#🌼
#🌼
Hujan turun dengan derasnya, mengguyur bumi juga hamba-hamba berbahagia.
Allah tengah menunrunkan nikmatnya, memberikan waktu mustajab untuk berdoa.
Ini adalah waktu yang pas untuk bercinta dengan bantal, lalu ikut terhanyut dalam mimpi indah.
Mungkin juga waktu yang pas untuk membongkar semua rahasia yang seharusnya sudah terucapkan sejak dulu.Rizal datang dengan kemeja basah kuyub.
Tak ditemukan siapapun di sekitarnya, bahkan pintunya pun tak dikunci.
Ia segera beranjak ke kamar untuk melihat sang istri.Terlihat Zahra tengah meringkuk di sudut kamar dengan mata sembab.
Rizal yang melihat itu seolah syok dengan keaadaan istrinya."Kau kenapa?" tanya Rizal khawatir, masih di tempatnya.
Zahra bergeming tetap pada pendiriannya, menatap penuh benci pada sekelilingnya.
Keteraumaan Zahra hadir lagi, semua ini terjadi sebab karena ada yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. Mungkin tentang suara itu.Suara itu, senyum menjijikkan itu, tatap mata penuh arti itu, semuanya berpadu, berputar keras dalam otak Zahra.
Zahra berdiri menghampiri Rizal yang termanguh mencoba mengerti keadaan.
"Aku minta maaf," isaknya, "aku tidak sempurna seperti yang kau pikirkan, Mas."
Ia menangis, menggenggam tangan Rizal erat-erat. Sungguh, Zahra tak mau kehilangan suaminya itu, dia sudah terlanjur jatuh hati.
Rizal tak mengerti pada sikap dan perkataan istrinya, ia hanya diam menunggu penjelasan Zahra tanpa menghiraukan badannya yang seolah dingin membeku.
"Mas, ketika kita menikah, aku sudah tidak sempurna, ma-maksudku aku bukan lagi seorang gadis." Ia terbata menjelaskan. Zahra sudah siap apapun sikap Rizal ke depannya, walaupun mungkin nanti, hatinya akan retak dan terluka.
Rizal makin tak mengerti apa maksudnya tak sempurna? bukan seorang gadis? Rizal benar-benar tak mengerti.
"Apa maksudmu? Apa kau mengigau?"
Zahra menggeleng cepat, ia tidak mengigau, sama sekali tidak! Apa yang ia katakan itu benar, apakah Rizal masih tak mengerti.
"Aku bukan seorang perawan." tangis-nya menjadi sedetik setelah menjelaskan semua.
Rizal hancur, apa maksudnya 'bukan seorang perawan?'
Bagaimana mungkin itu terjadi? Sementara Rizal tak pernah menyentuhnya barang sekali, Zahra terus saja menolak bahkan malam itu pun juga, jadi bagaimana mungkin wanitanya bukan lagi seorang perawan.Rizal melepaskan genggaman Zahra paksa. "Kau berzina?"
Zahra menggeleng tak kuasa, bagaimana mungkin ia berani melakukan dosa sebesar itu.
"KAU BERZINA, ZAHRA? JAWAB AKU!!!"
Tangis Zahra semakin menjadi ketika Rizal membentaknya.
Ia berusaha menjelaskan menghilangkan rasa takut pada Rizal, "Tidak Mas, aku tidak pernah melakukan hal sekeji itu. Aku korban perkosaan.""Sama saja! Di mataku kau tetap melakukan perbuatan kotor nan keji itu," ucap Rizal sinis dan beranjak pergi.
"Mas, dengarkan aku dulu." Zahra memohon sembari berlutut menahan kaki Rizal.
Namun sayang, bukannya mengalah ia malah menendang keras pinggang Zahra, hingga Zahra terpelanting mengenai dinding.Rizal menoleh, sekilas ada rasa iba di hatinya tapi balik lagi, rasa iba itu hilang seperti terhapuskan oleh derasnya hujan.
Zahra meringis kesakitan ia berusaha untuk duduk sembari memegangi lengannya yang memar.
"Ya Allah, sekotor itukah aku di mata suamiku? Walau jelas-jelas aku hanyalah korban?" Ia mengadu pada Tuhan, menceritakan nasibnya pada Ilahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta [BAKU]
Romance17+ HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN. Zahra Nadzaran Fidqa, seorang muslimah berusia 19 tahun bermasalalu menyeramkan. Ia di jodohkan dengan anak teman orang tuanya, Rizal Maulana. Zahra terima dengan lapang dada, walau awalnya terpaksa, namun pada akhirn...