itu
"Tidak, aku di sini saja?" jawab Devina
"Kamu di sini sendirian tidak apa-apa?" tanya Aldila
"Kamu, kan Cuma mau ke kantin, tidak usah khawatir lah" ujar Devina meyakinkan Aldila
"Ok, lah, tunggu sebentar ya?" ujar Aldila
Devina hanya mengangguk mengiyakan kata-kata Aldila.
Aldila kemudian pergi menuju kantin, meninggalkan Devina dan Elfira yang sedari tadi memperhatikan Devina
Devina memutuskan untuk mencoba Walkman yang diberikan padanya oleh Aldila, ia kemudian memasukkan kasetnya, kemudian menunggu, mulai terdengar symphony no 5 oleh Bethoven
Entah kenapa musik itu seolah memberikan ketenangan padanya, seperti berada di dalam dimensi berbeda, lagu klasik pertama yang ia dengarkan itu membuatnya seolah-olah berada di tempat lain, sensasi yang menyenangkan yang baru pertama kali dia rasakan
"Hei," sapa Elfira sambil menggeprak meja tempat duduk Devina
Devina terkejut, pertama karena geprakan meja oleh Elfira, yang kedua adalah saat dia menoleh ke arah anak itu, anak itu tersenyum ramah kepadanya
"Devina, aku dengar hari ini kamu ulang tahun ya?" tanya Elfira ramah kepada Devina
"Eh, belum, masih satu minggu lagi," ujar Devina mencoba meluruskan
Elfira terlihat sedikit bingung mendengar perkataan Devina, sejenak dia berpikir lalu melanjutkan kata-katanya
"Kalau begitu. Begini saja, karena aku sering ganggu kamu, aku mau minta maaf, aku sudah siapkan sesuatu sebagai permohonan maaf," ujar Elfira
"Terimakasih, aku tidak apa-apa" jawab Devina
"tidak ..., tidak ..., tidak. Aku sudah menyiapkannya. Sangat tidak sopan kalau kau menolak," ujar Elfira berusaha meyakinkan Devina
Sempat merasa ragu, Devina berpikir sejenak, mengingat hubungan mereka selama ini, baginya tentu sulit untuk mempercayai perubahan yang tiba-tiba dari Elfira
"Sudahlah, percaya sama aku, ini permohonan maafku," ujar Elfira dengan nada memohon
Devina hanya mengangguk mengiyakan ucapan Elfira
Melihat respon Devina, Elfira langsung memeluk Devina dengan erat
***
Keduanya berjalan bersama-sama. Seolah menjadi pemandu, Elfira berjalan di depan sambil menunjukkan jalan yang harus mereka lewati
Sampai akhirnya mereka sampai di kamar mandi
"Fira, apa benar ini tempatnya?" tanya Devina
"Tentu saja, aku malu kalau harus memberimu di luar, lebih baik di sini saja" ujar Elfira mencoba meyakinkan Devina
Setelah berpikir beberapa detik, Devina akhirnya masuk dengan diikuti Elfira dari belakang
Namun belum berapa langkah Devina masuk ke dalam, seseorang menyiramkan cairan berbau anyir pada Devina.
Selanjutnya Elfira mendorong Devina sampai terjatuh kedepan
Menyadari dirinya dalam keadaan kotor, Devina menangis, namun tangisan Devina sama sekali tidak membuat Elfira dan kawan-kawannya luluh.
Mereka malah melemparkan telur mentah padanya, membuat anak itu semakin tak kuasa menahan kesedihannya
Sembari menangis terisak-isak, Devina berlari meninggalkan Elfira dan teman-temannya yang tertawa terbahak-bahak.
Seolah hari itu adalah hari terburuk baginya, semua tidak berhenti begitu saja, Devina menyadari betul dirinya yang penuh dengan telur mentah membuat anak-anak lain yang melihatnya tertawa
Devina berusaha lari sekencang-kencangnya, tapi waktu seolah melambat baginya, dia bisa melihat wajah orang-orang yang tertawa ke arahnya
Tentu saja mereka menertawakannya, bukan tertawa bersamanya, anak itu berlari sekencang-kencangnya, tapi sepatunya yang basah menjadi licin dan akhirnya mengakibatkan anak itu terjatuh, membuat tawa semakijn pecah.
Tak kuasa menahan malu, anak itu segera bangkit, melepas sepatunya lalu lanjut berlari
***
Aldila membuang sebuah tisu ke tempat sampah, sekilas terlihat bercak merah pada tisu itu
Tepat setelah membuang sampah ia keheranan saat melihat keramaian di dekat kelasnya
Rasa penasaran membuat anak itu mempercepat langkahnya
Banyaknya anak-anak berkerumunan membuat dia sulit untuk lewat
Setelah berjuang keras menembus kerumunan siswa dan siswi, Aldila akhirnya berhasil
Tetapi ia terkejut saat seseorang berlari dan menabraknya hingga terjatuh
Saat ia berbalik ke arah anak yang menabraknya anak itu sudah tidak terlihat
Aldila bingung apa yang sedang terjadi di sini
***
Dengan pakaian basah kuyup Devina yang sudah meninggalkan lingkungan sekolah, memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah
Ia berjalan sendirian menuju bekas rumah tua yang sudah ditinggalkan pemiliknya
Devina hanya duduk di sana sendirian, mengingat semua kejadian yang sudah menimpanya, bukan Cuma hari ini, tapi hal-hal buruk yang terjadi padanya
Orang tuanya, bagaimana teman-tmannya memperlakukannya
Tanpa sadar anak itu mulai kembali menangisi dirinya sendiri, lalu berubah menjadi amarah yang memuncak, ia berteriak sekencang-kencangnya
Ia berteiak sekencang–kencangnya untuk melepaskan beban yang ia rasakan
Tapi lama kelamaan teriakan anak itu berubah menjadi tawa
Gelak tawa yang sangat mengerikan
Dengan berlinang air mata anak itu tertawa terbahak-bahak
Semuanya mulai berubah dari sini
terimakasih telah membaca sampai sejauh ini, jangan lupa vote, dan komen pada cerita ini, or kalau mau ngobrol Dm aja di sini atau ke ig w_aretheworld ;")
dapatkan buku pertama Devina : question arcshopee : https://shopee.co.id/Novel-Devina-Question-Arc-Just-Novel--i.36638539.4008563082Tokopedia : just novel = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-just-novelwith poster = https://www.tokopedia.com/benitobonita/novel-devina-question-arc-paket-eksklusif
