Part 15

226 9 0
                                    

"Jika terik mentari membakar setiap dedaunan pohon yang bergoyang, maka hanya akarlah yang mampu menguatkan."

-Takdir Cinta-

Surya memancarkan panasnya di tengah hari begini, dimana sebagian orang sibuk membanting tulang demi menafkahi.

Orang-orang dengan pekerjaan di luar gedung berharap mendung agar badannya terhindar dari lelahnya terik matahari. Sedang mereka yang lebih semua ada, berdoa hari ini cerah, tuk melaksanakan kencannya yang meriah. Itulah manusia, doa dan kebutuhannya berbeda-beda hingga pada akhirnya mereka hanya bisa menerima pada tiap-tiap ketetapan-Nya.

Matanya menelisik keseluruh sudut ruangan, dari balik perban ia rasakan lukanya berdenyut tak keruan.
Hawa dingin yang berasal dari benda putih berbentuk persegi panjang itu semakin menjadi, entah siapa yang menaikkan suhu jadi sedingin ini. Ujung kakinya memantik sebab kedinginan, ia tak ingat sejak kapan dirinya tertidur dengan pulas. Rasa-rasa tadi ia masih duduk menangis.

Seorang perempuan berpostur tinggi masuk tanpa permisi dalam kamarnya itu, Zahra yang bingung hanya bisa diam. Tangan si perempuan membawa kotak makan dan satu buah apel di atasnya, jika ia dinyatakan tidak mengalami amnesia seingatnya Zahra tidak pernah mempunyai teman wanita di hadapannya, bahkan Zahra tak pernah melihatnya sebelumnya.

Sepertinya terlalu mustahil untuk wanita itu dikatakan seorang suster yang bertugas mengantar makanan untuk para pasien. Penampilan hedon juga dengan topi yang bertengker tak sedikitpun menampakkan perempuan ini berada dalam posisi 'suster'. Zahra tahu mana pakaian biasa dan mana seragam untuk rumah sakit.

"Uhm ... kau siapa?"

"Suster," tekan perempuan itu sembari berbalik badan setelah menaruh kotak nasi berwarna putih. Zahra mengernyit tak percaya, seumur hidup ia tak pernah bertemu seorang suster sehedon ini, atau mungkin rumah sakit disini memang menyediakan fasilitas mewah bagi penggunanya?

Tapi ... tunggu! Apa itu? Perempuan itu menampil senyum smirk saat di ambang pintu?! Zahra tak mungkin salah lihat pada perempuan tadi. Ia jadi sedikit khawatir berada di rumah sakit ini.

Pintunya terbuka lagi, kali ini benar seorang suster berpenampilan serba putih, di belakangnya diikuti seorang pria bergelar dokter yang sering Zahra temui akhir-akhir ini. Kedua manusia yang kini berada di samping Zahra begitu rutin memeriksanya, hampir tiap jam mereka datang walau hanya untuk sekedar menanyakan keadaan.

"Sudah ada?" Suster dengan nametag Syifa itu mengernyit keheranan.

"Kenapa, Sus?" Zahra mengikuti kemana arah suster itu memandang, dan kembali menatap suster Syifa dengan raut wajah tak kalah keheranan.

"Nona Zahra, Anda tidak boleh memakan makanan dari luar rumah sakit ini, kecuali yang diizinkan," tegas suster Syifa seusai membuka kotak berisi makanan padang.

"Uhm, tapi--"

"Nona, lebih baik turuti saja saran dari kami," potong pria itu tersenyum, tangannya masih tak henti meracik kimia-kimia yang jika salah sedikit saja penggunaannya bisa berakibatkan kematian.

Baik! Zahra mengerti, Zahra yakin wanita tadi bukanlah murni suster Rumah Sakit Bakti Indah, lantas siapa wanita tadi?, pikir Zahra semakin pusing.

"Sebaiknya jangan terlalu banyak pikiran." Dokter itu berlalu pergi, suster juga mengintili sembari mendorong meja medis keluar dari tempat Zahra. Suara roda meja yang diseret perlahan menghilang, itu tanda kedua manusia menakutkan sudah berpindah target pada target berikut.

Takdir Cinta [BAKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang