MARNING! Jangan lupa pot and komen, Bebi :)
#🌼Sore ini Rizal sengaja pulang lebih awal dari kantor tempat ia bekerja. Selama perjalanan, manik matanya mengedar ke sana-kemari, melihat gerobak penjual kaki lima yang menampilkan papan nama Martabak manis spesial, seketika ia mengingat akan istrinya di rumah. Rizal mengulum senyum sembari menepikan mobil, ia membuka kaca jendela seraya berkata, "Pesan martabak super spesialnya satu, Pak." Kemudian ia turun sambil merapikan jas.
Setelah lima menit, akhirnya sang pesanan sudah siap. Rizal beranjak dari duduk lalu merogoh dompet dalam saku celana. "Berapa, Pak?" tanyanya.
"40 ribu, Mas," sahut si penjual. Rizal pun menerimanya lalu berlalu setelah mengucapkan terima kasih.
Rizal memacu mobil dengan kecepatan tinggi, takut si martabak keburu dingin, pikirnya. Dengan senyum semringah, ia turun dari mobil dengan kotak besar di tangannya.
"Assalamualaikum...." Harap-harap istrinya cepat membukakan pintu sebab jika Zahra terlambat sedikit saja, maka akibatnya akan fatal bagi si martabak.
"Waalaikumussalam...."
Mendengar jawaban sang istri, Rizal merasa lega. Dengan cepat Rizal menarik tangan Zahra, ia membawa istrinya ke dapur. Mungkin tujuan Rizal hanya untuk makan martabak bersama, namun bagaimana dengan Zahra yang masih tercengang oleh sikap sang suami yang secara tiba-tiba menarik dirinya tanpa kata?
"Ada apa, Mas?" tanya Zahra mulai panik.
"Kita makan martabak bersama, Ra," jawab Rizal santai. Yang mendengar harus menarik napas dalam-dalam.
Mereka mulai menyantapnya. Rizal tak lupa menyuapi Zahra, begitupun sebaliknya. Pada intinya, mereka saat ini main suap-suapan.
Moment indah yang mungkin tak kan dapat terlupakan oleh Zahra. Sungguh ia merasa beruntung mendapat suami seperti Rizal yang masuk dalam kategori idaman.Kini keduanya telah selesai dengan acara manja-manjaan, itu menurut Rizal tapi tidak menurut Zahra, yang mana jika diberi kesempatan untuk bermanja maka ia akan keterusan.
Heh ... dasar Zahra!Mungkin tadi martabak yang menjadi bahan objek untuk mereka berdua, lalu bagaimana dengan sekarang yang hanya Zahra minta disuapi dengan semangkok mie instan buatannya sendiri, dan tanpa memikirkan muka masam Rizal saat menyuapi?
"Sepertinya aku tadi salah teknik." Sebelah tangan Rizal menyangga dagunya sendiri, ia cemberut.
"Mas, jangan begitu ... bukannya aku sudah bilang, kakek-kakek tidak pantas memasang wajah seperti itu," celote Zahra mendapat pelototan dari suaminya.
"Zahraaa...," geram Rizal, kemudian Zahra terkekeh sendiri.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 malam. Rizal duduk di sofa ruang tamu sebelah kaki di atas kaki yang lain. Sesekali ia menoleh ke arah kamar, menunggu Zahra berdandan yang berabad-abad lamanya.
"Zahra ... cepatlah!"
"Iya Mas, sebentar lagi...."
Tiga puluh detik kemudian Zahra keluar dengan setelan gamis syar'i berwarna merah tua, pakaian yang Zahra kenakan saat ini memang sangat cocok dengannya, apa lagi dengan kulit putih porselain miliknya, menambah kesan manis dan anggun pula.
Rizal perlahan bangkit dari duduk, ia mendekati sang istri sembari menyunggingkan senyum, "Cantik," puji Rizal membuat pipi sang ratu di hadapannya memerah bagaikan kepiting rebus.
'Usahaku tidak sia-sia,' Batin Zahra. Hmm... tampaknya kali ini Zahra sedikit cari perhatian pada Rizal.
"Memang sekarang kita mau ke mana, Mas?" tanya Zahra setelah Rizal melajukan mobil.
"Ke mana saja," balas Rizal seadanya.
Dua puluh menit hening melanda mereka. Memang tidak ada topik yang menarik bagi keduanya. Zahra sudah kehabisan topik setelah beberapa saat lalu telah ia tuaikan, sedangkan Rizal memang seperti itulah sifatnya yang acuh tak acuh.
"Sudah sampai, ayo turun." Rizal membukakan pintu mobil pada Zahra.
Tak terduga, mulut Zahra menganga melihat pemandangan di depan mata. "Subhanallah...," ucap Zahra melangkah ke depan.
Rizal mengajak Zahra ke Taman Langsat, pemandangan di sana memang sangat indah. Apa lagi kolam memanjang yang terdapat jembatan kecil sebagai seberangan.
Rizal dan Zahra duduk berdampingan di pinggir kolam. Kemesraan mulai tercipta, tak ingin menyia-nyiakan moment romance malam hari ini, Zahra menyenderkan kepalanya di bahu Rizal, seolah tidak ada waktu untuk bermesraan lagi hingga ia tak menghiraukan beberapa pasang mata yang tertuju padanya.
Rizal menopang kepala Zahra dengan kepalanya. "Bagaimana perasaanmu?" tanya Rizal lemah lembut.
"Mas, aku sangat bahagia." Mata Zahra terpejam menikmati kehangatan yang disalurkan Rizal.
"Kamu bahagia bersamaku?"
Zahra mengangguk pelan, "Ya, tapi...."
"Tapi apa?" Sanggah Rizal.
"Aku hanya takut semua ini cepat berlalu."
"Tidak akan," jawab Rizal yakin.
"Janji?" Zahra mengacungkan jari kelingkingnya, Rizal menyambutnya dengan senang.
****
______________
Assalamu 'alaikum☺
Adem deh liat Zahra sholat tahajud bareng ama Rizal.
Author kapan? T-T
Readers juga kapan? '_'#salamotakoleng🌼👋

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta [BAKU]
Romance17+ HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN. Zahra Nadzaran Fidqa, seorang muslimah berusia 19 tahun bermasalalu menyeramkan. Ia di jodohkan dengan anak teman orang tuanya, Rizal Maulana. Zahra terima dengan lapang dada, walau awalnya terpaksa, namun pada akhirn...