Vote🌟 Komen💬
__________________
Pintu di ruang tamu terus berketok, walau lembut namun mampu mengusik pendengaranku yang tengah duduk bersolek di depan kaca. Memangnya siapa yang datang malam-malam begini, pikirku.
Aku menghela napas mengingat Mas Rizal yang berada di ruang tamu namun tak mau membukakan pintu untuk yang pastinya tamu Mas Rizal sendiri.
Segera ku beranjak keluar menuruni anak tangga satu persatu dengan cepat, takut tamunya kabur menyangka rumah ini tak lagi berpenghuni.Aku berhenti pada anak tangga terakhir, melihat Mas Rizal sedang becakap dengan lawan bicara yang tak ku lihat rupanya. Aku segera mendekati Mas Rizal, ingin memastikan siapa yang berkunjung malam-malam.
"Siapa Mas?" tanyaku berbisik sembari menepuk pundaknya pelan.
Mas Rizal terlihat begitu terkejut saat mendapati diriku tiba-tiba berada di belakangnya, ia segera menutup pintu dengan keras ku yakini orang di balik pintu itu terkaget dengan sikap tidak sopan Mas Rizal yang tiba-tiba menutup pintu tanpa permisi.
Aku mengerutkan dahi tak mengerti ketika Mas Rizal menyeret tanganku dengan cepat menuju dapur.
Dia menyudutkanku secara kasar pada dinding penuh perabotan, membuat jantungku seketika terkesiap atas perilakunya saat ini."Ada apa?" tanyaku heran.
"Aku mohon, kau tetap disini," suruhnya pelan sesekali menoleh pada arah ruang tamu yang hening.
"Kenapa? Memang siapa tamunya?" Rasa penasaran begitu menguasai diri, aku berusaha melepas cengkeraman eratnya di bahuku namun ia tetap menahanku.
"Nanti aku jelaskan. ingat! suamimu tidak mengizinkanmu untuk pergi ke ruang tamu," jelasnya panjang lebar lebih menuju pada ancaman. Aku menurut saja tak bergeming pada ancaman Mas Rizal.
Mas Rizal kembali pergi menemui tamu yang tak ku ketahui orangnya. Mataku seketika melebar ketika menangkap sesosok wanita berjalan beriringan dengan suamiku masuk menuju ruang tamu. Sejenak langkah wanita itu menyerong seperti hendak menuju kesini; dapur. Namun langkahnya terhenti saat pergelangan wanita menyebalkan itu tertahan oleh tangan genit milik suamiku, menjijikkan!
Samar terdengar, wanita itu membuka suara, "Aku haus.""Biar aku ambilkan. Kau tunggu saja di sana," sahut Mas Rizal sembari menunjuk pada sofa ruang tamu, rasanya jadi jijik membayangkan aku duduk disitu.
Ku lihat dari balik dinding sedikit mengintip Mas Rizal melangkah ke arah sini jelas tergesa dari gerakannya.
"Mas, sedang apa dia disini?" tanyaku. Suaraku mulai parau dengan air mata yang merembah di sekitar irisnya.
"Nanti aku jelaskan, oke." Mas Rizal menggenggam tanganku sejenak sebelum ia kembali pada tujuan awalnya yaitu mengambil minuman dan berlalu pergi. Sakit rasanya. Setidaknya peluk sebentar saja aku yang terluka, namun nyatanya dia malah menjawab enteng dengan jawaban akan menjelaskan, memang siapa yang tak tahu menjelaskan? Jahat sekali dia, menganggap hatiku sebagai mainan.
Aku bersandar pada dinding dapur bertemakan putih-abu.
Rasanya seperti tersayat sembilu yang menerkam. Begitu tertampar saat mengingat Mas Rizal tadi menyuruhku untuk berdiam diri untuk sembunyi di balik sisi dapur karena alasan yang paling ku benci dalam urusan hati yaitu, Risa.Hatiku berteriak rasanya ingin ku bunuh saja mereka berdua dengan waktu yang tak terduga.
Aku menutup mulut dengan kedua tanganku agar isak tangisku tak menyebar hingga pada telinga permaisuri yang disayangi raja. Aku benci mereka!

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta [BAKU]
Romance17+ HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN. Zahra Nadzaran Fidqa, seorang muslimah berusia 19 tahun bermasalalu menyeramkan. Ia di jodohkan dengan anak teman orang tuanya, Rizal Maulana. Zahra terima dengan lapang dada, walau awalnya terpaksa, namun pada akhirn...